10

126 19 3
                                    

✎title: flash

Derap langkah, menakutkan bagi dengar sang anak, dia bersembunyi di balik lemari kokoh nan besar menutupi setiap tubuhnya. Raut takut, menunjukkan emosi sekarang, kala derit pintu terdengar, tubuh anak bergetar dengan takut. Kaki lemas, tangan memeluk dirinya sendiri.

"(name)..." nafas penuh udara, wajah memerah, botol hijau tua ada ditangan. Cair memabuk diminum, air bening alkohol itu diminum.

Itu menakutkan, anak perempuan semakin meringkuh, sang ayah yang biasa dipanggil pahlawan keluarga hanya angan-angan dalam benaknya.

"jangan sembunyi brengsek." langkah-langkah si ayah, membuat si anak kecil berdoa dalam batin, berharap sang orang tua menjauhi kamarnya yang gelap gulita. Dibantu dengan penerangan kecil pintu kamar yang terbuka lebar.

Jam ditunjuk pukul 12 malam, setiap malam anak hafal akan tingkah laku mengerikan, bekas luka di pipi dan sebagian tubuh masih ada dengan basah. Ada beberapa yang membekas.

Hening, udara kosong mengisi kamar gadis, merasa tak ada lagi suara dalam kamar. Anak perempuan keluar dari sembunyian.

"disini kau rupanya." wajah anak mengalami keterkejutan, hati yang tenang kembali resah dengan emosi ketakutan yang berlebihan.

Anak ditarik paksa, botol kaca ditangan menghantam ketubuh anak sendiri, "aku jadi tak nafsu padamu sialan, ck." setelah menghatam, pria pergi meninggalakan anak darah sediri dalam luka.

.

"(name)." panggilan seseorang menyadarimu dalam lamunan, kau menoleh kearah empu, "mau aku belikan obat salep penghilang bekas luka?"

Kau menggeleng, tubuh bekas penyakit dan luka membekas dalam, benjadi warna kelabu di kulit langsat.

"gak usah deh, mending beli mi ayam."

"usus lu baru sembuh, njik."

Kau menyengir, senyum candamu engkau tunjukkan. Setelah berganti baju, dan diajukan untuk bisa pulang sekarang kembali ke rumah, gadis jelita menunjukkan kebahagiannya secara jelas. Tak henti-henti tersenyum selama berjalan di lorong rumah sakit.

Jalanmu masih susah, mengingat otot perut belum sepenuhnya sembuh bahkan bekas jahitan masih cukup basah, belum kering sepenuhnya.

Sejujurnya, selama di rumah sakit, kamar inap kau terus merengek ingin pulang. Dengan alasan mau bermalas-malasan di rumah sahaja agar bisa bermain ponsel bersama wifi rumah sarayu dengan bebas, tanpa dipungut data smartphone.

Dokter hanya bisa menurut saja, namun dengan beberapa syarat kau tak boleh melakukan aktifitas berlebihan apa lagi bagian perutmu, takutnya jahitan dalamnya belum sembuh total malah lepas. Pola makan pun disuruh jaga, karna dokter menemukan dalam tubuhmu ada beberapa racun yang tak dikenal.

Dalam mobil, kau terus bermain ponsel, menekan setiap hurup keyboard untuk membuat sebuah kalimat lalu mengirimkannya kepada teman-temanmu, terutama kepada marsela, yaya, dan ying.

Satu oknum lagi, tapi nomor kontaknya dibajak oleh si saudara, bisa dibilang dalam satu kontak itu ada dua orang yang mengobrol denganmu.

Siapa lagi kalau bukan blaze, membajak nomor kontak duri hanya agar bisa mengobrol denganmu.

Awalnya duri pernah nge-chat kamu, saat itu adalah hari dimana dirimu setelah operasi dan siuman dari obat bius. Otakmu bekerja keras sebanyak 150% dari pada normalnya, hingga karna merasa bosan dengan ponsel yang biasa digunakan. Kau tanpa sadar menulis rumus matematika yang kau benci, dengar deret algoritma yang menyalip.

chubby! [slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang