17

81 16 3
                                    

✎title: shot



Dalam kegiatan perkemahan, hati gempa dipenuhi resah. Otaknya terus memikirkan keselamatanmu yang kelabu dalam diri pemuda.

Bahkan saat melakukan hormat bersama tongkat ditangannya, gempa melakukan kesalahan secara terus-menerus memikirkanmu yang masih dalam hutan.

Sore sudah tiba, jingganya cakrawala semakin menambahkan ketakutan gempa.

Ditambah sarayu, ketua osis yang menjabat dalam organisasi sekaligus kakak kelasnya, meminta menitipkan (name) dengan menjaga si hawa agar tak melakukan kegiatan yang melenceng dari yang dilakukan.

Gempa jelas sekali menunjukkannya.

"gem, hormatmu salah." ucap maharani yang melihat si adik tingkat melakukan kesalahan, "seharusnya gini." gadis itu menghampiri gempa, dengan menunjukkan cara yang benar melakukan hormat ketika memegang sebuah tongkat.

Gempa mengangguk, dia membenarkan kembali kesalahannya.

Tak jauh dari posisi gempa, di barisan kelompok perempuan. Serlina menggertakkan gerahamnya, wajahnya memerah bukan karna malu tapi kesal mengetahui bahwa curshnya lebih memilih mengkhawatirkan orang lain ketibang dirinya.

Buset, mba' nikah aja belum, udah sok.

"(name), (name), (name)! Lagi-lagi si jelek. Apa si yang lu suka sama dia? Tolol banget jadi cowok lu gem. Padahal cantikan gw." pikir serlina memandang gempa dengan obsesi.

Ingat saat serlina menyatakan isi hatinya? Kejadiannya kurang lebih sebelum kegiatan berlatih ini bermula.

.ೃ࿔*:・

"gempa, mau gak jadi pacarku?" ucapan serlina membawa gempa berpikir berlabuh ke alam sadar.

Gempa diam, angin meniup anak-anak rambutnya yang tertimpa oleh topi pramuka yang dia kenakan, hari ingin sore. Kemah yang dibuat sudah selesai, hanya perlu diisi oleh kelompok tersendiri.

Gelengan pemuda sebagai jawaban, serlina mengangguk paham. "belum bisa ya..."

Jeda hawa, ia menatap ke rumput yang mereka injak, "gempa masih sayang (name)?"

Tutur kalimat puan, membawa gempa kembali realita, wajah tenang dan dewasa itu mendapatkan serlina yang ingin menangis.

"maaf, tapi hati selalu begitu."

"gak papa."

.

Mengingat itu membuat serlina marah, sepertinya dia akan melakukan hal yang lain, menargetkanmu untuk menjadi tersangka dan mati.

Gempa masih sibuk dalam ke khawatirannya, memikirkanmu sekarang prioritasnya, bahkan gempa berpikir untuk memasuki hutan untuk mencari mu. Apapun demi mu.

Bahkan latihan yang lama, tak terasa bahwa telah selesai. Gempa meletakkan tongkatnya ke tempat yang sudah disediakan, mengembalikan alat perangkat pramuka.

"setelah ini kita akan melakukan... Sebentar liat buku agenda bapak."

Semua siswa tertawa mendengar candaan maharani, buku kecil ditangannya ia lihat sebentar.

Dari manik maharani, gadis itu melihat gempa yang kabur dari barisannya. Pemuda yang berdiri di belakang sekali betjalan mundur lalu berlari memasuki hutan.

chubby! [slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang