29

63 10 0
                                    

✎title: Guntur

Semua orang tau dahulu, kau berteman dengan seorang pemuda.

Namanya Guntur, keperawakan yang tinggi dan tampan. Surai acak bewarna coklat legam hampir ke hitaman, dengan manik mata hitam.

"oh, Guntur."

"hah?"

Sarayu terdiam, kondisi kantin yang ribut itu tak dapat mencapai telinganya dengan jelas sekarang. Ricuhnya sekitar bahkan tak menghentikan dirinya yang memandang kaget kearah (name).

"(name)??" Halilintar berdiri mendekati pemudi, memegang bahu gadis itu seolah tidak paham.

"Guntur ngapain disini? Bukannya kamu lebih milih ke SMA SPR i ya?" pandangan (name) seolah jujur akan kondisinya, Sarayu meneguk air ludahnya memegang kepala yang bersurai hijau tua kelam, mata yang senada memandang (name) yang kebingungan menatap Halilintar.

Pemilik manik merah bagai permata bahkan berhasil menangkap pandangan manik hijau tua. Seolah meminta penjelasan rinci kenapa gadis kesayangannya memanggil nama lain kedirinya. Sarayu menepuk bahu Halilintar, mendekati bibirnya membisik, "nanti kujelasin."

Sarayu menyatu dengan keadaan sekitar, melekat pada lautan manusia yang berebut memesan makanan.

"Guntur nggak mau makan?"

"ini... Mau makan kok, tapi sama saudara..."

(name) mengangguk, jemari mungilnya menggandeng jari Halilintar yang besar, lelaki yang mendapatkan kejadian ini hanya bisa terdiam, ujung telinganya sedikit memerah menahan malu.

Jika ia menggunakan topi kesayangannya, maka jelas Halilintar akan gunakan untuk menutup setengah wajahnya yang akan memerah.

Melihat reaksi lelaki yang lucu dan gemas, (name) mengolok-olok. "kak Guntur bisa malu juga ternyata."

Bagi Halilintar sekarang, pemuda itu risih akan nama lain. Guntur, siapa gerangan nama lelaki ini yang terus disebut terus menerus dengan diselipi seuntai kata pujian akan ke hebatanya. Tidak dari tampan, tapi juga pintar.

Halilintar sendiri malu untuk bertanya. Gengsi dirinya untuk bertanya hal kecil, mungkin Halilintar lebih memilih memedam penasaran itu hingga terkuak jika sudah bersama Sarayu.

(name) dan Halilintar sampai dimeja kantin, dimana saudara Halilintar duduk.

Gempa salah satunya, "Oh kak..." baru ingin bertanya, manik emas pemuda mendapatkan sosok (name) yang berdiri dibalik tubuh Halilintar yang besar. Tangan mereka masih bergandengan, "Oh, nggak jadi."

"Anjay, udah PDKT aja." Taufan berceletuk melihat, melanjutkan makanannya yang tiba saja tertunda sesaat dengan riang.

"Bang... Kok kamu gitu." Blaze udah mode jametnya.

Ada Solar dan Duri yang sibuk dengan makanannya menatap diri Halilintar yang menyembunyikan sosok gadis tadi, dibalik cela juga akhirnya ditunjukkan. "..."

Hening di meja itu, (name) lebih memilih mengambil duduk diantara Blaze dan seseorang yang sama seperti Blaze dengan manik yang berbeda bewarna biru muda bak permata biru. Untung semakin mudah dibedakan dengan pakaiannya yang menggunakan jaket bewarna biru langit.

Ia memainkan ponselnya di jam istirahat sekarang.

"main em el? Wih sama dong." seru si gadis, menatap permainan si pemuda yang sudah mendekati propesional baginya.

Tapi, tunggu.

Hah? Nickname gamenya iceewhale.

Raut wajah (name) mengkerut, itu kan nickname game yang dia ban karna nyebelin sebagai musuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

chubby! [slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang