19

79 14 2
                                    

✎title: healt

Serlina diam ketika melihat dua muda-mudi itu sedang mengobrol mesra didepan, (name) yang melangkah cepat melesat menarik gempa.

"jancok kalian." batinnya berteriak cemburu melihat gempa yang terlihat lebih terbuka dengan (name).

Malam ini semakin gelap, tentu semua marabahaya semakin meluas tak terlihat. Jangan lupakan dengan sunyinya tepat, selangkah saja bergerak maka akan diketahui arah mana.

"woi—" diam, serlina yang mengatakan sekata itu dibungkam, sebuah batang pohon besar menghantam tubuhnya hingga membuat tubuhnya yang berisi memercikkan darahnya ke tanah, belum lagi tubuh si hawa lenyap setengah.

Suara keras terdengar di dua gendang telinga gempa dan (name). "SERLINA?!"

Hampiri mendekat tubuh serlina yang sudah tertimpa oleh batang pohon yang kokoh, tanah yang penuh kerikil tajam menambah banyak kesan yang mengerikan.

Gempa diam, dia bingung untuk melanjut melihat keadaan atau menolong seperti apa yang dilakukan (name). Si hawa mencoba menarik serlina yang masih dalam keadaan tertimpa batang pohon.

"keknya ini karma..." bisik halus hampir menghilang terpantul, sunyi hutan mendukung suara serlina yang membesar. "tadi diwaktu dekat, aku ingin mengkapakmu... (name)."

(name) diam, hening berselang 3 detik itu menarik kembali rasa empatinya. "keknya emang karma si... Mampus! HAHAHAHA."

"bisa... Bisanya kau tertawa disaat orang lain lagi mau sakaratul."

"selama bukan gw yang mengalami penderitaan udah cukup buat ngetawain apapun didepan mata."

Suara berisik serangga mengisi keduanya, (name) memejamkan mata mendengus, "dunia emang gitu, sis," gadis itu berjongkok menatap serlina. "gak selamanya seindah arunika di cakrawala.

Sistem kehidupan gw juga gak selamanya menjadi naif, nolong lu juga cuma ada dua kemungkinan, antara hidup sama mati."

Gemerisik hutan semakin membuat dua perempuan menatap dengan pandang berbeda, "..."

(name) berdiri, berjalan pergi dari sana. "mereka datang mengincar kaki, setelahnya mengincar nyawa lanjutnya sifat seram mereka nentukan, malam ini kita mati seperti apa."

Serlina terdiam, menggertakan giginya. "gw iri."

2 kata itu membuat (name) yang sedari tadi tersenyum remeh berubah menjadi datar. "kok bisa hidup lu seberuntung gitu..."

Gempa melangkah sekali mencoba untuk mengatakan kata meminta berhenti, namun (name) lebih cepat membalas.

"iya ya... Seandainya (name) yang dulu hidup sama kayak gw sekarang, pasti dia lebih banyak tersenyum indah." memutar tubuh, dia menatap hangat serlina. "jika aja, waktu lebih lambat, maka gak akan (name) bisa semudah ketawa kayak sekarang."

"..."

.

Pada akhirnya, gempa dan (name) pergi meninggalkan serlina yang mati secara perlahan akibat pohon yang tiba-tiba rubuh menimpa tubuh sosok jelita.

"disekolah kita sudah 2 korban." bisik (name) bersembunyi dibalik batu, gempa disamping menoleh melihat rupa gadis mendengarkan dalam diam. "pandu, serlina, sama dua mahasiswa namanya keyla si?? Lupa, erland, sama lubis."

"keyla?" gempa merasa janggal, "bukannya dia orang yang buli kamu disekolah?" bingungnya terasa.

(name) menggeleng, "beda sayang, itu kayla, ini keyla. Mereka mahasiswa."

Saat dipanggil kata manis, wajah gempa memerah malu, padahal kondisi sekarang tak memungkin kalian untuk mencoba saling menggoda, dimana nyawa lagi taruhannya.

chubby! [slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang