24

84 16 2
                                    

✎title: trial date 2

Sehabis dari cafe, kalian berlanjut jalan. Dengan hali yang memboncengmu dibelakangnya, kau sendiri memeluk pemuda dengan erat dibelakang. Lupakan dengan segala hal yang kemarin terjadi, lebih baik sekarang kau kembali seperti sedia kala.

Memainkan peran anak periang dalam rumah dan anak kalem disekolah, kalau terbongkar? Siapa peduli. Untuk apa berpikir sesuatu yang merepotkan.

Kecuali kalau itu mengutungkan dan memberikan kita uang, maka akan dipertahankan hingga lulus nanti. Angin kencang yang meniup menutup indra telinga, mengisi telinga dengan udara yang berisik.

Cinta kasih cerita malam ini menyenangkan, mungkin sesekali menerima hidup baru yang sekarang tak salah? Lupakan sekejap apa yang pilu. Bagai angin yang melesat menerpa kulit sebentar.

Atau bagaikan sebuah batu es yang meleleh akibat suhu yang normal, selama termakan oleh waktu. Air yang membeku kembali menjadi sedia kala.

"lin, nyoba ke warung game yuk!" ajakmu kepada pemuda yang mendengar, halilintar mengangguk ia paham maksud ucapanmu.

"ngarah mana jalannya?" tanyanya, ketika jalan raya mendapatkan lampu merah, barisan kalian berada pada bagian paling depan dipinggir kiri.

Kau berpikir, jari telunjuk menunjuk kearah kanan jalanan yang sedang berlalu-lalang untuk para mesin beroda dua dan empat, "habis tu belok ke kiri, lurus aja sudahnya nanti sampai." arahmu.

"oke." kau tersenyum senang mendengar ucapan halilintar, pemuda itu yang mengetahui hanya terkekeh. Gemas melihat tingkahmu, yang asing dimatanya.

Padahal kalian baru bertemu beberapa kali secara pribadi entah dalam kegiatan karate, sekolah, atau tak sengaja berpas-pasan. "spam coin game buat ngambil boneka! Urusan gini kita habisin aja saldonya sarayu!"

.

Disini kalian, sampai ditempat tujuan, ada banyak remaja yang sama seperti kalian, bahkan pemuda-pemudi, orang tua bersama anak-anak bermain, manusia-manusia itu yang melangkahkan kakinya didalam center game memainkan setiap game yang ada.

Kau asik sendiri, menarik halilintar ke arah pencapit boneka, kartu khusus didalam center digunakan olehmu. Kau pernah kesini bersama sarayu sekali, saat itu 1 tahun yang lalu. Awal-awal kau masuk SMA.

"dapat 1 boneka, aku kabulkan permintaanmu!" ucapmu menantang halilintar yang hanya melihat, merasa ditantang halilintar tersenyum seolah meremeh.

"kalau dapat 2 boneka gimana?" tanyanya, tangannya memegang kontrol arah pencapit. Kau membalas senyuman halilintar tadi.

"dua keinganan dikabulkan." dadamu membusung bangga, kau menebak-nebak bahwa halilintar tak akan mendapatkan boneka yang dimau.

3 menit bermain, pemuda manik merah tersenyum malu , disetiap otot-otot wajahnya menunjuk ekpresi sebal yang kentara, kau tertawa sambil menunjuk halilintar. Yang menutup setengah wajahnya menggunakan topinya.

"lucu banget, anak sulung sok." ejekmu, sebisa mungkin menahan diri untuk tidak ketawa keras.

Wajah halilintar semakin memerah, "diam.."

"iya-iya."  karna tak mau mempermalukan pemuda lebih jauh, kau mulai memainkan kembali pencapit, "mainnya tuh gini ya."

Sehabis menggesekkan kartu, pencapit itu bergerak sebentar, 3 jari mesin bergerak sesuai arah kontrol yang kau arahkan, ke kanan sebentar lalu maju merasa diposisi benar untuk mengambil, kau menekan tombolnya. 3 jari besi turun menangkap, dan...

chubby! [slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang