Chapter 11 - Rain of tears

49 38 1
                                    

Hai, sebelum membaca alangkah baik nya untuk vote yang logonya kayak bintang, komen sebanyak sebanyak-banyaknya dan jangan lupa buat follow yah!? MAKASIH💖

♡*♡∞:。.。 𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔。.。:∞♡*♡

Terdengar suara yang sangat berisik dari ruang makan, yaps

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar suara yang sangat berisik dari ruang makan, yaps. Tepatnya dikediaman nya Fina dan keluarga nya, sekarang kini dirinya tengah bertengkar dengan sang kakak yang tidak mau mengalah untuk memberi kan sayap ayam kepadanya.

"Kak bagi dong, masa sama adek sendiri pelit! Lagian juga Mamah yang masak, bukan lo" gerutunya dengan menggoncang tubuh Fino dengan kuat membuat Fino menahan oleng agar tidak terjungkal kebelakang, sang kepala keluarga hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah, memijat pangkal hidungnya pusing. Kenapa dirinya mempunyai anak yang bak manusia kesetanan semua?

"Cukup, Papah pusing banget denger kalian berantem disini. Sekalian aja di lapangan sana, bawa pisau saling bunuh aja, nanti Papa nonton sambil makan popco—"

PUK

Sebuah spatula mendarat tepat di kepala Razka, membuatnya meringis kesakitan dan berbalik ke arah dapur dimana ia dapat melihat sang istri tengah menatap nya tajam setajam silet, tapi kali ini lebih tajam dari tatapan sebelumnya. Razka meneguk saliva nya dan mencoba berusaha baik baik saja, Fina dan yang lainnya hanya bisa diam seribu bahasa.

"Ngomong apa tadi lo, coba ulang dong gua mau denger didepan muka gua" cetus Tata dengan berjalan menuju meja makan dengan tatapan sangarnya, Fino melirik ke arah sang kepala keluarga yang tampak mengedipkan kedua matanya berulang kali. Fino yang paham akan kode yang Papah nya berikan pun segera berdiri dari duduknya dan mencoba menghentikan sang Mamah yang berjalan ke arah meja makan, "Mamah Fino mau susu coklat eum—" rengek nya dengan bergelanjut di lengan Tata membuat raut wajah semelas mungkin agar Tata mengasihani nya dan kembali ke dapur. Namun nyatanya kini Tata tetap berjalan ke arah meja makan setelah ia melepaskan tangan Fino dari lengannya

"Mampus, bakalan ada perang ke tiga bentar lagi"

Fina melirik ke arah Faiz yang tampak sibuk dengan laptop didepannya, kenapa bocah itu sejak dua bulan lalu selalu fokus kepada laptop nya. Bukan kah anak SMP belum ujian, lantas untuk apa dia menghadap laptop terus menerus. "Iz, ngapain?" tanya Fina dengan sedikit mengintip ke arah laptop milik Faiz, dan yang ia lihat hanya sebuah tulisan yang panjang. "Buat cerita kak"

"Cerita? Kamu bikin cerita apa toh??"

"Aku bikin cerita novel judulnya Love is true kak, nanti kalau Ais udah jadi penulis hebat dan bisa cetak novel sendiri. Kakak bakalan jadi orang pertama yang Ais kasih novel gratis dan juga Ais masukin nama kakak loh disana"

"Kakak jadi apa?"

"Belum tau kak, nanti Ais pikirin deh"

Fina mengangguk paham, kini ia melirik ke arah depannya dimana sang Papah tengah di pukul pakai spatula oleh Tata dan ditengah tengah mereka ada Fino yang mencoba menengahi keduanya. Bibir itu tertarik ke atas dan mengukir senyuman di wajah itu, rasanya ia sangat bersyukur lahir di keluarga yang selalu memenuhi rumah dengan tawa, dan pertengkaran yang berujung mereka semua akan memijat kaki dan tangan sang Mama karna kalah telak. "Kak"

LAMPU MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang