Hai, sebelum membaca alangkah baik nya untuk vote yang logonya kayak bintang, komen sebanyak sebanyak-banyaknya dan jangan lupa buat follow yah!? MAKASIH💖
♡*♡∞:。.。 𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔。.。:∞♡*♡
"Zaki. Ini udah bibi siapin sarapannya, ayo bang-"
"Pagi, bi.."
"O-iya pagi juga, itu sarapannya udah jadi yah"
Zaki mengangguk paham dan kemudian ia turun bersama bi Inah, selaku pembantu yang sudah bekerja sejak Zaki berusia lima tahun. Bi Inah juga menjadi pengganti sosok Zela jika Zela tidak ada dirumah, sejak perceraian itu tiba. Semua menjadi kacau, diwaktu itu pula ia harus melepaskan orang yang special baginya.
Jika ia menjadi anak yang pintar dan bisa menjadi pemain basket yang terkenal seperti keinginan sang Ayah, akankah sosok itu kembali kepadanya? Namun ia rasa itu tidak bisa dan tak akan terjadi.
Bagaimana bisa dirinya melawan sang kakak, sosok kakak yang sangat membencinya. Namun ia begitu merindukan sosok itu, sosok yang dulunya hangat kepadanya. Namun, sekarang sosok itu benar benar sangat dingin kepadanya bahkan tak segan untuk menyakiti perasaan nya.
Satu butiran bening jatuh diwajahnya, rasa sesak mulai menyerbu dirinya. Menatap kursi kosong didepannya, yang dimana dulunya sosok itu duduk disana, "Ternyata, kehadiran Zaki disini cuman dianggap benalu aja" Lirihnya dengan sedikit menghembuskan napasnya lelah.
Cowok itu terisak pelan, mengusap air matanya kasar dan menghembuskan napasnya panjang, namun suara klakson mobil membuatnya segera berlari kecil menuju pintu depan. Dan disana ia melihat Zela tengah turun dari mobil putih yang tampak sangat asing baginya. Itu bukan mobil Zela, lantas mobil siapa itu?
Ayah? Tidak mungkin..
Cowok itu terus menatap Zela dari jauh yang tampak tengah berbincang dengan sosok pria didalam mobil, ia tidak bisa melihat wajah itu karna tubuh Zela yang menghalangi sosok itu. "Itu siapa yah?!"
Saat Zela berbalik hendak memasuki halaman rumah, dengan cepat Zaki berlari kecil kembali menuju meja makan. Berpura-pura seakan akan tidak terjadi apa apa, Zela memasuki rumah namun ia terus berjalan melewati Zaki tanpa menoleh sedikit pun. "Kenapa semua orang membenci diriku? Jika aku salah. Harusnya diberitahu letak kesalahanku, agar aku bisa memperbaiki nya" Gumamnya sendu. Menundukkan kepalanya dengan isakan pelan, tak berselang lama. Zela kembali turun menuruni anak tangga satu persatu.
Itu membuat Zaki kini tersenyum merekah, apakah sang Bunda akan makan satu meja bersama nya lagi? Mungkin saja.
Namun Zela terus berjalan kembali melewati Zaki dimeja makan, membuat cowok itu yang tadinya bersemangat kini semangat itu hancur begitu saja.
Zaki mengernyitkan alisnya saat ia tak sengaja melirik ke arah dia koper yang Zela bawa. Dengan cepat ia menghampirinya membuat langkah Zela terhenti dan menatap Zaki sinis, "Bunda mau kemana?"