"Hai," sapa Sera sambil memasuki mobil dan JC segera berinisiatif untuk mengambil alih tas tangannya karena Sera membawa makanan di tangannya.
Di area apartemennya, terdapat sebuah kafe yang memiliki roti panggang tuna yang lezat dan Sera meminta JC menjemputnya disana untuk membeli sarapan bagi keduanya. Dua latte dan dua roti panggang tuna.
"Morning," balas JC saat Sera sudah berhasil duduk dan menutup pintu.
Mengoper satu latte pada JC dan menaruh lattenya pada cup holder yang ada sisi kirinya, Sera menoleh sambil tersenyum saat merasakan JC mendekatkan diri dan mendaratkan kecupan ringan di bibirnya.
Menatapnya sambil tetap tersenyum, Sera mencondongkan tubuh untuk memberi ciuman lebih lama di bibir JC yang disambut dengan hisapan keras dan sedikit gigitan di bibir bawahnya. Ciuman diakhiri dengan saling melempar kekehan geli dari keduanya.
"Kangen," ucap Sera senang.
JC mengangguk. "Sama."
"Kamu mau makan toast-nya sekarang?" tanya Sera sambil mengacungkan satu kantong kertas berwarna coklat ke arah JC yang mulai melajukan kemudi.
"Nanti lagi aja, aku belum buka puasa," jawabnya.
Salah satu hal yang dikagumi Sera dari JC adalah bagaimana pria itu menjaga kesehatan tubuh dengan menjaga pola makan dan tidurnya. JC terbiasa makan malam di jam tertentu dan baru akan membuka 'puasa' di jam sepuluh pagi di setiap harinya.
"Oke, kalau gitu, aku makan dulu," putus Sera sambil mengeluarkan satu roti panggang tuna miliknya, kemudian menaruh roti bagian JC ke kursi belakang.
Dalam perjalanan, mereka berbagi cerita tentang apa saja sambil menikmati kopi pagi. Terbiasa memulai aktifitas di pagi hari, JC mengajak Sera untuk menuju ke sebuah tempat yang asri dan sejuk di luar kota. Katanya, ada kafe bertema alam yang menyenangkan. Tentu saja, JC yang adalah pecinta alam tidak akan mengajak Sera bepergian ke pusat perbelanjaan atau tempat-tempat metropolis yang sarat dengan keramaian.
Sesama pecinta ketenangan, JC dan Sera menyukai kebersamaan mereka jika berhubungan dengan alam. Keduanya pun suka mengambil potret dari berbagai sudut yang dinilainya menarik.
"Kamu yakin nggak mau makan toast-nya?" tanya Sera saat navigator mengumumkan jika kurang dari sepuluh menit lagi, mereka akan tiba di tempat tujuan.
"It's fine, nanti sampe juga langsung makan. Toast-nya bisa buat nanti," balas JC santai.
Sera mengangguk mengerti dan kembali mengagumi perjalanan yang dilalui dengan banyaknya pohon-pohon yang rindang dan hijau, juga area dataran tinggi dengan jalur menanjak yang membuatnya sesekali meringis karena ngeri.
Setibanya disana, Sera memekik senang karena kafe bertema alam itu membuatnya terpukau. Sejuknya udara perbukitan, bersanding dengan pohon-pohon pinus, danau, sungai, hamparan rumput hijau, seolah membawa Sera menyatu dalam kebebasan.
"Suka?" tanya JC sambil menyeringai bangga karena bisa melihat Sera sesenang itu.
Sera menoleh sambil mengangguk dan menggenggam tangan JC. "Suka banget!"
"Let's go," ajak JC kemudian.
Saling bergenggaman tangan, keduanya berjalan menapaki jalanan berbatu dengan jalur menanjak untuk memasuki area kafe bertema alam itu. Konsep kafe yang cukup unik dimana tempat duduknya adalah saung-saung yang berada di beberapa titik dengan posisi berbukit. Pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi, tanaman-tanaman liar yang merambat cantik di sepanjang sisi taman, juga suara kicauan burung-burung yang menyertai langkah menambah jumlah rasa senang yang dirasakan Sera.
KAMU SEDANG MEMBACA
You had me at: Hello, JC! (END)
RomantikDarinya, aku menyukai langit biru. Menandakan kebebasan, kelepasan, kemerdekaan, dan kecukupan atas diri sendiri. Sederhana, tapi bermakna. Biasa saja, tapi cukup berkesan. Tidak melakukan apa-apa, tapi dari itu saja, dia sudah memberi warna. Aku...