Sera membuka pintu kamarnya dan langsung tersentak saat melihat Maia yang tiba-tiba datang dengan menyodorkan sebuah kue coklat dengan satu lilin menyala diatasnya sambil berseru dalam nyanyian selamat ulang tahun padanya.
Kaget, tentu saja, apalagi suara Maia bukanlah suara yang cukup bisa diterima meski dalam nada biasa. Seruannya mungkin saja bisa terdengar dari luar unit apartemen mereka dan mengganggu kenyamanan sekitar.
“Harus banget ngagetin kayak gini?” tanya Sera sambil menangkup dadanya yang bergemuruh kencang.
“Orang tuh langsung tiup lilin dan ucapin makasi karena temen lu udah bawain kue dan nyanyiin lagu,” decak Maia sebal.
Sera memberikan cengiran lebar sambil mengangguk dan menangkup dua tangan sambil menutup mata untuk memanjatkan doa singkat atas rasa syukurnya karena masih diberi satu umur lagi. Hari ini adalah hari ulang tahunnya dan Sera tidak sempat berpikir tentang perayaan apapun meski tepat jam dua belas malam, beberapa tan baiknya dan JC sudah memberi ucapan lewat pesan singkat.
Sera segera meniup lilin setelah memanjatkan doa dan tersenyum pada Maia yang memekik girang, kemudian menerima hadiah pelukan erat dari sahabatnya. Meski terkadang suka bersikap konyol, tapi Maia selalu mempersiapkan segala sesuatu dengan baik, termasuk hari ulang tahun Sera. Dia bahkan membuatkan satu menu masakan berupa bakmi goreng yang dipercaya jika memakan menu itu saat berulang tahun maka akan diberi panjang umur.
“Enak,” komentar Sera dengan mulut penuh saat sudah memasukkan satu suapan besar ke dalam mulutnya.
Bakmi goreng itu cukup menggoda dengan warna dan kematangan yang sesuai selera Sera. Ada toping berupa telur, bakso, dan ayam, juga disajikan telur rebus yang katanya juga dipercaya memberi umur panjang jika memakannya saat berulang tahun.
“Habisin, jangan disisain! Kata nyokap gue, harusnya makan ronde sejumlah umur lu, tapi karena itu lebih ribet dan gue nggak kelewat bucin sama sohib sendiri jadi gue bikin semampunya aja,” ujar Maia kemudian.
Sera mengangguk. “Lu bisa bangun pagi dan buatin bakmi kayak gini aja udah bersyukur banget. Makasi banyak loh.”
“Karena gue sayang banget sama lu,” ujar Maia sungguh-sungguh.
“Iya, gue tahu, nggak usah pasang muka kayak gitu. Awkward banget tahu, gak,” desis Sera dengan ekspresi jijik saat melihat ekspresi memelas Maia yang dibuat-buat.
Maia tertawa keras. Tak lama kemudian, bel pintu berbunyi dan Maia segera membukakan pintu untuk mendapati petugas keamanan lobby membawakan dua paket besar untuk Sera.
Dengan mulut penuh, Sera melihat paket besar yang dibawa Maia dan menaruhnya di sisi meja yang kosong. Sebuah kue ulang tahun dengan ukuran paling besar dan satu buah kado yang dikirim Edward untuknya.
“Sahabat rasa suami banget gak sih yang namanya Edward, gilak kali ya, ulang tahun kasih kue seharga dua jutaan, plus kado yang gue yakin nyampe dua digit nih barang,” komentar Maia dengan sorot mata takjub saat membuka kotak kue ulang tahun itu.
Sera masih asik menikmati bakmi goreng tanpa berniat untuk membuka pemberian Edward yang memang terlalu berlebihan di setiap tahunnya. Dia membiarkan Maia membuka paket kadonya dan tersentak saat Maia tiba-tiba berteriak.
“Lu kenapa sih? Ngagetin orang aja!” seru Sera gemas sambil menatap Maia kesal.
“Ini Panerai Luminor, Anjir!” balas Maia heboh.
“Terus kenapa?” sahut Sera yang semakin kesal.
Maia bertolak pinggang dan menatap Sera tidak mengerti. “Ini jam tangan yang undeniably great which absolutely stunning for both genders!”
KAMU SEDANG MEMBACA
You had me at: Hello, JC! (END)
عاطفيةDarinya, aku menyukai langit biru. Menandakan kebebasan, kelepasan, kemerdekaan, dan kecukupan atas diri sendiri. Sederhana, tapi bermakna. Biasa saja, tapi cukup berkesan. Tidak melakukan apa-apa, tapi dari itu saja, dia sudah memberi warna. Aku...