Part. 1 - Roommate.

1.3K 179 9
                                    

"Hari gini lu masih aja nungguin cowok modelan kayak Joshua Christopher yang nggak jelas itu!" sewot Maia, cewek yang sudah menjadi roommate selama tiga tahun bersama Sera atau sejak keduanya sama-sama merantau untuk bekerja di ibukota.

"Kenapa sih lu mesti nyinyir tiap kali gua nggak mau dikenalin sama salah satu temen cowok lu," tanya Sera sambil mengunyah kripik kentang yang baru dibelinya kemarin.

"Gue bukan nyinyir, tapi pengen lu sadar, Seraphine Isla Hartanto! Udah berapa lama lu punya hati buat orang yang nggak punya hati kayak gitu? Kita belum tinggal satu apartemen aja, lu udah ngarep sama dia, itu artinya udah tiga taonan! Kalau lu ambil cicilan rumah, itu udah serah terima kunci!" balas Maia sambil menggerakkan tangan seolah sedang mempresentasikan sesuatu.

"Lu nggak bakalan ngerti dengan apa yang gue rasakan karena lu tipe orang yang gampang cinta sama orang, trus gampang juga move on-nya," sahut Sera untuk kesekian kalinya.

"Ya karena gue nggak bisa kalau segala sesuatu pake perasaan," ujar Maia membela diri.

"Ya, kurang lebih sama kayak lu! Karena gue tahu gue selalu pake perasaan, makanya gue jaga biar nggak sampe patah hati. Gue nggak akan mau kasih hati untuk dilukai," tukas Sera.

"Dengan simpen hati lu buat cowok yang nggak peka?"

"Bukan nggak peka. Dia bukan orang yang kayak gitu. Lagian, dia juga nggak tahu kalau gue suka sama dia. Gue kagum sama dia dengan segala kemandiriannya, sikap cuek dan bodo amatnya, juga misteriusnya yang bikin gue penasaran. Intinya, dia unik di mata gue."

"Bukan berarti lu harus nutup diri dengan nggak mau kenalan sama orang baru, Sera."

"Dengan gue nggak mau kenalan sama temen lu, bukan berarti gue nutup hati sama semua orang. Gue punya temen dan punya kenalan baru kok. Yang pasti, bukan dari aplikasi. Karena apa yang dari aplikasi itu isinya sampah!"

Maia cemberut. "Lu nyindir gue karena gue selalu dapet cowok dari aplikasi?"

"Gue nggak nyindir, tapi kebukti kan kalau lu nggak pernah langgeng sama cowok-cowok nggak jelas yang lu dapetin dari aplikasi selain bisa kasih lu orgasme?" sahut Sera nggak mau kalah.

Maia tertawa keras sambil melempar sisa gigitan kripik ke arah Sera yang langsung dihindarinya.

Bagi Sera, setiap orang memiliki pilihan dan berbeda adalah mutlak. Dia tidak pernah mau tahu tentang urusan Maia perihal pribadi, juga dia mengharapkan yang sama dari Maia. Tapi, temannya itu sepertinya gerah dengan dirinya yang begitu santai dalam menikmati kesendiriannya di kamar tanpa merasa perlu menghabiskan waktu diluar.

Jika memang ada urusan, Sera akan keluar dengan sendirinya. Teman pun tidak sedikit, tapi Sera dan sahabatnya memilih untuk memiliki batas pribadi yang jelas dalam menjalani kehidupan masing-masing tanpa perlu harus bertemu dengan waktu yang sering. Sama halnya dengan urusan percintaan.

Joshua Christopher, alias JC, adalah satu-satunya cowok yang menyita perhatian Sera sejak pertama kali melihatnya. Dia menyukai bagaimana JC bersikap, dimulai dari gestur tubuh, mimik wajah, juga sudut pandangnya. Secara fisik, JC merupakan tipe idaman Sera.

JC adalah pria yang tidak begitu atletis tapi juga tidak kurus, yang adalah seimbang dengan tinggi tubuhnya yang keterlaluan. Sera selalu merasa kerdil setiap kali berhadapan dengannya. Dewasa, cerdas, penuh wawasan, dan berkarisma. Pemikirannya tentang masa depan begitu kuat dan berfokus pada ide-ide unik yang membawa perubahan.

Setiap kali teringat pada JC, Sera akan tersenyum tanpa alasan. Apapun yang mengingatkannya pada pria itu, perasaan Sera menjadi senang begitu saja. Kagum, itu yang dirasakannya. Cinta? Entahlah, karena hubungan mereka tidak terlihat adanya potensi ke arah romansa. Tapi jika Sera ditanya tentang tipe idaman, maka JC adalah orang pertama yang muncul dalam benaknya.

You had me at: Hello, JC! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang