Terima kasih sudah ikut merasakan rasa senang lewat cerita ini.
Aku nggak berhenti senyum dengan balasan DM kalian lewat storyku. 🙈
People come and go, begitu kata banyak orang, dan aku setuju.Tadinya.
Sampai ketika aku bertemu dengan seseorang seperti dia, sebut saja namanya JC.
Aku tuh nggak tahu kenapa yah suka banget sama cowok tinggi? Yang kalau cukup dengan tinggi badan aja tuh udah keren aja buatku. Well, cowok yang pernah kupacari itu rata-rata punya tinggi minimal 180 cm, sebuah achievement yang patut aku banggain buat cewek yang tingginya nggak lebih dari 156 cm. Haha.
"Kenalin, ini manager marketing baru, namanya Joshua Christopher," ujar Santos, si Manager dari grup lain memperkenalkan orang baru yang cukup panjang untuk disebut.
Dengan senyuman, orang itu mengulurkan tangan untuk berjabatan denganku.
"Sera," ucapku sambil menarik tanganku.
Dia tinggi sekali. Juga kulitnya putih, dan aku berpikir jika dia memiliki darah campuran karena bule banget. Intinya sih, dia ganteng. Udah gitu aja.
Itu adalah pertama kalinya aku melihat seorang JC dan nggak punya kesan yang berarti. Kesanku padanya selama bekerja di perusahaan yang sama adalah baik, meski ada omongan yang nggak menyenangkan dari para staff marketing yang adalah anak buahnya.
Menurutku, itu lucu. Aku udah kerja di perusahaan itu cukup lama untuk mengenal varian karakter orang yang ada didalamnya, yang kebanyakan terlalu nyaman di zonanya sekarang dan nggak mau belajar hal baru. Sedangkan yang kunilai dari JC adalah orang yang memiliki visi dan misi yang cukup jelas untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan.
JC yang begitu semangat dalam memberi kontribusi untuk perkembangan terlihat seperti antagonis oleh para anak buahnya yang merasa kesal karena mendapatkan pekerjaan yang lebih banyak dari biasanya. Aku hanya tertawa saja mendengar gosip-gosip yang beredar karena hal itu kudengar dari para staff yang kunilai sebagai pecundang. Entahlah. Aku juga males banget kalau harus menghadapi orang-orang yang nggak mau berkembang.
Satu kali aku mendapat kabar kalau JC mengundurkan diri dan aku kaget setengah mati. Bagaimana bisa? Kenapa? Dan ada apa? Shit! Aku menjadi marah sekali dan kayak yang pengen berteriak untuk membelanya di depan bos.
Aku nggak pernah sampe sebegitunya sama orang lain, apalagi bisa dibilang nggak deket-deket banget. Aku hanya nggak terima kenapa orang yang bener diperlakuin nggak adil? Itu aja.
Waktu JC resign, aku lagi cuti dan nggak sempet ketemu atau sekedar ucapin salam perpisahan. Aku cuma bisa dapetin cerita sedih itu dari temen sekantor yang juga sumber ghibahku selama aku nggak ada.
Time flies, ada momen dimana aku ketemuan sama JC lagi untuk sekedar makan siang. Kami bertemu di jam makan siang. Dia terlihat sehat dan cukup baik meski sorot mata capeknya nggak bisa bohong. Tapi lucunya, sejak saat itu, kita jadi lebih akrab sebagai teman. Ternyata, JC itu menyenangkan.
Apapun yang berhubungan dengan JC selalu bikin aku senyum. Tanpa alasan. Kalau ditanya kenapa, yah nggak tahu. Auranya positif dan menyenangkan. Aku juga belajar banyak hal darinya tentang hidup, yang kutahu darinya adalah dia orang yang nggak pernah menyerah dan pekerja keras.
Dia bercerita jika dia cenderung menjadi 'underdog' saat diremehkan oleh dunia dan akan bergerak dan bekerja lebih keras dari sebelumnya untuk pembuktian. Aku suka dengan sudut pandangnya menghadapi dunia yang udah makin ngaco ini.
Sialnya, semakin banyak ngobrol sama JC, aku nggak sadar kalau ternyata ada rasa kagum yang terbangun lewat interaksi dan berujung dengan rasa suka.
Damn! He's too hot to resist! The good news is I don't mind and I'm happy to surrender myself to this feeling. Haha.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Kalau kalian baca cerita baruku yang sebelumnya, pasti tahu apa yang kualami belum lama ini.
Itu sulit, sama sekali nggak mudah.Aku bersyukur dikelilingi oleh teman2 yang begitu tulus dan baik, yang begitu dewasa, nggak bertele2, dan sanggup kasih aku tamparan walau lagi begini.
Yes, the funniest thing is I love to hear about the bitter truth.Dan semesta seakan mendukung, akutu dikelilingi sama orang2 yang nggak pinter basa basi, nggak bisa ngomong manis2 yang bikin eneg, atau muter2 bikin kepala pusing yang buang waktu.
Dalam masa pemulihanku, aku diberikan orang2 yang turut hadir
dan nggak menuntutku untuk bicara tapi meluangkan waktu untuk sekedar duduk dan makan bersama meski nggak ada obrolan.
Juga, sebagian dari kalian yang baik hati banget untuk kirim doa dan semangat lewat DM walau berujung nanya "story kok nggak ada?" ,😅So, cerita ini adalah balasanku untuk kebaikan kalian dimana aku tulis until memberi rasa senang, merasa dikasihi, dan didengar.
Intinya, aku sayang kalian.
Sayang sekali. I purple you. 💜
28.11.23 (21.45)PS. Proudly present, here's JC for everyone.
And yes, he's a runner.
KAMU SEDANG MEMBACA
You had me at: Hello, JC! (END)
Roman d'amourDarinya, aku menyukai langit biru. Menandakan kebebasan, kelepasan, kemerdekaan, dan kecukupan atas diri sendiri. Sederhana, tapi bermakna. Biasa saja, tapi cukup berkesan. Tidak melakukan apa-apa, tapi dari itu saja, dia sudah memberi warna. Aku...