JC menjemput Sera di resto saat makan malam bersama dengan Edward. Keduanya berkenalan secara langsung dan sudah seperti perkiraan Sera jika JC akan lupa tentang siapa Edward karena pria itu memang tidak terlalu menaruh perhatian pada hal yang bukan urusannya.
Mengambil penerbangan ke Jakarta pada sore hari, JC berniat untuk memberi kejutan dimana Sera sedang makan malam bersama dengan Edward tanpa rencana. Tidak terlalu banyak memberi penjelasan, tampaknya JC tidak mempermasalahkan hal itu mengingat dia cukup santai dalam menjalani obrolan bersama dengan Edward tadi.
Sekitar setengah jam setelah berbasa basi, keduanya berpamitan dengan Edward dan segera menuju ke mobil.
"Kamu yakin nggak mau makan?" tanya Sera sambil memperhatikan JC yang sedang menyalakan mesin di bangku kemudi saat sudah memakai seatbelt.
"Masih kenyang, ntar juga laper dan bisa cari makan," jawab JC langsung.
"Are you okay?" tanya Sera sambil mengarahkan tangan ke tengkuk JC dan memijatnya pelan.
Memejamkan mata, JC tampak menikmati pijatan lembut yang dilakukan Sera selama beberapa saat, kemudian menghela napas dan melajukan kemudi secara perlahan untuk keluar dari pelataran parkir.
"Aku cuma capek aja sih, selebihnya fine," jawabnya.
"Udah tahu capek tapi kenapa pake acara jemput?" balas Sera.
JC melirik singkat pada Sera untuk memberi senyuman dan kembali menatap ke depan. "Kangen sama kamu."
"Ck, gombal," cibir Sera sambil menarik tangannya kembali dan terkekeh geli melihat ekspresi JC yang kembali bingung disana.
"Aku serius loh. Makanya aku samperin kamu walau capek," balas JC dan Sera tertawa.
"Iya, tahu. Maaf, cuma merasa aneh denger kamu ngomong kayak gitu. But, I appreciate it, thank you and I miss you too. So much!" sahut Sera sambil mencondongkan tubuh untuk mengecup pipi JC dengan dalam.
JC mengangguk dan tampak seperti biasa, datar dan tidak menampilkan emosi yang berarti seperti menganggukkan kepala, terlihat berpikir, memberikan senyuman yang tertahan, lalu dengan ekspresi serius seolah sedang menghadapi masalah. Lucu, sekaligus menggemaskan, pikir Sera dalam hati.
"Hari ini kamu ada acara apa, gak?" tanya JC kemudian.
"Nggak, lagian ini juga udah malem," jawab Sera.
"Nggak ada acara dadakan sama Maia?" tanya JC lagi.
"Bisa langsung aja ke intinya, gak? Nggak usah muter-muter nanya gini," balas Sera dengan satu alis terangkat karena merasa JC menginginkan sesuatu tapi terlihat bingung bagaimana cara menyampaikan.
"Aku mau ajak kamu ke tempatku," ucap JC kemudian sambil melirik Sera seolah menilai ekspresi wajah Sera.
"Oke," balas Sera sambil mengangguk.
"Hah? Serius?" tanya JC dengan ekspresi kaget.
"Iya lah, emang kamu berharap aku jawab nggak?"
"Nggak, aku pengennya kamu jawab iya."
"Oke dan iya itu kurang lebih sama, kan?"
JC terdiam dan tidak langsung menjawab.
"Kenapa?" tanya Sera kemudian.
"Kamu mau bukan karena nggak enak sama aku, kan? Bukan karena pengen nyenengin aku?" tanya JC balik.
Pertanyaan itu pernah diberikan JC padanya perihal kemauan, itu berarti JC memang menginginkan segala sesuatu terjadi atas keinginan bersama dan tidak timpang. Hubungan yang kuat dibangun dari dua pihak yang berusaha, itu katanya. Usaha, niat, juga komitmen. Kesemuanya itu harus berjalan beriringan, tidak lebih, juga tidak kurang, jika keduanya sepakat maka akan terjadi keseimbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You had me at: Hello, JC! (END)
RomanceDarinya, aku menyukai langit biru. Menandakan kebebasan, kelepasan, kemerdekaan, dan kecukupan atas diri sendiri. Sederhana, tapi bermakna. Biasa saja, tapi cukup berkesan. Tidak melakukan apa-apa, tapi dari itu saja, dia sudah memberi warna. Aku...