Part. 6 - Shoot!

711 139 13
                                    

Yuk, kita ngegas! Haha.

Sebagai orang yang tidak pernah olahraga, kegiatan jalan pagi hari ini cukup memberatkan untuk Sera. Ditambah lagi, cuaca yang ternyata cukup terik untuk jam sepuluh itu membuatnya berkeringat dan kepanasan. Ternyata, Bogor tidaklah sesejuk itu, pikirnya.

Berbanding terbalik, JC tampak menikmati sesi jalan pagi dengan santai. Meski dia berkeringat tapi begitu bersemangat dalam melangkah dengan kaki panjangnya dimana Sera perlu berusaha dua kali lebih cepat untuk bisa menyamakan langkahnya. Satu langkah JC adalah dua langkah Sera.

Meski sambil mengobrol, tentu saja Sera harus mempercepat langkah agar tidak ketinggalan. Walau demikian, Sera mengagumi pemandangan yang ada di sekitarnya, pohon-pohon tinggi, taman bunga yang cantik, tata letak penghijauan yang terlihat begitu menyenangkan, tidak hanya untuk penglihatan tapi juga hati.

"Capek?" tanya JC sambil menoleh dan menunduk untuk melihat Sera yang tampak sedang menyeka keringat di keningnya.

"Ya capek lah," jawab Sera langsung.

"Ini baru cuma berapa kilo loh," balas JC yang membuat Sera menoleh padanya dengan ekspresi cemberut.

"Kamu itu pada dasarnya emang tukang lari, beda sama aku yang mageran," sahut Sera.

JC tertawa pelan. "Untungnya bukan tukang lari dari kenyataan tapi demi kesehatan, ya."

"Emangnya kamu suka lari dari kenyataan?" tanya Sera sambil terkekeh.

"Nggak bisa kabur kalau soal kenyataan. Harus hadapi dengan berani atau takut," jawabnya mantap.

Sera mengangguk setuju. "Kalau ada hal yang nggak bisa diperjelas, apa ada kemungkinan untuk orang main lari gitu aja tanpa penjelasan?"

"Dengan dia lari gitu aja, itu adalah penjelasan, Ra," jawab JC sambil mengangkat bahu.

"Penjelasan?" tanya Sera lagi.

JC mengangguk. "Bahwa orang itu nggak berani bersuara dan pergi adalah satu-satunya cara agar dia bebas dan kamu jadi tahu dengan sendirinya. Terkesan pengecut dan nggak punya nyali tapi hal itu banyak dipilih sama orang untuk bertahan hidup."

"Meski udah kacauin hidup orang?"

"Kacau atau nggaknya tergantung yang punya hidup. Dia nggak bisa kontrol apa yang dilakukan orang lain tapi punya kemampuan untuk kontrol diri sendiri. Kenapa? Pertanyaanya kok mendalam amat," tanya JC heran.

"Cuma nanya. Jadi, kamu termasuk orang yang bakalan main lari gitu aja kalau ada urusan ribet, gak?" tanya Sera balik.

"Mungkin nggak, mungkin juga, ya. Aku itu orangnya bosenan, suka tiba-tiba ngilang tapi bukan karena kabur nggak mau tanggung jawab, ya. Aku biasanya kayak gitu buat cari ketenangan aja. Break for a while, nanti juga balik sendiri," jawabnya santai.

Sera mengangguk mengerti.

"Kenapa? Kamu nggak mikir yang gimana-gimana, kan?" tanya JC dengan ekspresi cemas.

Sera menggeleng. "Cuma nanya, kali aja ada yang perlu aku maklumin supaya nanti kalau ada kejadian, akunya nggak bingung. Jadi udah ada persiapan."

"Kenapa kamu harus melakukan persiapan untuk segala sesuatu?" tanya JC heran.

"Mungkin aku termasuk orang yang terlalu detail sampe butuh konfirmasi yang cukup jelas untuk ambil kesimpulan. Don't worry, it's just myself."

"I also have some overthinking shit in my mind, especially in the middle of the night. But, please, don't take everything seriously."

You had me at: Hello, JC! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang