Setelah menempuh perjalanan hampir enam jam, dimana mereka tiba tepat jam makan siang, akhirnya mereka tiba di sebuah resort yang sudah dipesan dan diatur oleh guide lokal. Resort itu cukup lumayan dan saat berada disana, mereka seperti memiliki pulau pribadi karena hanya rombongan mereka saja yang ada disitu untuk dilayani.
JC dan Edward berkolaborasi dalam mengatur perjalanan kali ini karena keduanya memang sudah terbiasa melakukan perencanaan liburan semacam ini. Yang lainnya hanya menunggu dan berkeliling melihat resort yang akan menjadi tempat bermalam mereka selama beberapa hari disana.
Untuk mengisi waktu kosongnya sembari menunggu, Sera duduk di teras resort yang menampilkan pemandangan pulau dengan air yang begitu biru dan jernih, juga langit yang begitu cerah dan indah seperti perpaduan lukisan yang hidup dan terpampang nyata di hadapan Sera yang sukses membuatnya tersenyum lebar.
Membawa kamera dan mulai memasang lensa khusus tambahan, Sera mulai mengarahkan kamera untuk memotret beberapa objek yang tampak begitu menarik dari berbagai angle. Sudah asik sendiri dan bahkan tenggelam dalam aktifitasnya, Sera tidak menyadari jika JC sudah menyusul dan ikut duduk disamping sambil tersenyum padanya.
"Seneng?" tanya JC yang membuat Sera tersentak dan langsung menoleh padanya.
"Iya, aku suka liat langitnya, pulaunya, semuanya," jawab Sera sambil melebarkan senyuman.
JC mengangguk dan menaruh dua tangan ke belakang untuk menahan tubuh sambil meluruskan kaki dan melihat pemandangan yang ada didepannya.
"Inilah yang menarik dari perjalanan yang panjang dan capek banget. Kita bisa liat keindahan yang nggak selalu bisa kita dapat tiap hari," ujar JC dengan tatapan menerawang.
"Me time ala kamu ya," tukas Sera kemudian.
"Selain itu, aku bisa bilang kalau aku suka menantang diri sendiri untuk lakuin apa yang sulit," sahut JC.
"Aku pikir hal yang kayak gini, apalagi lakuin hal yang kamu suka bukanlah hal yang sulit," ujar Sera yang membuat JC kembali menoleh padanya.
"Nggak juga. Aku pernah naik gunung yang jalur tempuhnya bikin aku pengen cepet-cepet pulang. Mungkin karena aku lagi kurang fit tapi akhirnya aku bisa sampe ke puncak," cerita JC sambil tertawa pelan.
Sera tertegun dan merasa tidak percaya pada apa yang diceritakan JC. Namun setelahnya, pria itu dengan lugas menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi, tentang cuaca, jarak tempuh, kesulitan yang dihadapi, juga daya tahan tubuh yang lemah. Meski begitu, dia tidak menyerah dan tetap melanjutkan apa yang sudah direncanakannya sejak awal, yaitu menyelesaikan pendakian hingga pada puncaknya dan melihat matahari terbit dari salah satu gunung tertinggi di Indonesia kala itu.
"Pacaran banget, Masbro, Mbaksis?" terdengar celetukan dari belakang yang membuat keduanya menghentikan pembicaraan dan menoleh untuk mendapati Maia yang datang menghampiri disusul yang lainnya.
"Sirik bilang, Bos," sahut Sera sambil tertawa.
Maia terkekeh sambil mengangkat bahu. "Temen lu nggak asik banget, masa dia atur kamar buat sesama jenis."
Sera menoleh pada Edward yang sedang memutar bola mata saat mendengar ucapan Maia. JC segera beranjak dari duduk dan mengulurkan tangan yang langsung disambut Sera untuk berdiri.
"Maksudnya sesama jenis?' tanya Sera bingung.
"Lu tidur sama Maia dan Erina," jawab Edward langsung.
Sera melirik pada JC yang tampak memberi ekspresi biasa saja sambil bersidekap dan tidak berkomentar, sementara Maia mencibir ucapan Edward yang disertai decakan pelan dari George.
KAMU SEDANG MEMBACA
You had me at: Hello, JC! (END)
RomanceDarinya, aku menyukai langit biru. Menandakan kebebasan, kelepasan, kemerdekaan, dan kecukupan atas diri sendiri. Sederhana, tapi bermakna. Biasa saja, tapi cukup berkesan. Tidak melakukan apa-apa, tapi dari itu saja, dia sudah memberi warna. Aku...