"cinta bukan tentang siapa yang jatuh terlebih dahulu lalu tumbuh, tapi cinta adalah tentang siapa yang memilih jatuh lalu tumbuh meski di jiwa yang rapuh "
- KELOPAK TERAKHIR -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Luka tak memiliki suara, sebab itu air mata jatuh tanpa berbicara" _ lentera putih Azzelean _
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, gedung sekolah berlantai lima itu mulai sepi, seluruh siswanya bergegas untuk pulang.
Namun tidak dengan dengan beberapa siswi penghuni kelas A+ yang sejak tadi masih sibuk merunduk seolah mencari sesuatu di bawah meja dan kursi yang telah kosong sejak lima bekas menit lalu,
"Di mana sih jatuhnya" ucap lentera frustasi karna belum juga menemukan miliknya yang hilang "perasaan istirahat ke dua masih gue pakek deh"
Di bagian sudut lain Safa dan akkanu juga di buat sibuk oleh tara yang meminta bantuan agar mencari sebuah cincin berlian pemberian kakak nya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun, sementara yang lain baru saja pergi meninggalkan kelas setelah sebelumnya mereka juga ikut membantu.
Pencarian berlangsung sampai setengah jam, namun cincin kesayangan tara masih belum di temukan, Safa dan akkanu juga sudah pamit pergi Lima menit lalu menyisakan tara yang tetap kekeh ingin terus mencari cincin itu sampai ketemu,
Dirinya sudah hampir mengelilingi setengah sekolah sendirian, tapi tetap tidak menemukannya, sampai tiba-tiba badai datang kearahnya dengan sedikit berlari sambil memekikan nama lentera agar gadis itu berbalik
"Yuk, pulang." Ajak badai setelah mereka berdiri berhadapan, napasnya terdengar sedikit terengah karna dirinya berlari dari ujung koridor yang cukup panjang, sementara lentera hanya menatap nya bingung dengan alis tertekuk, "tapi cincin gue belum jumpa, gue gak akan pulang sampai cincin itu ketemu." elak tara menolak ajakan dari badai, gadis itu kembali hendak berbalik namun urung saat pemuda di depannya mengulurkan tangan lalu membuka genggaman nya
"Yang ini cincin lo, kan?" Tanya badai seraya memperlihatkan cincin berwarna silver dengan bandul berlian berwarna biru
"Kok ada sama lo, atau jangan-jangan lo yang nyembunyiin cincin ini" tuduh tara iseng sembari memakai kembali cincin kesayangannya
"Enak aja, gue ketemu cincinnya di kantin tadi." Cibir badai tak suka dirinya dituduh
"Iya deh, percaya"
"Yaudah ayo, gue anter lo pulang, Faza udah duluan tadi, dia nitipin lo ke gue." Badai mengulang ajakannya, kali ini lentera tidak menolak, karna cincin berliannya sudah kembali melingkar di jari manisnya.
<•>
Saat ini kedua remaja itu sedang berada di dalam Lexus mewah milik badai, sejak tadi anak itu tidak bisa diam mengeluh bahwa perutnya sangat lapar dan memohon agar mereka berhenti dan mencari makan sebelum mengantar lentera ke rumahnya, namun setiap dirinya berniat menghentikan mobil untuk membeli pengganjal perut gadis itu selalu saja melarang nya, alih-alih menjaga jarak dari asap rokok yang berulang kali di hembuskan oleh satu dua orang di sekitaran warung,