Happy reading
°
°
°
Solar menatap cemas pada dua kertas ditangannya. Satu kertas adalah nilai dari ulangan hariannya, satu kertas lagi merupakan amplop hasil pemeriksaan medis dari rumah sakit.
Tetapi daripada hasil pemeriksaan itu, Solar lebih mengkhawatirkan kertas ulangannya yang tertulis angka 98,2 disamping namanya.
"Pasti ayah marah besar," Ujarnya pelan, sedikit rasa takut menghantuinya.
"Apa umpetin aja, ya? Aku belum siap buat ngadepin kemarahan ayah," Solar memainkan jarinya.
Wajar saja jika Solar merasa takut. Sebab, ia adalah anak yang jarang menjadi sasaran kemarahan Amato, bahkan terbilang tidak pernah. Tentu karena Solar selalu memenuhi aturan yang dibuat Amato, dan sekarang adalah kali pertama dirinya mendapat nilai dibawah seratus.
Tentunya hal itu membuat Solar cemas, belum lagi hasil pemeriksaan medis mengenai masalah pada matanya.
"Oke, tenang Solar. Kalo di umpetin dan gak ngasih tau ayah, dia gak bakal marah. Yah.. seenggaknya sebelum ayah nemuin hasil ulangannya," Solar menyimpan kedua kertas itu diantara buku-buku yang berjajar diatas meja belajarnya.
°
°
"Kak, nanti gue pulangnya telat,"
"Tumben? Kenapa?"
"Ada kelas tambahan dari Bu Ivana, jadi pulangnya sorean, bilangin ke ayah," Ice kembali menyuapkan bakmi ke mulutnya.
Saat ini, Halilintar, Gempa dan Ice sedang makan dikantin sekolah mereka untuk mengisi perut setelah mabuk pelajaran.
Ketiganya makan dengan tenang sampai bel masuk berbunyi. Halilintar dan Gempa berjalan menuju lantai dua, sementara Ice berjalan ke kelasnya diseberang kantin.
Ice menghela nafas malas, untuk apa guru matematika itu menambah jam pelajarannya?
Di lain tempat,
"Fan! Lo oke, kan?"
"Brisik Blaze, gue gak kenapa-napa juga,"
"Lo mimisan anjir!"
"Iya tau, makanya Lo diem," Taufan masih sibuk membersihkan darah yang keluar dari hidungnya di wastafel toilet.
"Gue panik, lah!" Sedangkan Blaze yang berdiri disampingnya terus mengoceh.
Setelah membersihkan darahnya, Taufan mengelap area hidungnya dengan tisu yang selalu ia bawa.
Entah kenapa akhir-akhir ini dirinya sering merasa cepat lelah, bahkan sampai mimisan seperti ini.
"Ke dokter aja lah, Fan. Takutnya lu ada penyakit," Ujar Blaze, dia benar-benar khawatir dengan keadaan Taufan sekarang.
Terlihat dari tubuhnya yang semakin kurus, pipi yang terlihat tirus, juga wajah yang pucat pasi benar-benar terlihat mengkhawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Angel [END]
Fanfiction-DON'T BE SIDERS!! VOTE MASIH BERLAKU. Dia baik, Dia ceria, Dia murah senyum, Dia suka menolong, Tapi dia hancur. Utuh tapi rapuh, he's broken angel. Dia terus saja menyusun jiwanya yang rapuh agar tetap utuh, tertawa adalah caranya untuk menutupi l...