Happy reading
°
°
°
Malam sudah berlalu, kini giliran siang yang bertugas. Taufan membuka sepasang matanya, pandangannya melihat Blaze yang masih terlelap dengan plaster pereda demam dalam pelukannya
Ah, anak itu benar-benar rewel semalam.
Taufan bangun dan segera memulai ritual paginya, hari ada praktek olahraga sebagai ulangan harian.
Tak butuh waktu lama, kini Taufan sudah siap dengan seragam putih-abu nya.
"Blaze, gue berangkat ya," Taufan mengelus rambut Blaze sebelum keluar dari kamarnya.
Sampai di lantai bawah, Taufan melihat salah satu adiknya sedang sarapan di meja makan.
"Pagi,"
"Hm,"
Taufan duduk didepan Ice yang sedang makan, hanya ada mereka berdua disana, biasanya Halilintar, Gempa, Thorn, dan Solar sudah berangkat lebih awal. Sementara Amato, dia memang jarang makan bersama mereka.
"Blaze?" Tanya Ice disela-sela makan nya.
"Sakit,"
"Bukannya semalem masih sehat?"
"Iya, ngedadak sakitnya," Ujar Taufan, ia tidak mungkin mengatakan jika Blaze sakit karena menangis setelah dijahili olehnya.
"Bisa gitu ya," Setelah mengatakan itu, Ice berdiri dan berjalan keluar.
Begitu selesai dengan sarapannya, Taufan juga berjalan keluar menuju garasi, berniat mengambil motornya.
Beginilah kesehariannya. Tidak ada sapaan selamat pagi antar saudara, tidak ada sarapan bersama, tidak ada kebersamaan yang menghangatkan suasana.
Tidak ada yang spesial, semuanya sibuk dengan pribadi masing-masing. Mereka bersaing satu sama lain, mengejar nilai sempurna agar selamat dari kemarahan Amato.
Taufan menutup pintu garasi setelah mengeluarkan motor sport dengan bordiran biru miliknya, ia menjalankan motornya ke sekolah dengan kecepatan sedang.
Taufan sampai di sekolahnya, sekolah Negeri dengan nama SMAN 1 RINTIS tertampang jelas diatas gerbang.
Berbeda dengan saudaranya yang sekolahnya swasta, Taufan dipisah untuk sekolah disini.
Bersama Blaze, anak itu memilih sekolah bersama Taufan agar dekat dengan teman seperjahilannya.
Taufan memasuki kelasnya yang berada dilantai dua, ruang MIPA 3-A.
Brak!!
"Hellow everi badi!!!! Aa Upan yang kasep ini udah dateng kiw kiw, ada yang kangen?"
Ctak
"Ngapain kangen? Orang ketemu tiap hari," Ujar Kean setelah menyentil dahi Taufan.
"Huhuhu sakit banget anjir T_T lu kalo nyentil kaga pake perasaan ya," Taufan mengelus dahinya yang sedikit memerah.
"Aduh, kasian si dede Upan. Sini de, biar teteh elus keningnya," Seorang perempuan yang duduk didepan itu menghampiri Taufan dan mengelus dahinya.
"Weh apa-apaan Lo? Dada dede dada dede, gue lebih tua dari Lo ya," Taufan menyingkirkan tangan Dini- teman kelasnya yang saat ini sedang mengelus dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Angel [END]
Fiksi Penggemar-DON'T BE SIDERS!! VOTE MASIH BERLAKU. Dia baik, Dia ceria, Dia murah senyum, Dia suka menolong, Tapi dia hancur. Utuh tapi rapuh, he's broken angel. Dia terus saja menyusun jiwanya yang rapuh agar tetap utuh, tertawa adalah caranya untuk menutupi l...