Happy Reading
°
°
°
Tangan itu terus mencari sesuatu, wajahnya menyiratkan ketakutan. Panik, khawatir dan cemas menjadi satu, hal itu membuat pikirannya kalang kabut.
"Dimana surat itu?"
"Kamu mencari ini?"
Deg-
"Eh..? K-Kenapa surat itu a-ada di ayah?" Solar, lelaki itu menatap takut pada pria didepannya.
"Bagaimana kamu akan menjelaskan ini? Katakan, kamu punya mulut 'kan? Solar Andrea Adiwira," Amato menatap nyalang pada anak bungsunya.
"Jawab!" Solar tersentak. Tubuhnya gemetar, ia merasa ketakutan sekarang.
"Ayah? Ada apa? Solar?" Amato tak menghiraukan kedatangan Gempa, matanya masih fokus menatap Solar dengan tajam.
"Cepat jawab! Ayah ingin mendengarnya langsung dari kamu," Sementara Gempa yang tidak tahu apa-apa terlihat bingung.
"Cepat jawab selagi ayah belum emosi," Amato menggeram rendah, matanya semakin nyalang menatap Solar.
Solar semakin bergetar, lidahnya kelu untuk berbicara didepan Amato, tapi ia tetap berkata, "A-Aku.. mata aku k-kena katarak, ayah-"
Plak-!!
"AYAH!!" Gempa berteriak kencang melihat adik bungsunya yang ditampar Amato.
Solar? Saking kuatnya tamparan Amato, pemuda itu sampai oleng kesamping dan hampir jatuh, tentu tidak terjadi karena tubuh Solar sempat ditahan oleh Halilintar.
Halilintar mendekap tubuh Solar, memeluk erat adik bungsunya. Begitu juga dengan Solar, ia memeluk Halilintar dengan tubuh gemetar dan airmata yang sudah mengalir di pipinya.
Halilintar menatap tajam pada Amato, "Apa yang ayah lakukan?" Desisnya.
"Menurut mu?"
"Tapi gak sampe nampar solar juga! Dia masih kecil, jangan samain Solar dengan aku, Taufan dan Gempa!" Suara Halilintar naik satu oktaf.
"Turunkan nada bicara mu, Halilintar. Tidak sopan sekali, bukankah ayah mengajarimu tentang adab? Lagipula, kenapa tiba-tiba kau peduli dengan adikmu? Sejak kapan? Apa rasa benci mu pada anak itu juga sudah hilang?" Amato menatap datar ada anak sulungnya.
Halilintar bungkam. Benar, kenapa tiba-tiba dirinya seperti ini? Mengapa ia peduli pada adiknya? Dan apa tadi? Benarkah rasa bencinya pada adik pertama sudah hilang?
Tidak, tidak. Halilintar bukannya tidak peduli kepada adik-adiknya, ini terjadi karena tuntutan sang ayah yang menjadikannya sosok yang tak berperasaan.
"Dengar Solar, bagaimanapun caranya, sembuhkan matamu, ayah tidak mau mempunyai anak yang cacat,"
Deg
Jantung Solar berpacu dengan cepat, ia semakin mengeratkan pelukannya pada Halilintar.
"Ayah jangan bercanda!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Angel [END]
Fanfiction-DON'T BE SIDERS!! VOTE MASIH BERLAKU. Dia baik, Dia ceria, Dia murah senyum, Dia suka menolong, Tapi dia hancur. Utuh tapi rapuh, he's broken angel. Dia terus saja menyusun jiwanya yang rapuh agar tetap utuh, tertawa adalah caranya untuk menutupi l...