- Part 4 -

224 32 13
                                    

Selamat Membaca ❤️❤️












“Permisi~~~” Liz berteriak nyaring memanggil pemilik rumah tetangganya sambil membawa rendang daging babi yang ia buat dengan penuh cinta untuk dirinya sendiri dan mengapresiasi dirinya karena bisa memasak makanan khas Indonesia.

Berhubung ia tidak bisa menghabiskan dua kilogram daging rendang sendirian karena takut kena kolesterol, maka ia memberikan empat-lima potong daging ke beberapa tetangga terdekatnya, termasuk Wonyoung dan Sunoo.

“Permisi~~~” Liz menaikkan sebelah alisnya melihat pintu dua rumah milik tetangga yang masih tertutup rapat.

“Apa tidak ada orang di rumah?” gumam gadis itu bingung. Freelancer itu menoleh ke arah garasi yang terbuka menampakkan mobil sedan dan mobil van milik Wonyoung dan Sunoo yang terparkir.

“Mobilnya ada kok. Garasinya juga terbuka,” kata gadis itu lagi.

“Permisi~~~” panggilnya lagi.

Brak.

Pintu terbuka tiba-tiba dengan sendirinya dan memperlihatkan sosok pria tampan berkulit putih dan bercahaya. Sekilas Liz bertanya dalam hati jenis skincare apa yang pria itu pakai? Semahal apa dan serutin apa ia memakainya? Atau kemana pria itu perawatan kulit?

Tubuh pria itu tinggi sekitar 180-an sentimeter. Sosoknya terlihat tak bersahabat karena tak memperlihatkan senyum sama sekali pada Liz yang berdiri dengan mangkok berisi rendang yang ia bawa.

“Pagi, ini saya ada sedikit makanan untuk kalian,” kata Liz menyodorkan makanan. Ia yakin pria itu adalah keluarga dari Wonyoung dan Sunoo.

Pria di hadapan Liz melirik daging itu. Dirinya sangat lapar dan ingin mengisap darah. Ia melihat beberapa onggok daging berlumur bumbu tersebut dengan tak minat. Justru ia mengernyit samar karena aroma bawang putih yang tercium hidung sensitifnya.

“Ayo, diambil. Apa kau menolak pemberianku, Pak?” tanya Liz karena sudah dua menit mereka hanya diam sambil memperhatikan rendang buatan Liz. Liz bingung harus memanggil apa melihat sosok orang di rumah Wonyoung dan Sunoo itu, jadi ia memanggilnya dengan sebutan 'Pak'.

Mata pria di hadapan Liz itu menyorot wajah Liz, menatap pipi Liz yang gembul, lalu turun pada leher Liz. Dirinya mencoba mengenali Liz, mungkin saja Liz adalah vampir seperti dirinya. Sayang, kekuatannya tak bisa digunakan dengan baik. Kebetulan saja ia bisa membuka pintu depan dengan kekuatannya.

“Pak?” Liz meneguk ludah karena merasa ada yang tidak beres dengan pria asing di depannya yang tak merespon ucapannya.

Suara derap langkah dari dalam rumah terdengar makin keras seiring dengan berlarinya Wonyoung dari kamar menuju ruang tamu depan.

Gadis itu melompat dengan tangan meraih langit-langit bingkai pintu rumah. Kuku-kukunya mendadak keluar dan mencengkeram bingkai pintu disertai kaki yang bersiap menendang pria asing di hadapan Liz.

Bugh!

Pria asing tersebut terdorong hingga terjatuh di teras rumah.

Duagh!

Tendangan Wonyoung yang penuh energi membuat tubuh pria yang tak Liz kenal itu membentur keramik.

Liz begitu kaget karena benturan wajah pria itu membuat keramik retak, dan pecah.

Hop!

Wonyoung melompat menapak lantai dan dengan gesit tangannya mengusap wajah Liz agar Liz melupakan apa yang ia lihat barusan, dan segera kembali ke rumah dengan rasa bingung dan lupa.

Liz langsung berbalik ke rumahnya seperti tidak tahu apa-apa dan tak melihat kejadian barusan.

Sang pangeran tak mengaduh meskipun wajahnya membentur keramik. Rasanya tidak sakit, hanya seperti belai ekor kucing.

Wonyoung segera menarik kerah jas hitam pangeran vampir ke belakang dan memaksa sang pangeran bangkit berdiri.

“Kau harus membayar ganti rugi karena mencabut bulu mata palsuku!” teriak Wonyoung. Sial sekali. Ia hanya memiliki stok bulu mata sepasang. Itupun sudah ia pakai dan ternyata malah dicabut sang pangeran karena sebelumnya Wonyoung ingin menghipnotisnya dengan tatapan mata. Tentu saja sang pangeran tak senang dengan percobaan yang Wonyoung lakukan. Pangeran merasa kalau Wonyoung bukanlah bagian dari bangsanya, melainkan dari bangsa lain yang dapat mengeluarkan sinar dari kulit dan bola matanya.

Sunoo memijit pelipisnya perlahan karena tak habis pikir dengan sang putri yang malah mempermasalahkan sang pangeran yang mencabut bulu palsunya.

Pria itu hanya menonton dari balik dinding sambil menghela napas lelah. Ia tak suka kedatangan pangeran tampan yang selama ini Wonyoung tunggu-tunggu kehadirannya.

Ingin rasanya ia menjauhkan pangeran vampir itu dari sang putri, tapi apa daya, sang putri malah memohon pada Sunoo agar membantunya bisa menikahi sang pangeran.

“Apa kau mengerti apa yang ku katakan?!” Wonyoung mendorong sang pangeran hingga punggungnya membentur dinding lalu mencekik lehernya dengan perasaan kesal.

Bulu mata palsunya yang ia pesan dari Paris harus rusak karena sang pangeran. Belum lagi bulu mata aslinya yang ikut tercabut beberapa helai.

Pangeran Sunghoon tak menjawab. Tak ada yang bisa ia lakukan selain diam. Andai ia bisa menggunakan kekuatannya secara sempurna, mungkin ia sudah menyingkirkan Wonyoung dari hadapannya.

Pangeran itu begitu terganggu dengan kehadiran Wonyoung yang berhasil menyerap energinya. Meskipun tidak semua, tapi ia merasa kalau Wonyoung bukanlah sosok yang pantas ia jadikan penolong dirinya yang tersesat entah di dunia apa setelah tercebur di dalam laut lalu berakhir terkunci di dalam peti mati yang tersembunyi di dasar kapal laut yang hanya bisa dilihat oleh roh-roh gentayangan dan manusia yang memiliki indera keenam.

Darah berwarna merah kental menetes keluar dari luka berlubang yang Sunghoon ciptakan di leher Wonyoung.

Lingkaran lubang bekas tancapan taring sang pangeran terlihat bersinar layaknya bara api. Dengan sedikit kekuatannya yang muncul setelah sempat mencicipi setetes darah milik Wonyoung, pria itu menyentuh tetesan darah hanya dengan lirikan matanya. Darah yang menetes berhasil terbang ke arah bibirnya dan menyelusup melalui segaris celah kedua bibirnya.

“Hei, apa yang kau lakukan?” Wonyoung mendelik melihat tetes demi tetes darahnya terbang membentuk bulir kecil yang senantiasa terbang ke bibir Sunghoon.

Gadis itu segera menutup lukanya dengan tangannya.

Mengapa lukanya masih ada? Bukankah ia telah menutupnya dengan kekuatannya?

“Sunoo, dia mencuri darahku,” seru Wonyoung panik karena darah terus keluar seolah siap untuk dinikmati oleh sang pangeran vampir.

Sunghoon mengangkat tangannya meraih pundak Wonyoung dan dengan sekali hentakan, ia membuat Wonyoung tercampak menabrak pagar rumah.

Duagh!

“Hei, apa yang kau lakukan?” teriak Sunoo marah.

Belum sempat Sunoo menghajar Sunghoon, Sunghoon segera menyentuh pundak Sunoo dan mencampaknya seperti mencampak Wonyoung.

Sunoo tercampak ke tanah halaman hingga kepalanya masuk ke tanah gembur yang ditanami kentang di halaman rumah Liz.

Sang pangeran segera melangkah keluar halaman meninggalkan rumah kediaman Sunoo dan Wonyoung untuk mencari tahu siapa yang sebenarnya yang membebaskan dan membangunkannya dari tidur panjangnya di dalam peti.










30. J - My Sunshine (Vampire Prince And Mermaid Princess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang