Bab 20. Asuh

246 17 1
                                    

Bab 20. Asuh

"Jadi kamu udah punya pengganti Muezza sekarang?" tanya Sasti ketika mereka berdua sampai di rumah Indana.

Sasti sengaja menjemput Indana, setelah menyelesaikan urusan pesanan katering tidak jauh dari sekolah Indana.

"Iya, namanya Kitty. Baru berapa hari dan sorry aku belum sempet cerita karena biar cerita langsung aja," ungkap Indana yang membuat Sasti penasaran.

"Apa, nih sok misterius banget. Buruan cerita sekarang," todong Sasti. Lantas ia mengambil Kitty dan menggendongnya.

Sasti menyusul masuk ke kamar Indana dengan membawa Kitty ditangannya. Ia bermain bersama Kitty sembari menunggu Indana mengambil minum dan kudapan di dapur.

Sasti memang sudah sering ke rumah Indana, ia sudah hafal setiap sudut rumah saking dekatnya mereka selama ini. Hampir tidak ada rahasia di antara mereka berdua. Karena itulah mereka saling memahami sifat masing-masing.

"Kitty itu kucing yang dikasih sama Dokter Elang," ucap Indana yang membuat Sasti melongo.

"Serius?" tanya Sasti memastikan seolah apa yang ia dengar itu tidak benar.

"Iya. Aku sendiri juga kaget pas dia telepon dan bilang mau ke rumah."

Indana masih ingat ketika Elang tiba-tiba menghubunginya dan minta alamat rumah. Lalu Elang minta izin untuk datang karena mau mengantar sesuatu.

"Dalam rangka apa katanya, dia kasih kucing? " tanya Sasti.

"Katanya sih, buat ganti Muezza. Dia bilang buat nebus rasa bersalah karena nggak bisa menyelamatkan Muezaa," ungkap Indana yang sontak membuat Sasti tertawa.

"Dan kamu percaya gitu aja? Itu akal-akalan dia aja buat pedekate. Hmm, pinter juga langkah pertamanya," ungkap Sasti berusaha menganalisa.

"Belum tentu juga, bisa jadi dia memang merasa bersalah, kan?"

"Kamu itu naif atau gimana sih, Na? Di mana-mana orang kalau ngasih sesuatu pasti karena ada sesuatu juga di baliknya." Sasti tampak gemas melihat sikap Indana. "Lagian kalau karena rasa bersalah, harus berapa kucing dia kasih buat gantikan kucing pasiennya yang nggak tertolong?" Sasti menambahkan analisisnya.

"Iya, juga sih. Dan satu lagi, kamu pasti kaget ndengernya."

"Oya, apa tuh?"

"Tahu nggak ternyata benar kalau cowok penyelamat kucing yang dulu aku lihat tuh memang Dokter Elang," jelas Indana

Sekali lagi Sasti terkejut dengan apa yang Indana sampaikan. "Kok, bisa? Tahunya gimana, apa dia kasih tahu?"

"Nggak. Aku simpulkan aja. Dia hanya cerita kalau Kitty adalah kucing yang ia tolong di dekat halte Sudirman beberapa bulan yang lalu. Sama persis seperti yang aku saksikan di waktu yang sama." Indana menjelaskan dengan semamgat.

"Wah, fix ini sih, kalian memang berjodoh," ucap Sasti dengan wajah semringah.

"Jangan asal menyimpulkan," timpal Indana. Ia memang tidak ingin mengambil kesimpulan gegabah.

Indana sengaja untuk tidak berpikir bahwa mungkin saja Elang menyukainya. Ia hanya tidak ingin kembali merasa kecewa.

"Kamu sendiri gimana setelah tahu siapa cowok penyelamat kucing itu ternyata Mas Elang?" tanya Sasti. Tangannya mengambil gelas berisi jus jambu di nakas yang dibuatkan oleh Bi Surti.

"Terkejut aja, sih. Tapi, penasaranku terjawab kenapa dia bawa perlengkapan medis di tasnya waktu itu. Ternyata dia dokter hewan. Pantes sat set gitu," jawab Indana.

Sasti memandang Indana lekat. Mencari siapa tahu ada sedikit petunjuk apakah Sasti juga suka pada Elang, minimal simpati.

"Misalkan, Mas Elang beneran pedekate sama kamu, gimana?"

PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang