"makan kamu, sayang." suara berat afgan membuat bulu kuduk rara merinding seketika. afgan menarik sebelah alis kemudian menatap intens rara.
rara tidak membalas tatapan itu. ia menyibukkan diri dengan memilin sendiri baju kaos itu. afgan terkekeh rendah kemudian pelipis afgan bersentuhan dengan pelipis rara yang membuat si "pujaan hatinya" itu melotot.
"loh?" bisiknya lembut.
"shh.." afgan berkode untuk diam. sekitar 5 menitan mereka masih dalam posisi yang sama membuat sang empu mengeluh kram dibagian pantatnya. ingat, ia duduk dipinggir kabinet. ingin menegur ia takut afgan marah.
ketika rara ingin menyahut, seolah afgan seorang peramal ia segera mengecup bibir sang adik "tirinya" yang membuat sang empu melotot kaget dan shock namun afgan tidak menunjukkan raut bersalah didalam mimik wajahnya. afgan hanya menampilkan senyuman kemenangannya atau tidak lain senyuman miring.
"terkejut? ingin yang lebih?" rara melotot mendengar tuturan kalimat afgan yang terakhir. bro seriously?
"tidak, tidak!"
"ingin?"
"tidak!!"
"sure babe." rara tersentak dikala bibirnya dengan afgan bersentuhan. rara mematung seolah ia tidak bernyawa dibawah kukungan afgan. afgan yang melihat reaksi rara semakin gencar melumat bibir yang dari dulu ingin ia cicipi itu.
PUG!
PUG!
suara pukulan dari telapak tangan rara yang mengepal, namun afgan menghiraukan pukulan yang tidak seberapa baginya. ia semakin mendorong rara kedepan hingga dada afgan hampir menyentuh..
"hahh.. hahh.." ia menghirup oksigen udara itu dengan terburu buru. ini pengalaman baru baginya untuk berciuman. apalagi afgan melumat bibirnya 4 menitan.
"bernafas dengan hidung mu saat berciuman" afgan menoel hidung bangir rara kemudian terkekeh pelan.
"kak? kenapa kak afgan melakukan itu?" tutur rara pelan. jujur ia merasa risih dengan ulah afgan tadi mengambil "first kiss" nya.
afgan menarik dirinya dan memposisikan bibir seksi nya tepat di telinga kanan rara. hembusan nafas hangat afgan menyapa telinganya. "problem?" ucapan afgan membuat rara melotot. sungguh itu masalah!
rara mengangguk. "tentu! kita saudara kak"
seketika wajah afgan yang tenang kini menjadi merah seperti tomat. gawat, rara membangunkan khodam busuk afgan. urat nadi afgan menonjol kuat menandakan ia menahan emosi.
"saudara?" kini wajah afgan berada beberapa senti dari wajah rara, bahkan hidung kedua empu bersentuhan. rara merasa ucapannya tidak salah namun kenapa afgan terpancing emosi?
"iya..?" bisik rara ragu menjawab pertanyaan afgan. afgan terkekeh membuat rara takut seketika. sepertinya ia membuat sang kakak marah.
kedua tangan afgan berada di belakang tubuh rara dan memeluk tubuh itu dengan erat, kemudian mata rata melotot saat merasakan telapak tangan afgan yang dingin menyusup masuk kedalam kaos.
bibir afgan kini beralih ke leher jenjang milik sang adik tiri. "k-kak? tung-mhh.." suara desahan tertahan rara lolos dengan indah. rara merasakan deretan gigi afgan menggigit lehernya.
tidak sekali, afgan menggigit nya sangat banyak. terhitung ada 6 "kiss mark" terpampang di leher jenjang indah milik rara. tidak lupa kedua tangan kekar afgan dengan nakal memutuskan pengait besi kutang miliknya. kutang milik sang empu longgar seketika.
"kak!" kedua tangan rara bersandar menahan beban tubuh miliknya dari belakang. pada saat tangan afgan ingin berpindah ke buah dada milik adiknya, ia teringat sesuatu.
"SIAL." afgan menghembuskan nafas kasarnya, kemudian melangkah mundur dan beralih nenatap tubuh sang adik tidak lain rara yang terkulai lemas dan berantakan diatas kabinet dapur. sial, sungguh menggoda namun..
"maafkan kakak, maaf... umurmu masih 16." ia menghela nafas berat. hampir saja, hampir! "kakak akan menunggumu 2 tahun lagi, ra." ucap afgan final, ia meninggalkan rara yang masih dalam keadaan kacau karna ulah dirinya.
***
*BLAM!!*
hantaman keras yang berasal dari pintu yang ia tutup dengan keras. disana afgan menyandarkan tubuh kekarnya dibalik pintu kamar tidur. nafas pria itu ditarik sangat panjang. ketika pikiran nya sudah tenang ia menghela nafas. afgan tidak menyangka ia akan se-brengsek itu dengan adiknya. sungguh..
"hampir sedikit lagi sayang tapi kenapa harus terhalang oleh umurmu!" kesal afgan mengingat umur rara masih 16 tahun. sial, ia terburu ingin menyentuh sang adik. afgan menyadari sikapnya yang terlalu posesif dan terlalu intim tadi.
"aku harus menidurkan dia terlebih dahulu." ucap afgan final dan pergi ke kamar mandi menyelesaikan tuntasnya.
***
sudah jam 9 malam namun afgan tidak balik kebawah untuk sekedar makan atau mengambil makanan yang sudah ia siapkan. rara sedikit khawatir dengan keadaan sang kakak namun ragu untuk menemui pria itu.
canggung? tentu. rara masih canggung dengan perilaku intim afgan tadi, ia tidak menyangka afgan senekat itu. rara hanya mampu menghela nafas lelah, jika ia #hanya menunggu tidak memungkin untuk afgan turun kebawah. segera berdiri dan meraih sebuah nampan yang berisi semangkuk soup ayam ditambah dengan minuman kesukaan afgan, susu.
setelah sampainya didepan kamar afgan, tangannya dibawa untuk mengetuk 3 kali pintu kamar sang kakak.
TOK! TOK! TOK!
tidak ada tanda tanda pintu akan terbuka. rara tidak menyerah.
TOK! TOK! TOK!
cklek!
pintu itu terbuka sedikit, sang kakak mengintip dari balik pintu kemudian membuka lebar pintu itu oleh sang pemilik kamar.
"kakak makan?" si manis dengan berusaha memasang wajah menutupi rasa canggung yang didapur itu, termasuk afgan.
afgan mengangguk samar namun rara dapat melihat. ia masuk dengan nampan dikedua tangannya dan meletakkan nampan itu dengan ahli disamping nakas tempat tidur.
"kakak kenapa tidak keluar untuk makan?" bisik lembut.
"tidur." rara ber oh saja, ia kemudian berbalik untuk meninggalkan afgan kembali. tugasnya sudah selesai, kini ia tinggal tidur.
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHER || afgan story.
Teen Fiction"kak.. mama dan papa tinggalin kita??" seorang gadis menangis dengan lembut namun menyakitkan. sadari tadi menatap foto mendiang orang tuanya yang meninggal tepat pada tanggal 3, 2 hari yang lalu. "ya.." suara berat itu menusuk pendengaran gadis itu...