"kak.. mama dan papa meninggalkan kita??" seorang gadis menangis dengan lembut namun menyakitkan. sadari tadi menatap foto mendiang orang tuanya yang meninggal tepat pada tanggal 3, 2 hari yang lalu.
"ya.." suara berat itu menusuk pendengaran gadis itu. wajah tegas pria itu terlihat datar namun menyimpan banyak rahasia, dimana orang tuanya meninggal ulah afgan.
afgan merangkul bahu rara dengan tangan kanan kekar miliknya, mengusap bahu bergetar itu karna sang pemilik bahu masih menangis tersedu.
afgan menghela nafas dan menutup kembali foto yang menurutnya sedikit membuat perut ia mual. sungguh menjijikan jika mengingat wajah itu. ia beralih menatap sang pujaan hati disamping tubuh afgan.
"ra.. lebih baik kita pergi dari tempat ini." afgan mengusap pipi rara yang terus mengalir dan memproduksi banyak air mata. kemudian menarik tubuh mungil rara untuk dipeluk oleh afgan.
**
afgan membawa rara ke kamar milik sang pujaan hati. meletakkan rara ke pinggir kasur dengan lembut, kemudian ia jongkok didepan tubuh rara. telapak tangan besarnya dibawa mengelus paha rara lembut. bahkan rara mengakui usapan afgan sangat lembut terhadapnya.
"sudah tenang?" afgan tersenyum tipis.
kemudian rara mengangguk sebagai jawaban. "kak.. papa mama meninggal karena apa?" ucap rara masih penasaran dengan kasus kematian papa mamanya. dari kejadian semalam afgan hanya diam tanpa mau menjelaskan. ia berfikir afgan juga sama seperti dirinya terpuruk di tinggal oleh orang tersayang.
"kecelakaan mobil, pada saat itu dihantam oleh truk dan terhempas beberapa meter." ucap afgan enteng, namun wajah pucat rara tercetak jelas.
"astaga.." rara kembali menangis dalam diam lagi, afgan yang melihat itu tidak segan duduk disamping rara. membawa tubuh rara berbaring diatas kasur. menjadikan paha ia sebagai bantal pangku untuk rara.
"kenapa secepat itu..?"
"apakah mama tidak menyayangiku..?"
"jika ia tidak sayang padamu, kakak yang akan menyangimu." potong afgan, rara menatap afgan dengan heran. apakah benar itu afgan?
"kenapa? tidak percaya dengan ucapan kakak, ra?" afgan mengusap rambut rara. kemudian menatap wajah rara yang ia pangku.
"rara percaya kak. tolong jangan patahkan kepercayaan rara.." menghela nafas kecilnya dan kembali bersuara dengan nada tercekit menahan tangis.
"buat rara nyaman, kak."
pada saat itu afgan tersenyum licik. akhirnya sekian lama ia berhasil menyingkirkan pria dan wanita tua itu dengan mudah. mengapa ia tidak melakukannya dari dulu?
**
sejak kejadian dikamar waktu itu mungkin bisa dibilang hubungan saudara tiri mereka sangat dekat. rara hampir dibuat jatuh cinta oleh perlakuan manis afgan jika ia ingat afgan hanya saudara tiri.
rara asik melamun saat mengaduk sup tiba tiba di kagetkan oleh afgan memeluk rara dari belakang. rara sedikit tegang merasakan kedua tangan kekar milik afgan melingkar indah di perut rara. sangat intim.
afgan mulai menyandarkan kepala dibahu sebelah kanan rara, menatap dengan tenang si pujaan yang sedang memasak. "sup?" suara serak afgan menyadarkan pikiran rara.
"hah?" beo rara tidak mengerti.
"masak sup?" afgan bersuara lagi. kemudian rara mengangguk tanda jawaban afgan benar. "emang enak?" ucap afgan yang kini memejamkan mata sambil menghirup wangi menguar leher rara. merasa di sepelekan oleh sang kakak membuat rara menukik alis.
"enak kak! kenapa berbicara seperti itu!" afgan terkekeh mendengar penuturan lucu rara.
"tidak. kakak khawatir akan menjadi santapan terakhir."
awal Mula rara tidak mengerti maksud ucapan afgan, namun kemudian ia tersadar.
"IH!! TIDAK PERLU MAKAN." rara mencibir, ia mematikan kompor gas modern itu dengan emosi. afgan menyadari rara marah tentu tertawa lucu.
"forgive me babe." afgan berbisik.
ntah perasaan rara atau tidak pelukan afgan semakin erat namun lembut. jantung rara berdegub kencang. tangan rara masih mengenggam sebuah centong sup, ia menjadikan centong sup itu sebagai remasan untuk telapak tangan mungilnya menahan gejolak malu.
"dimaafin?" kepala afgan beralih menoleh ke wajah rara, membuat hidung mereka hampir bersentuhan. rara reflek mematung ditempat.
"a-ahh.. iya iya! yasudah rara segera memasak okey? kakak lapar bukan?" rara salah tingkah untuk menutupi rasa gugup.
afgan mengangguk tanda setuju. namun afgan melepaskan pelukan itu, mengubah posisi tubuh rara dengan tiba tiba dan..
"KAK!??" Rara berteriak kaget, tubuhnya digendong oleh afgan dengan gerakan cepat. reflek saja rara mengalunkan kedua tangannya ke jenjang leher afgan. kemudian afgan menduduk kan rara ke pinggir kabinet dapur.
"kenapa kak? kakak laparkan? aku ingin-" rara tidak sempat melanjutkan kalimat sebelum jari panjang afgan diletakkan tengah bibir rara.
"makan kamu, sayang."
bersambung...
UNTUK INFO LEBIH LANJUT, IKUTI TERUS! 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHER || afgan story.
Novela Juvenil"kak.. mama dan papa tinggalin kita??" seorang gadis menangis dengan lembut namun menyakitkan. sadari tadi menatap foto mendiang orang tuanya yang meninggal tepat pada tanggal 3, 2 hari yang lalu. "ya.." suara berat itu menusuk pendengaran gadis itu...