"tidur." rara ber oh saja, ia kemudian berbalik untuk meninggalkan afgan kembali. tugasnya sudah selesai, kini ia tinggal tidur.
***
Jika ditanya "afgan umur berapa sih?" jawabannya 20. baru saja pria itu menginjak angka 20 di tahun 2022 ini. afgan yang kini sibuk dengan dunia perkantoran dikarenakan ia mengganti posisi sang ayah yang sudah almarhum, namun afgan tidak menyesal jikalau ia penyebab sang ayah mati.
afgan juga berada digaris kata "sempurna." banyak wanita yang rela mengantri, dihina, dan juga dipermalukan oleh afgan untuk menjadi sang kekasih bahkan suaminya dengan terangan namun afgan kekeh dengan pendiriannya mencintai sang pujaan hati yang tidak lain "Rara."
disisi lain, sang gadis berkutat dengan peralatan sekolahnya di meja belajar. sudah 20 menitan ia menghabiskan waktu hanya untuk mempersiapkan alat atau diri menjadi murid baru di SMA nanti.
"selesai!" seru rara dengan senyuman mengambang di bibir. jika afgan melihat secara langsung rara tersenyum, mungkin ia jatuh pingsan ditambah juga mimisan yang mengalir tidak henti. secara terangan afgan menyukai senyuman rara yang mempunyai pipit senyum dibagian kanan bibirnya. sangat lucu menurut afgan!
kini gadis itu menarik diri untuk duduk dipinggir kasur dengan lelah, ia menarik sebuah kertas "LIST" yang tertulis berbagai macam persiapan untuk masuk ke SMA nya nanti.
"peralatan oke, terus seragam udah.. oh iya! sepatu?" seru rara, ia berfikir apakah sepatu itu masih muat jika dipakai? kemudian bangkit dari kasur dan pergi melangkah turun kebawah. ia pergi kebagian ruangan yang menyimpan banyak sepatu afgan dengan dirinya- "ketemu!" ucap rara senang, ia meraih sepatu hitam itu.
ia kemudian menatap aneh kedua sepatu ditangannya. benarkah ini sepatu miliknya? tapi kenapa terlihat menyusut. "astaga.. ini sudah kekecilan?" ujar rara kecewa, ia kembali menatap rak sepatu itu. penuh harap melihat ada sepatu lain yang berwarna hitam juga, namun mustahil. "huft.." rara bangkit, ia membawa sepatu itu keluar.
Afgan yang baru saja tiba dirumah dari kantor, menatap penuh heran kearah sang empu. terlihat raut masam terpasang diwajah itu. ia menghampiri rara.
"kenapa?" afgan berkata lembut.
rara sedikit tersentak dengan kehadiran afgan yang menurutnya tiba tiba, namun rara menggeleng pelan sambil tersenyum.
"tidak masalah kak.. sepatu rara lihat" rara menyodorkan kedua sepatu itu ke hadapan afgan. afgan meraih sepatu itu.
"kenapa sepatunya? nakal ya.." afgan menelisik tajam sepatu rara, melihat apa yang salah dengan sepatu itu membuat rara menggeleng pelan. "sepatunya tidak muat lagi! gimana dong?"
afgan mengangguk paham sambil ber ucap "oh"
"jadi..?" afgan menarik alis, ceritanya menggoda sang empu. rara tersenyum, sepertinya ini waktu yang tepat untuk meminta sepatu baru.
"aku ing-" ucapan rara terpotong karna sebuah nada dering ponsel dari afgan, afgan segera mengangkat telfon itu dihadapan rara.
"SIALAN, SAYA BARU PULANG!"
rara sungguh kaget mendengar umpatan afgan, ini untuk pertama kalinya rara mendengar seseorang mengumpat tepat dengannya. afgan yang menyadari itu dengan peka menarik tubuh rara, mengarahkan telinga kanan rara ke dada bidang afgan. tangan kanan afgan menutupi telinga kiri rara.
rara hanya menurut, ia hanya mampu mendengar detakan jantung afgan berdetak sangat cepat.
"baiklah, saya segera kesana." desak afgan menutup telfon itu secara sepihak. ia muak. dengan tidak rela afgan melepaskan pelukan rara dengan dirinya. kemudian afgan menunduk sedikit menatap mata rara dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHER || afgan story.
Teen Fiction"kak.. mama dan papa tinggalin kita??" seorang gadis menangis dengan lembut namun menyakitkan. sadari tadi menatap foto mendiang orang tuanya yang meninggal tepat pada tanggal 3, 2 hari yang lalu. "ya.." suara berat itu menusuk pendengaran gadis itu...