"a-ah.. sweet dream sayang kakak." ujar afgan lembut. mengecup sekali lagi bibir sang empu lembut dan setelah itu menguburkan kepala nya tepat di dada rara dengan manja.
***
pagi menjelang jam 6.20 pagi. rara dan afgan kini tengah duduk berhadapan di meja makan, namun ada hal aneh terjadi disini. iya, mereka duduk berhadapan. biasanya kedua kakak adik itu duduk bersebelahan.
"maaf sayang.. kakak khilaf semalam." bisik afgan lembut merasa bersalah.
kenapa begitu?
tadi pagi buta rara mengomel dengan sang kakak perihal sikap afgan yang membuat rara resah. bukan karna rara risih, namun risih karna afgan hobi sekali memutuskan tali bra milik rara. wanita mana yang ingin bra milik nya rusak?
lantas rara kini tidak ingin berbicara. bahkan kalau boleh jujur, rara tidak ingin makan berhadapan seperti ini.
"maaf! maaf! maaf! rara bosan tau kak." rara menatap sinis kearah afgan membuat nyali afgan ciut ntah kenapa.
afgan kemudian mengaduk makanan nya tanpa berniat untuk memakan nya. "kakak ganti aja gimana?"
"tidak perlu."
afgan di buat pusing seketika. sudah mau menawarkan diri untuk mengganti rugi malah menolak. dasar betina.
"yasudah, rara pergi ke sekolah" ujar rara tegas namun lucu, kemudian berdiri.
"ayo naik mobil kakak."
"tidak perlu. rara naik bus saja."
"jika naik bus nan-"
"jangan membantah, ingin rara marah setiap hari dengan kakak?" ucap rara memutus kan kalimat afgan. seketika bahu afgan merosot lemas, ia tidak ingin rara marah. jadinya afgan tidak bisa mendapatkan morning kiss nya.
"eum.. kiss?" ujar afgan dengan bisikan lembut. ntah kenapa hati rara bergetar lucu melihat afgan yang kini menunduk dengan bahu merosot. seketika badan rara reflek mendekati kursi afgan. meraih rahang tegas pria itu dan mengecup bibir afgan di bagian bibir.
afgan yang tidak ingin rugi, meraih langsung pucuk kepala rara dan menahan nya. kini mereka berdua terlibat adu bibir. disini memang rara memulai duluan, namun yang liar bukan dirinya.
muah!
"hehehe.. makasih sayanggg.." senang afgan menjauh kan bibir nya dengan sang adik. rara hanya mengangguk singkat dan kemudian berpamitan pergi.
saat di depan gerbang rumah, afgan melihat rara yang kini berjalan jauh dari rumah. sebenar nya afgan khawatir terjadi suatu hal menimpa rara, maka dari itu ia menyusul rara dari belakang dengan mobil nya.
afgan sedang asik melihat sang adik duduk di "tempat tunggu" bus, kemudian suatu hal membuat mata afgan kini memanas. bagaimana tidak!? tiba tiba saja mahen datang dengan motor vespa nya menghampiri sang adik.
bisa dilihat jika rara tersenyum lembut kearah pria itu membuat rahang afgan mengeras.
"sial.. apaan anak itu!?" ujar afgan sambil membanting stir mobil nya gemas. tidak lama kemudian afgan melihat rara mulai duduk menyamping di motor vespa mahen. seketika afgan mengeluarkan aura mematikan. apalagi bisa dilihat mahen membantu rara memasang kan helm ke sang adik, terlihat romantis menurut afgan.
"ARGHH lihat saja kau mahen. ck." afgan menancap gas pergi meninggalkan lokasi, ketika melihat rara dan mahen menjauh pergi dari pandangan nya.
afgan mendengus kesal, ia akan pergi ke kantor sekedar menenangkan diri. "kenapa dia lebih memilih vespa butut itu daripada mobil Lamborghini!" afgan masih heran, jika ia menjadi rara mungkin afgan tolak mentah sambil memberi kan bogem ke arah mahen.
***
"terimakasih kak mahen~" ujar rara sambil bergirang senang. mahen menoleh kemudian tersenyum manis sebagai balasan dari ucapan rara. kini pria itu tengah membuka helm si manis yang masih duduk di motor vespa nya.
setelah membuka dan menggantungkan helm itu di spion vespanya, kini mahen beralih menatap rara. "tadi kenapa di halte ra?" ujar mahen sambil membantu rara turun dari kursi motor itu.
rara mencerna kembali ucapan mahen, namun apa yang salah?
"kenapa kak? aku nungguin bis lah!" ujar si manis. mahen menggeleng pelan.
"bukan.. kenapa sendirian? waktu itu diantar sama jemput pakai mobil kan?"
rara ber - oh ria, mengerti arah pembicaraan mahen. "oh ituuu.. tadi rara males di antarin sama dia kak."
mahen mengerut pelipisnya, ia kembali ingin bertanya. "pake lambor loh ra. masa nolak?" mahen menatap rara yang terkikik di sampingnya. "kenapa ra? kok ketawa?"
"hihi.. tadi itu rara berantem sama kak afgan." mahen mengangguk mengerti. "emang kenapa kak?"
"namanya afgan rupanya.." mahen mengangguk seolah paham. "kenapa berantem?" tanya mahen lagi.
mahen mengajak rara masuk ke kawasan sekolah. dirinya modus mengenggam telapak tangan si manis yang tentunya tidak di tolak rara.
"yah gitu.. ada deh alasannya." rara berbisik pelan. kemudian mereka berdua berhenti di kelas 10. rara melepaskan genggaman mahen lembut, kemudian berbalik menatap mahen kembali.
"duluan ya kak, makasih udah anterin!" ujar rara sambil melenggang masuk ke dalam kelasnya.
mahen melambaikan kedua tangannya, kemudian berbalik dan lanjut meninggalkan kelas itu.
bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/360758079-288-k984251.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHER || afgan story.
Ficção Adolescente"kak.. mama dan papa tinggalin kita??" seorang gadis menangis dengan lembut namun menyakitkan. sadari tadi menatap foto mendiang orang tuanya yang meninggal tepat pada tanggal 3, 2 hari yang lalu. "ya.." suara berat itu menusuk pendengaran gadis itu...