"Mahen... tolong bertahan sebentar lagi ya? kita bakalan balik lagi, Mahen siregar.."
***
Tepat di hari ini Afgan terkena sial pagi hari. iya, ia kesiangan meeting dengan perusahaan lain yang di duga naik daun sama seperti Afgan. Berniat hati ingin meeting jam 8 pagi tetapi nasib sial kini Afgan terduduk sambil melihat jam di dinding menunjukkan pukul 10, ia telat 2 jam.
"ARGH!! KENAPA BISA!?" teriak Afgan menggebu gebu dan bangkit dari kasur dengan wajah terkesan masam. tentu saja ia bermuka masam!
Afgan segera meraih handuk yang tergeletak tidak jauh dari lemari pakaian. meraih kasar handuk itu dengan emosi. di kala ia ingin masuk ke dalam kamar mandi, ponsel Afgan tiba tiba saja berdering dan tertera nama kontak "manager nesa" disana.
Afgan kembali berjalan malas ingin mengangkat segera telfon itu.
"Halo, ada apa nes?" ketus Afgan mengangkat telfon nesa.
dari seberang telfon, nesa gugup setengah mati mendegar suara Afgan terdengar serak namun candu bagi nya. "M-maaf tuan Afgan, anu.. orang yang ingin bekerja sama dengan kita membatalkan semua nya." bisik nesa gugup. ia tahu pria itu akan marah karena tidak bisa menahan klien Afgan, namun bagaimana lagi?
"sial." Afgan menghenbus nafas nya secara kasar.
"atur jadwal untuk hari ini, saya akan datang jam 11 nanti." ucap Afgan final dengan nada menahan emosi, kemudian telfon itu di tutup Afgan secara sepihak.
entah kenapa mood Afgan kali ini tidak sebaik semalam, ia sedikit sensi karna masalah batal nya orang yang ingin bekerja sama dengan nya. Afgan meletakkan kasar ponsel itu dan berbalik ingin pergi menuju kamar mandi, namun ponsel itu berdering lagi.
seketika urat nadi di leher Afgan tercetak, rahang Afgan mengeras. pria itu menekan tombol hijau menandakan ia menerima panggilan itu. "APA LAGI NES!?" teriak Afgan kasar, namun bukan suara manager nya yang terdengar, tetapi..
"nas nes nas nes! ini Rara kak! bikin kaget aja teriak begitu." seketika rahang yang tadi nya mengeras kini melembut setelah mendengar suara Sang adik di balik telfon.
"ada apa hm?" Afgan mengalihkan pertanyaan Rara barusan.
"yeuh kakak! tadi teriak tiba tiba lembut gitu suaranya." Rara mendengus di balik panggilan. "ini loh kak.. Rara ketinggalan baju olahraga. perasaan Rara letak nya diii.. di meja belajar deh kak!" sontak Afgan berlari menuju kamar sang adik dengan tergesa gesa.
"tolong dibawain kesini jam 11 kak, jangan telat." sambung Rara.
"tapi sayang, Kakak harus berangkat kerja jam 11 jug-"
"TIDAK MAU TAU! CEPETAN ANTAR!!" potong Rara dengan cepat, kemudian panggilan itu terputus secara sepihak.
Afgan menghela nafas lelah. tidak mungkin ia marah kepada orang yang ia cintai kan?
kemudian Afgan melemparkan dengan kuat ponsel itu ke dinding hingga pecah melebur.
"ARGHHH MATI AJA SIALAN!!!"
Afgan berteriak untuk menyalurkan rasa kesal nya hari ini. ia berjalan meninggalkan kamar tersebut, tidak lupa membawa baju olahraga yang akan ia bawa ke sekolah Gadis nya nanti.
***
Jam sudah menunjukan pukul 10.30 hari. Rara sudah dari tadi menunggu di gerbang sekolah seraya menantikan kedatangan Sang kakak. sungguh ia gelisah sekarang, termasuk terik matahari yang mulai menimbul membuat si empu kepanasan di gerbang sana.
Pemandangan itu tidak lepas oleh sesosok pria yang kini sedang berjalan menyusul Rara di depan gerbang itu.
merasa akan ada seseorang datang ke diri nya, Rara yang peka berbalik dan menatap sosok ber perawakan badan tinggi itu. "kak Mahen ngapain ke sini?" Rara menyipit di kala sinar matahari menghantam pandangan nya ketika ia mendongak ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHER || afgan story.
Fiksi Remaja"kak.. mama dan papa tinggalin kita??" seorang gadis menangis dengan lembut namun menyakitkan. sadari tadi menatap foto mendiang orang tuanya yang meninggal tepat pada tanggal 3, 2 hari yang lalu. "ya.." suara berat itu menusuk pendengaran gadis itu...