terlalu larut dengan usapan Afgan, kini Rara terbawa suasana. ia mulai memejamkan mata indah itu. tentu Afgan semakin memeluk erat adik nya itu, hingga Afgan ikut tertidur dengan posisi nya sekarang.
***
Awal hari dimulai dengan matahari yang terbit dengan indah, namun nyata nya kedua kakak beradik itu belum juga membuka mata hanya untuk melihat dunia. mereka berdua masih sibuk tertidur di dalam gulungan selimut yang tebal dan lumayan membuat mereka larut dalam keheningan.
tadi malam Afgan tidak berniat untuk melepaskan pelukan Rara di pangkuan pria itu. terpaksa Afgan memindahkan tubuh Rara di dalam pelukan nya menjadi posisi tidur. saat Afgan ingin melepaskan pelukan itu, Rara menahan dan berbisik amat pelan.
"eung.. disini aja kakak, Rara ngantuk." bisik Rara amat pelan tetapi untung saja Afgan bisa mendengar nya dengan tajam.
mula mula Afgan terbangun perlahan dari tidur nya. dengan gerakan lemah pria itu menggosok mata nya berulang kali hingga selesai. Afgan baru tersadar jika ia tidur di kamar sang adik semalam, namun Afgan menghiraukan saja.
ketika ingin beranjak duduk di kasur, sebuah lengan kecil menahan pergerakan Afgan sehingga pria itu kembali berbaring.
Rara mulai mengeratkan pelukan nya. "disini aja kak! Rara ngantuk nih" bisik Rara sambil terus melanjutkan tidur nya. ide jahil Afgan muncul dengan tiba tiba.
"malas." ujar Afgan terdengar cuek.
dengan gerakan cepat Rara terbangun sambil melotot. "oh, gitu ya sekarang? kakak anti sama Rara yaa.." ucap si manis lembut. kepala Rara tertunduk lemas.
bukan merasa kasihan, Afgan merasa lucu. ia segera tertawa lepas sambil menarik sang adik ke dalam pelukan hangat. "iya.. anti ngeliat kamu imut gini. lucu." Afgan mengeratkan pelukan itu, tentu Rara terkekeh.
di kala mereka lama terdiam dalam posisi berpelukan, kini Rara melepaskan pelukan nya. mata gadis itu mengarah ke arah cokelat yang terletak di samping nakas tempat tidur. dengan perlahan Rara mengendur kan pelukan itu dan beranjak ke arah nakas yang tidak jauh dari sana. ia meraih cokelat lumayan besar di genggaman nya.
"makan ini mau kak?" Rara dengan lucu menyodorkan cokelat besar itu di Genggaman nya.
Afgan reflek tersenyum. "boleh." bisik Afgan.
Rara mengangguk dengan semangat. membuka bungkus cokekat itu dengan semangat membuat Afgan sekali lagi terkekeh. "santai aja sayang, kalau habis beli lagi." ia berucap sambil mengelus kepala sang adik.
Rara menggeleng pelan. "cokelat ini tidak setiap hari ada! harus exited buka nya!" ia kembali melanjutkan tugas nya. Afgan menggeleng pelan.
"sesenang itu sama cokelat? padahal jarang ada. coba sama kakak.." bahu Afgan lemas seketika. dengan cepat Rara mematahkan cokelat itu dan..
"Hump!" mulut Afgan di paksa untuk memakan potongan cokelat lumayan besar itu.
"hehehe.. gausah banyak omong. dimakan yaa" Rara tertawa ringan sambil memakan juga cokelat besar nya.
"tapi kaya ada yang kurang."
Rara menoleh sekilas. "kurang manis? liat Rara aja." cerocos asal Rara sambil menyomot cokelat sebesar genggaman tangan gadis itu.
Afgan kembali menggeleng pelan. "bukan.."
perlahan wajah Afgan mendekat sangat dekat. Rara menyadari, ia reflek mematung di tempat. Afgan dengan cepat memasukan cokelat kedalam mulut nya, kemudian telapak tangan kekar Afgan di bawanya untuk mendorong kepala Rara sehingga bibir mereka saling membentur satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHER || afgan story.
Teen Fiction"kak.. mama dan papa tinggalin kita??" seorang gadis menangis dengan lembut namun menyakitkan. sadari tadi menatap foto mendiang orang tuanya yang meninggal tepat pada tanggal 3, 2 hari yang lalu. "ya.." suara berat itu menusuk pendengaran gadis itu...