Kemarahan Vernon tidak mereda meski hari telah berlalu. Masalah yang dilaporan dewa kematian itu mungkin masalah yang besar baginya. Hari ini ia sangat sibuk sampai tidak memintamu menemaninya untuk makan siang. Alhasil, kau hanya berdiam diri di kamar ditemani oleh Xion sebagai pelayan pribadimu.
"Xion, aku tak mengerti situasi macam apa yang sedang terjadi hingga Yang Mulia sangat marah seperti itu." Ucapmu
"Yang Mulia Raja adalah orang yang disiplin dan tegas. Beliau bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas dunia dengan tidak membiarkan orang yang belum harusnya mati memasuki wilayahnya. Kemarahan beliau mungkin disebabkan karena banyaknya arwah yang datang ke alam ini, yang mana arwah-arwah itu belum harusnya mati" jelas Xion
Kau yang sedang duduk di ranjang hanya bisa menghela napas gusar. Jelas sekali kau khawatir. Firasatmu pasti benar. Ini semua ada hubungannya denganmu.
Kau ingat Vernon mengatakan ibumu membuat ulah dan membiarkan manusia-manusia itu mati kelaparan.
"Mungkin karena aku disini? Yang Mulia membawaku kemari dengan cara menculikku. Ibuku pasti sedih dan marah maka dari itu ia melalaikan tugasnya." Ucapmu seorang diri.
Kau lantas menatap Xion.
"Xion, dimana Yang Mulia sekarang? Ada yang harus aku katakan padanya." Tanyamu
"Maafkan saya, Ratu. Yang Mulia Raja sedang pergi ke istana langit untuk menghadap Dewa Jaeyoon." balas Xion yang membuatmu semakin tidak tenang.
"Xion, kau mengenal Yang Mulia lebih lama dariku. Apa tidak ada yang bisa meredakan kemarahannya? Atau bagaimana cara untuk meredakan amarahnya?" Tanyamu panik
"Selama yang saya ketahui, tidak ada yang bisa meredakan amarah Yang Mulia kecuali Yang Mulia sendiri. Yang Mulia Raja biasanya akan mengurung diri satu hari untuk meredakan segala emosinya, Ratu." Balas Xion
Kau menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Kau hanya berharap agar Vernon tidak menyakiti dirinya maupun orang lain. Mengingat dia adalah dewa alam kematian, kau tidak tahu apa yang bisa ia lakukan pada orang yang tidak ia sukai.
.
.
.
.
.
Begitu Xion menyampaikan pesan bahwa Vernon sudah datang, kau segera menghampiri laki-laki itu dengan langkah terburu-buru.
Ia sedang duduk di singgasananya. Memijat pangkal hidungnya dan memejamkan mata. Ia terlihat suntuk sekali.
"Vernon." panggilmu pelan
Ia membuka matanya dan menatapmu cukup terkejut. Ia bahkan tidak menyadari kehadiranmu sejak tadi sebelum kau bersuara, itu artinya ia benar-benar fokus memikirkan sesuatu.
"Aku tidak tahu apa yang kau lakukan di atas sana, tapi aku khawatir padamu. Kau baik-baik saja kan?" Tanyamu sembari memperhatikan wajahnya.
Vernon hanya mengangguk lemas.
"Aku tidak akan memaksamu untuk menceritakannya meskipun aku sangat ingin tahu. Yang penting kau pulang dalam keadaan baik. Aku akan menyiapkan malam malam untukmu." Ucapmu.
Baru saja kau berbalik untuk pergi ke ruang makan, tapi suara Vernon menahan langkahmu.
"(Y/n)"
Kau menoleh kembali ke arahnya.
"Ya? Ada apa? Kau butuh sesuatu yang lain?"
Dengan gerakan tangannya, ia mengisyaratkan perintahnya padamu. Ia memintamu untuk mendekat ke arahnya. Kau pun menurutinya dan kini sudah berdiri di sebelah singgasananya. Kemudian ia menepuk pahanya dua kali. Kau ragu akan perintahnya itu sehingga kau masih berdiam diri di tempatmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Universe [M]✔
FanfictionHidupmu hancur begitu dokter mengatakan kau menderita penyakit mematikan. Sempat terpikir untuk mengakhiri hidup tapi kau mengurungkannya. Nyatanya takdir berkata lain, di hari kau mengurungkan niatmu itu ternyata di hari itupula lah ajal menjemputm...