09 A

453 72 12
                                    

Haiii berhubung aku belum selesai nulis sebagian dari chapter 9 ini, jadi aku memutuskan untuk membuat part 9A dan 9B. Aku gak mau kalian nunggu terlalu lama, jadi semoga part pendek ini mengobati sedikit kerinduan kalian ya.

Kalau ga ada halangan, besok aku update 9B.

.

.

.

.

.

Setelah menunggu dan berusaha selama hampir satu bulan nonstop akhirnya harapanmu terkabulkan. Hari ini adalah hari bersejarah dalam hidupmu. Kau merasa gugup sekaligus senang bukan main saat tabib kerajaan mengatakan bahwa kau sedang mengandung. Kau tak menyangka bahwa akan ada manusia lain yang tumbuh di dalam rahimmu. Kau akan segera menjadi seorang ibu seperti yang kau impikan akhir-akhir ini. 

Para pelayan di kerajaan nampak begitu senang mendengar kabar baik ini. Mereka tak henti-hentinya tersenyum sepanjang hari.

“Lihatlah nak, kau membawa kebahagiaan bagi seluruh penghuni istana.” gumammu sembari mengusap perutmu yang masih rata. 

Vernon yang baru saja tiba di dunia kematian lantas menghampirimu dengan langkah terburu-buru. Ia tak lagi bisa menutupi ekspresinya begitu melihatmu mengusap perutmu dengan lembut. 

“(Y/n)?”

Kau menoleh ke ambang pintu dan menemukan Vernon tengah mengatur napasnya. Kau lantas beranjak dari kasur begitu ia mendekatimu. 

“Apa benar…. kau hamil?” tanyanya terbata-bata dengan senyuman yang tak lagi bisa ia tahan

Kau tersenyum dan mengangguk malu. 

Vernon langsung menarikmu ke dalam pelukan eratnya. Kau sampai tersentak karena gerakannya begitu tiba - tiba. 

“Aku sangat senang. Aku pikir aku tak akan pernah bisa punya anak karena aku adalah penguasa alam kematian. Tapi ternyata takdir berkata lain.” Ucapnya 

“Memangnya kau ditakdirkan tidak bisa punya anak?” 

Vernon langsung melepas pelukanmu dan menatapmu seperti telah tertangkap basah mencuri sesuatu. Padahal kau hanya menebak-nebak tapi reaksi Vernon sungguh diluar perkiraanmu.

Ia merasa menyesal sekaligus sedih karena kau seperti sudah mengetahui kekurangannya. Ia merasa tak lagi sempurna di matamu sekalipun kau tak pernah menuntutnya untuk menjadi sempurna.

Kau menggenggam tangan Vernon dengan erat. Kau tak ingin ia berlarut dengan pikirannya itu. 

“Kenapa ekspresimu seperti itu?” 

“Aku…” 

“Vernon, dengar. Sekalipun kau tidak ditakdirkan untuk memiliki anak, aku akan tetap mencintaimu."

Kau kecup pipinya singkat sebagai pertanda bahwa cintamu tulus padanya. Tidak bergantung dari sempurna atau tidaknya Vernon.

"Tapi nyatanya, kau ditakdirkan untuk memiliki anak kan? Jadi jangan terlalu dipikirkan. Takdir seseorang bisa berubah.” lanjutmu mencoba memberikan suntikan semangat padanya.

Vernon terlihat terkejut sekaligus terharu mendengar penuturanmu tadi. Ia sampai mematung di tempatnya dan hanya mengedipkan matanya pelan. 

“Vernon?” panggilmu berusaha menyadarkannya.

“Kau… benar. Takdir bisa saja berubah. Tapi aku lebih terharu mendengarmu akan tetap mencintaiku meski aku ditakdirkan tidak bisa memiliki anak.” 

Kau tersenyum berusaha menenangkannya. Kau juga mengusap pipinya dengan ibu jarimu.

Berbicara tentang takdir, kau jadi teringat dengan kehidupanmu sebelumnya, dimana kau didiagnosa mengidap kanker mulut rahim stadium akhir dan itu atinya kau tidak akan pernah bisa punya anak. Jangankan punya anak, kau saja tidak tahu sampai kapan kau bisa bertahan hidup. 

Undefined Universe [M]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang