part 1

276 33 7
                                    

"Xin Qian, apa kau baik-baik saja?" Seorang wanita tiba-tiba saja datang membelai wajahnya dengan lembut.

Xin Qian? Gumam gadis muda yang baru saja tersadar itu.

"Maaf, nama saya Jihan bukan Xin Qian!"

Jihan, gadis berusia 20 tahun seorang mahasiswa Indonesia jurusan sejarah yang mengikuti pertukaran pelajar Shanghai Jiao Tong University.

Jihan sangat senang saat universitas itu menawarkan Beasiswa Pemerintah Cina untuk siswa internasional yang ingin melanjutkan studi di Cina.

Ini adalah kesempatan besar untuk mendapatkan akses ke pendidikan berkualitas di salah satu universitas terkemuka China, utamanya Jihan yang sangat menyukai negeri tirai bambu itu.

Saat itu, Jihan hendak pulang ke tempat tinggalnya namun tak sengaja menemukan sebuah perpustakaan tua dengan papan nama bertuliskan aksara China.

Jihan merasa aneh saat perpustakaan ini baru ia lihat. Pasalnya, jalan itu selalu ia lewati tapi baru kali ini ia dapati sebuah blibliotek bernuansa kuno.

Karena penasaran, ia tak perduli dengan suasana yang mulai berubah mencekam melangkah masuk kedalam Tian Yi, Nama perpustakaan itu.

Saat menelusuri buku-buku yang ada, netra nya tak sengaja menemukan sebuah buku yang membangkitkan rasa keingintahuan nya. Buku dengan sampul tua berwarna merah gelap dan hanya satu kata tertera diatas sampul buku itu, "Míngdài".

Dibukanya buku itu,  membaca satu bait kalimat dan setelahnya, ia tertidur lelap.

"Qian, jangan menakut-nakuti ibu," ucap wanita itu memecah lamunan Jihan.

"Maaf, saya kenapa? Dan dimana ini?" Tanya nya mulai mengamati sekeliling.

"Qian jangan bercanda, dimana lagi kita kalau bukan di ibu kota Jiang Li." Ibunya menjelaskan.

"Kamu sudah dua hari pingsan Qian. Ibu tau ini semua berat, tapi jangan mencoba untuk meninggalkan ibu." Wanita itu menangis kemudian meninggalkan Jihan yang masih dalam kebingungan.

Xin Qian adalah gadis lemah lembut yang memiliki paras indah, mata biru, dan bibir semerah ceri.

Karena kecantikannya, ia dilamar secara paksa oleh pangeran Zhu Baihu, putra pertama kaisar yang terkenal bengis dan rakus akan kekuasaan.

Namun karena pelecehan yang terjadi pada dirinya di malam festival bulan, pangeran Zhu Baihu marah dan membatalkan pernikahannya.

Karena semua kejadian itu, Xin Qian berusaha untuk bunuh diri.

Setelah beberapa detik mata Jihan menelusuri ruangan itu, ia kemudian tersadar saat pemandangan ini terasa tak asing, piring tapal kuda berwarna biru putih dan kotak berukir dengan pernis merah.

Ini sangat mirip dengan suasana dalam buku cerita sejarah pendongeng Mao yang akhir-akhir ini sedang ia baca, dimana kedua benda kuno itu hanya ada di era dinasti Ming.

Menyadari hal itu, Jihan melompat dari tempat tidur nya, berjalan keluar untuk memastikan benarkah dugaannya.

Karena rumah ini memiliki halaman yang dikelilingi oleh ruangan di keempat sisinya, sama seperti Si He Yuan, rumah tradisional China Maka tidak salah lagi, ia benar-benar berada di zaman kuno era kerajaan.

Tanpa pikir panjang, Jihan dengan girang menelusuri tempat itu. Ia sedikit takjub ketika melihat kursi, meja bahkan furnitur di dalam setiap ruangan ini dibentuk dari kayu, ia juga mendapati beberapa hiasan dinding yang tampak sangat antik.

Sedangkan dibelakang paviliun ini terdapat sebuah taman. Saat ia menyusuri taman itu, ia melihat kolam luas yang dihiasi bunga teratai dan ratusan ikan emas, juga jembatan yang membentang di tengah kolam sehingga membuatnya semakin indah.

Taman ini juga ditumbuhi pepohonan gingko boliloba dan bunga-bunga yang membuat Jihan semakin ternganga karena kagum.

"Benar-benar seperti dalam film." Monolog Jihan antusias saat mengingat semua drama kolosal china yang selalu ia tonton.

"Cari dan tangkap gadis itu!" Suara gaduh dihalaman rumah membuat Jihan penasaran dan memancing langkahnya untuk mendekat.

"Maafkan kami pak Yuan, nona Xin Qian terpaksa kami tangkap karena dianggap titisan Roh jahat." Salah seorang dari mereka membungkuk tanda menghormati orang yang bernama lengkap Xin Yuanzhang itu.

"Eeh, kenapa saya ditarik-tarik gini, om tolongin saya om!" Ucap Jihan histeris saat dua pengawal istana mulai menyeretnya pergi.

Kedua orang tua Xin Qian, pak Yuan dan nyonya Guifei tidak terima atas tuduhan itu, mereka berusaha melepas genggaman para pengawal dari tubuh Jihan, sehingga pertarunganpun tak ter elakan.

"Guifei awas!" Pekik pak yuan saat salah satu pengawal menyerang ibu Xin Qian.

"Bugh..."

"Yuanzhang!" Teriak ibu Xin Qian.

Pukulan itu tepat mengenai punggung pak yuan saat berusaha melindungi istrinya. Melihat itu, Jihan merasa aneh, hatinya sakit dan tak bisa menerima perlakuan mereka terhadap kedua orang itu.

Seketika matanya berapi-api, juga rambutnya mulai berubah putih. Jihan yang terbakar oleh amarah kini tak sadar dikuasai oleh kekuatan dalam diri nya.

"Aku percaya, maka matilah!" Ucapnya hingga para pengawal itu tak bisa mengelak dan terhempas jauh lalu sedetik kemudian mati.

"Rupanya kau benar-benar memiliki roh jahat, nona Xin Qian." Ucap seorang lelaki yang sedari tadi memperhatikannya.

"Apa definisi jahat yang kau maksud? Apakah aku jahat karena berusaha melindungi orang lain?" Jihan yang masih dalam pengaruh kekuatannya, mulai menyerang Zhu Xian Yu.

Zhu Xian Yu adalah putra mahkota kaisar Zhu Tao, adik dari Zhu Baihu yang sangat ia benci, juga pasangan Xin Qian yang akan dinikahkan seminggu lagi.

Pernikahan ini berawal dari jebakan yang dibuat seseorang dengan memberikan sesuatu pada minuman Zhu Xian Yu, hingga tanpa sadar ia melecehkan calon kakak iparnya itu pada malam festival bulan.

Saat itu, Xin Qian yang hendak menikmati cahaya bulan purnama, mendapat undangan menghadiri jamuan atas nama pangeran Zhu Baihu.

Karena Zhu Baihu yang selalu mengancam menyakiti kedua orang tua Xin Qian, mau tidak mau Xin Qian harus menuruti semua kemauan pangeran Zhu Baihu.

Namun pada malam itu, Xin Qian tak menemukan pangeran Zhu Baihu di paviliun taman zijin cheng, tempat yang dijanjikan.

Ia malah menemukan putra mahkota Zhu Xian Yu yang tak sadarkan diri dan berada dibawah pengaruh ramuan, hingga terjadilah kejadian dimana sang putra mahkota merasa memiliki tanggung jawab untuk menikahinya.

"Uhuk" gadis itu terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

Xin Qian yang belum bisa menyesuaikan kekuatan besar itu, kalah telak oleh putra mahkota.

Kini, penglihatan Xin Qian mulai berbayang dan limbung tak sadarkan diri. Namun dengan spontan sang putra mahkota menangkap tubuh Jihan sebelum menyentuh paving.

"Jihan!" Suara bariton membuatnya membuka mata dengan cepat.

"Kalau mau tidur, jangan ikut kelas saya!" Ucap tegas Ceng xianzu, dosen sejarahnya.

"Zhu Xian Yu!" Ucap Jihan pada lelaki dihadapannya kala membuka mata yang membuat semua orang tergelak.

"Eh, saya dimana?" Ucap Jihan dengan mata liar menelusuri tempat itu, kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal saat menyadarinya.

"Gak usah pura-pura amnesia, keluar!" Titah dosen tampan itu membuat Jihan memonyongkan bibirnya dan melangkah keluar kelas.

"Zhu Xian Yu, Ceng xianzu mereka lumayan mirip" monolog Jihan diambang pintu, saat mengingat dan membandingkan sang dosen dengan lelaki dalam mimpinya.

Ia tak menyadari kalau sepasang mata dosen sejarahnya itu masih memperhatikan.

Maaf ya kalau banyak typo 🙏

Jihan Dan Dinasti MingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang