part 2

129 20 0
                                        

"Eh, bukankah itu perpustakaan seperti dalam mimpi ku?"

Tak jauh setelah meninggalkan halaman kampus, atensi Jihan teralihkan oleh bangunan tua didepan sana.

Ia sedikit bingung kala melihat perpustakaan yang sama namun memiliki letak yang berbeda dengan mimpi nya.

Karena tumpukan rasa penasaran segera ia langkahkan kakinya menuju Tian Yi, nama perpustakaan itu.

"Aww."

"Eh, sorry!" Jihan yang tak sengaja menabrak seseorang sedikit membungkuk.

Karena terburu-buru Jihan berlalu begitu saja tanpa menghiraukan orang yang ditabraknya memunguti buku-buku yang telah berserakan.

"Wah, ternyata benar-benar ada!" Ucap Jihan saat sampai diambang pintu.

Tanpa menunggu lama, Jihan yang penasaran langsung masuk untuk mencari buku yang bertuliskan 'Míngdài' seperti dalam mimpinya.

Karena taman baca itu lumayan kecil, Jihan dengan mudah menemukan kitab sihir itu.

Dengan dituntun pengalaman dari mimpi nya, ia membuka buku itu juga membaca satu bait mantra yang tertera disana.

Namun anehnya, tidak terjadi apapun setelah membacanya. Sudah ia lafalkan berkali-kali bait itu tapi tetap saja tidak terjadi hal aneh yang ia rasakan.

Dengan sedikit kecewa, Jihan meninggalkan perpustakaan tua itu. Padahal Jihan berharap, jika berhasil ke dunia paralel dinasti Ming, ia bisa memiliki banyak teman pria yang tampan seperti dalam film yang ia tonton.

Gini nih, isi otak jomblo akut. Kerjaan nya ngehalu mulu.

Sesampainya di rumah, dengan tubuh lunglai Jihan melepaskan tasnya lalu membiarkan tubuhnya jatuh diatas pelukan kasur empuknya, meracau panjang kali lebar dan tak lama kemudian ia terlelap.

🌠🌠🌠

"Hoam... Astaga!" Saat membuka mata, Jihan terkaget karena seorang wanita berdiri dihadapannya.

"Nona, minumlah obat ini." Ucap wanita itu.

"Hah?" Tanggap Jihan masih terbingung.

Wanita yang sepertinya seorang pelayan itu menyodorkan mangkuk berisi air ditangannya dengan sopan.

Ia menjelaskan bahwa air yang berwarna sedikit kehijauan itu adalah ramuan herbal buatan seseorang yang disebut tabib.

Sudah dijelaskan panjang kali lebar namun Jihan masih saja merasa bingung.

"Minum saja obat itu!" Titah seorang lelaki yang baru saja melangkahkan kakinya masuk.

"Pak Ceng? Lah, kok bisa ada disini juga? Kalian lewat mana sih, perasaan semalam pintu aku kunci semua? Jangan bilang kalian sekongkol mau maling?" Tanya Jihan bertubi-tubi.

"Apa yang sedang nona katakan? putra mahkota adalah calon suami nona." Ucap sang pelayan menginterupsi, takut lelaki itu tersinggung mendengar ucapan Jihan.

"Putra mahkota? calon suami aku? Jangan ngaco ah!" Lanjutnya kemudian terkekeh.

Namun mengingat secara detail setiap kata wanita dihadapan nya, membuat ia sedikit tersentak.

Putra mahkota? Calon suami?

Dengan cepat atensinya menelusuri ruangan itu. Ia kemudian baru tersadar kalau ruang yang ia tempati sekarang bukanlah kamarnya.

Seperti Dejavu, Jihan melompat dari tempat tidur nya dan berjalan keluar untuk memastikan benarkah dugaannya.

"Yes!!!" Pekik Jihan saat menyadari bahwa ia benar-benar masuk ke dunia lain.

Seperti dalam mimpinya, rumah ini memiliki halaman yang dikelilingi oleh ruangan di keempat sisinya yang artinya Jihan berada dunia paralel dinasti Ming.

Untuk memastikan lagi kalau kali ini dia benar-benar tidak sedang bermimpi, ia menampar dirinya sendiri.

"Dia benar-benar memiliki roh jahat." Monolog Zhu Xian Yu memperhatikan tingkah aneh Jihan yang sedang mengelus pipi mulusnya yang sudah berubah pink.

"Salam, putra mahkota, anda diundang olah sastrawan Xin Yuanzhang diruang keluarga." Ucap salah seorang pelayan lelaki dengan membungkuk tanda hormat.

Mendengar itu, putra mahkota melangkahkan kakinya menuju tempat yang yang dimaksud dan meninggalkan Jihan yang masih sibuk dengan perasaannya yang dilema.

Haruskah ia bahagia atau takut. Bahagia kalau dia bisa ke dimensi lain atau takut tak bisa kembali.

🌠🌠🌠

"Pelan-pelan nona, nanti anda tersedak." Ucap pelayan melihat Jihan yang makan dengan lahap.

Setelah bergelut dengan pikirannya, ia memutuskan untuk makan terlebih dahulu, baru setelahnya memikirkan   kenapa dia bisa masuk kedunia lampau itu, apa tujuan dibaliknya, dan bagaimana cara dia kembali nantinya.

"Mei-mei jangan hanya melihat ku, duduklah temani aku makan." Titah Jihan pada pelayan yang bernama Mei-mei itu.

"Tapi nona, kami para pelayan tidak diperbolehkan melakukan hal itu."

"Tidak boleh makan? Siapa yang membuat peraturan konyol itu?"

"Bukan begitu nona. Maksud saya, pelayan dan majikan tidak pantas makan bersama."

Mendengar penjelasan itu, Jihan hanya ber oh ria.

"Salam putra mahkota!" Ucap Mei-mei pada Zhu Xian Yu yang baru saja memasuki ruangan.

"Nih orang perasaan nongol Mulu kayak jalangkung." Gumam Jihan melihat lelaki yang terus muncul dihadapannya.

"Eh, pak Ceng. Karena kebetulan bapak disini, bapak harus ikut makan, aku tidak nyaman makan sendiri." Bujuk Jihan tersenyum penuh arti.

Yah kapan lagi dinner bareng orang tamvan, pikirnya. Ampun deh si Jihan. Tidak nyaman makan sendiri tapi makanan sudah habis dua piring.

"Tidak, Aku sudah makan."

"Oh, ayolah..." Bujuk Jihan sekali lagi

"A..." Jihan menganga, menyodorkan sayap ayam depan mulut Zhu Xian Yu.

Melihat ekspresi putra mahkota, Jihan merasa udara dengan suhu -40 derajat Celcius tiba-tiba menembus kulitnya.

Karena yang disuapin memilih bungkam, Jihan menarik kembali lengannya. Namun ia dibuat mengerjap berkali-kali saat tangannya digenggam lelaki itu.

"Eh, ehm. BTW bapak ngapain dimari?" Tanya Jihan mengatasi kegugupan nya saat bibir Zhu Xian Yu menyentuh jari-jari nya.

Nah, Lo. Salah siapa?

"Nona Xin Qian, ada yang ingin kubicarakan empat mata."

Ngomongin apa yah kira-kira?

Jumpa lagi di part selanjutnya😉

Part selanjutnya akan lebih seru loh!🙈

Jihan Dan Dinasti MingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang