Selama semingguan ini aku mendapati diriku hanya sendirian di rumah saat bangun tidur dan itu tidak masalah buatku. Aku tahu bahwa Ian tidur di kamar bawah setelah semalaman mengerjakan apapun itu di studio di halaman belakang. Karena semingguan ini selalu ada kegiatan jadi aku selalu pulang saat Ian sudah ada di studionya. Jadi keharusan untuk ngobrol singkat antara aku dan dia di jam makan malam tidak pernah terjadi.
Tapi ada satu yang aneh di setiap paginya. Selalu ada memo yang menempel di kulkas.
Hari pertama setelah permintaan maafnya di dapur, aku menemukan sebuah memo dengan tulisan, "I know this isn't a proper meal, but this kinda food can make me feel better when I'm upset."
Hari kedua berbeda lagi, "Why didn't you eat that sandwich? But thank you though for saving that for me. I boiled some eggs this morning and cut some melon in the fridge." Aku memang tidak memakan roti tawar yang dia isi dengan telur dadar dan selada itu. Jadi aku menyimpannya kembali di dalam kulkas.
Hari ketiga sudah berani melibatkan orang lain, "Gue udah ngomong ke Mbak Nia buat mampir beli nasi bungkus di sekitaran sini. Jadi, plis sarapan ya, Ndah." Telur yang dia rebus kemarin aku susun kembali di dalam kulkas dengan tulisan 'boiled' dan buah melon yang sudah dipotong itu aku berikan ke Mbak Nia buat sarapannya. Sebagai tambahan ke-annoying-an Ian, dia memberikan mandat dan ide ke Mbak Nia untuk membelikan sarapan buatku. Aku tidak bisa mengkonfrontasi Ian, karena lagi-lagi dia tidak menampakkan diri pagi itu, jadi aku tidak berkomentar apapun saat Mbak Nia mengejek kelakuan Ian yang cringe tersebut.
Hari keempat aku sudah sadar betul bahwa these memos are frustrating from his point of view and cringe from my point of view. This is not Ian at all. "I put some fruits and boiled eggs in the meal box. And I will make sure Mbak Nia bring that with you."
Hari kelima sudah tidak terkesan frustasi, karena aku yakin Mbak Nia telah mengabari Ian bahwa meal box-nya sudah ku makan dengan habis. "Alhamdulillah. Ibu kemarin ke sini bawa ayam balado. Gue udah masak nasi di rice cooker tadi subuh. Gue juga udah minta tolong ke Mbak Nia buat bikinin bekal." Insting Ibu ke anaknya tajam banget ya, tahu banget kalau aku lagi di suasana yang buruk.
Hari keenam, "Gue harus ke kantor sekalian ke studio sama yang lain, hari ini dan besok, jadi Mbak Nia bakal beli bubur ayam di depan kompleks." Memo ini dia tempel di salah satu susu stroberi di dalam kulkas.
Hari ini tidak ada memo, tapi disampaikan langsung sama Mbak Nia, "Ian kemarin nginep di kantor, katanya sih masih bakal rekaman terus sampai batas waktu yang dia sendiri nggak tahu, karena kejar deadline single baru sebelum pengumuman konser encore di delapan kota di akhir tahun ini." Aku hanya menanggapi sekadarnya informasi dari Mbak Nia.
Satu yang nggak pernah dilupakan Ian di setiap memonya ataupun hari ini adalah ucapan maafnya di kalimat terakhir. Hari ini dia ucapkan lewat pesan singkat di Whatsapp.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now
RomanceSasi Pambudi adalah seorang penyanyi sekaligus aktris yang namanya sedang cukup tenar belakangan ini berkat salah satu filmnya banyak dinikmati penonton. Namun Sasi Pambudi hanyalah sebuah nama panggung, karena ia lebih dikenal dengan Indah oleh ora...