For your Understanding

70 9 0
                                    

Mengabaikan keberadaannya adalah hal yang kulakukan sejak kami berada di dalam mobil menuju rumah yang dia beli sejak kami memutuskan menikah. Papanya yang memang memaksa untuk menggunakan mobilnya, dan aku tentu saja yang tidak mengiyakan ataupun menolak, tapi dari diamnya aku, Ian memutuskan untuk tetap meminjam mobil Papanya, yang kemudian baru aku ketahui alasannya saat aku memasang seatbelt, "If we need to talk better we keep it private." Aku menyetujuinya dalam hati. Tapi, emang siapa sih yang mau mendengarkan drama sabun kehidupan kami?

"Should we talk right now or not?"

"I don't have anything to talk about." Aku menjawabnya sambil mulai memposisikan tubuhku agar lebih nyaman duduk di kursi penumpang depan.

"Sure you don't." Jawaban Ian yang tedengar ketus membuatku kembali membuka mata. Ini aku yang sakit hati, malah dia yang cranky.

"I surely know when I really want to talk about it, tapi nggak sekarang, Yan, gue capek." Tlidak menjawab ataupun membantah ucapanku, Ian masih memfokuskan dirinya terhadap jalanan di depannya. "Thank you for driving us, but I really want to rest myself right now, do you mind?" Masih diam, aku memutuskan untuk menutup mata dan menyandarkan punggung ke kursi. "Thanks."

Aku nggak tahu berapa lama durasi kami di perjalanan, yang aku tahu saat aku bangun, Ian sedang tidak ada di sampingku, dan saat melihat sekitar, kami ternyata belum sampai rumah, malah sedang berada di tempat sate langganannya. Menatap Ian yang menunggui pesanan satenya yang sedang dibakar sambil tertawa-tawa dengan pedagangnya, aku menghembuskan napas kasar. Bisa-bisanya dia masih memikirkan perut dan haha-hihi, di saat aku masih sakit hati sama perlakuan Mamanya di tempat makan malam tadi.

Merasakan bahwa tubuhku sudah cukup fresh setelah tidur singkatku tadi, namun ternyata tidak singkat-singkat juga, karena sudah satu jam aku tertidur dengan Ian yang tidak membangunkanku. Aku memutuskan untuk keluar mobil dan menghampirinya, karena merasa haus.

"Pak Ucup, ada es jeruk nggak?" Kedua pria di depanku serempak memandangku terkejut. Ian dengan tatapan datarnya setelah menunjukkan rasa terkejutya secara singkat, dan Pak Ucup yang tidak sungkan untuk mengelus dadanya karena kaget.

"Sumpah mati saya kaget beneran, Mbak."
Sambil tertawa ringan aku mencoba membuka obrolan dengan Pak Ucup.

"Maaf ya, Pak, soalnya saya haus banget ditinggal sendirian di dalam mobil." Aku sengaja melirik Ian yang entah sengaja atau tidak, memilih untuk mengabaikanku.

"Kata Mas Ian, Mbak Sasi lagi tidur." Aku menatap Pak Ucup sambil tersenyum tipis, sebelum kemudian Pak Ucup melanjutkan ucapannya dengan setengah berbisik, "dan ngambek." Mendengar itu, aku terang-terangan melotot ke arah Ian di hadapan Pak Ucup, yang lagi-lagi tidak dilihat olehnya.

"Saya bukan ngambek lagi sih, Pak, udah di level atas banget nih ngambeknya, udah pengen makan orang rasanya." Kalau saja tatapan tajamku mampu membolongi kepala Ian dari belakang, sepertinya dia sudah meleleh sekarang.

"Ya sudah, Mas Ian tolong bikinin es jeruk Mbak Sasi ya, kali aja ngambeknya bisa hilang." Pak Ucup yang memang tidak tahu asal muasal kemarahanku, malah memberi ide gila.

"Nunggu Pak Ucup beres aja deh. Nanti es jeruknya malah diracunin kalau bukan Pak Ucup yang bikin." Mendengar tawa Pak Ucup dan melihat senggolan sikunya ke arah lengan Ian, aku mengabaikan kedua orang itu sepenuhnya. Menduduki kursi di sekitar, aku membuka hape, aku menemukan pesan singkat dari Papanya Ian, yang isinya cukup panjang dan membuatku sedikit terharu karena ucapan maafnya.

I'm pretty sure I will not get any apologies from his Mom, but this will do, for now. Mengucapkan terima kasih karena masih memikirkan perasaanku, aku kemudian menambahkan info untuknya, bahwa dalam dua minggu sampai sebulan ke depan, aku akan jarang ke sana, karena selain urusan pekerjaan, aku juga masih nggak mau melihat wajah dan muka Mamanya Ian, yang terakhir tentu saja nggak aku sampaikan dalam pesanku.

Right NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang