chapter 1

1.5K 58 0
                                    


Pagi hari di sekolah SMA tunas bangsa

Seorang siswa berjalan di koridor sekolah sambil bersiul memutar mutarkan kunci motornya

Terlihat Koridor yang sudah sangat sepi karena waktu jam pelajaran sudah di mulai, anak anak Lin akan bergegas lari masuk kelas jika  bel berbunyi, tapi tidak dengan si begundal Gibran yang satu ini,  dia malah berjalan santai, sampai sebuah tangan terulur Menyomot telinga dan menariknya ke arah lapangan sebelum masuk kelas,

"Siapa bilang kamu boleh masuk, kamu berdiri di lapangan sampai jam istirahat" teriak Bu Nike geram

"Aaaaaaaaaaampun Buu, saya sudah susah payah manjat gerbang masa ga di bolehin masuk sih, nanti saya telat mengikuti pelajaran gimana dong?" Rengek Gibran sambil berusaha melepas jeweran Bu Nike

"Itu masalah kamu, siapa suruh  kamu Dateng telat, awas aja kalau kamu bergerak se inci, akan ibu tambah hukumanmu" ancam bu nike sambil melepaskan jeweran nya kepada Gibran  dan berlalu pergi setelahnya.

"Galak banget sih, LG pms kali yah, ih serem kaya induk gorila" gumam Gibran dengan segala sumpah serapahnya

.
.
.
.
.
.
.
.

Bel berbunyi tanda jam istirahat tiba.

Semua murid berhamburan keluar kelas untuk menuntaskan rasa laparnya di kantin.

Sedangkan di lapangan si begundal Gibran sedang sibuk menghapus peluh di dahinya karena cuaca yang sangat terik membuat rambut nya lepek karena keringat yang senantiasa menetes di ujung rambutnya, ketika akan berjalan ke pinggir lapangan, netra nya melihat siluet gadis yang di taksirnya

"Hay my adaraaaa~" panggil Gibran dengan nada sing a song

Adara hanya memutar bola matanya malas

"Pergi sana kuman, keringkan rambutmu itu"

Gibran tersenyum kikuk dan berlalu pergi ke arah berlawanan, Adara menolehkan kepalanya melihat Gibran ber balik ke arah toilet,

Adara menggelengkan kepalanya, entah sudah berapa kali Gibran mendapat hukuman karena kesalahannya sendiri, ruang BK sudah seperti tongkrongan baginya, tapi, satu yang membuat Adara kagum, se badung badungnya Gibran, dia tetep nurut Dengan perintahnya.

.
.

Gibran menghampiri meja yang diduduki Adara di kantin

"Selamat makaaaaaaaan" teriak Gibran mengundang banyak perhatian, Adara yang  kesal menjadi pusat perhatian hanya mendengus sebal,

"Jangan berisik bodoh, lihatlah wanita wanita mu, menatap tajam ke arahku" bisik Adara dengan mata mendelik.

"Mereka bukan wanitaku, jangan mengada ada"

"Terus kalau bukan wanitamu, siapa yang suka berteriak teriak kesetanan jika kau sedang main bola?"

"Heeey, mereka hanya mengagumi ku, kau tau sendiri kan kalo aku ini tampan"

Adara hanya mengedikkan bahu masa bodoh dengan ke narsisan Gibran, jika sudah menyangkut ketampanan, dia akan kalah debat, karena memang benar Gibran mempunyai paras yang tampan dan sangat manis jika tersenyum, tapi yaa, tetap aja Badung, murid kesayangan guru BK.

Adara memperhatikan wajah Gibran yang sedang mengunyah makanan, dia heran, makhluk seperti Gibran banyak yang naksir, tapi tak ada satupun yang berhasil menjadi kekasihnya,

Adara menggelengkan kepalanya

"Bodoh, apa yang kupikirkan"

Adara memukul kepalanya guna menghilangkan pikiran pikiran anehnya

"Hey hey, kenapa di pukul? Emang ngga sakit?" Tanya Gibran yang ternyata melihat aksinya memukul kepala tadi.

"T-tidak" gugup Adara Ketika tangan Gibran sudah berada di samping kepala Adara dan mengusap bekas pukulannya

"Perasaan apa ini? Nggak nggak, ini ga boleh terjadi"

Adara segera berdiri membuat bangku yang semula didudukinya terbalik, sampai semua penghuni kantin memperhatikan nya, menyadari dia menjadi pusat perhatian, Adara langsung berlari keluar kantin sambil menyentuh dadanya yang berdetak tidak tau malu.

Gibran yang melihat tingkah Adara hanya terkekeh.

"Wanita yang menarik"

.
.
.
.

TBC...

masih di siniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang