chapter 12

679 63 11
                                    

"ssshhh"

Gibran meringis ketika sang ibu dengan telaten membersihkan lukanya.

Risa menggigit bagian dalam bibirnya melihat jaringan kulit Gibran yang terkoyak karenanya.

"Maafin mama Gibran" ujar Risa setelah selesai mengobati luka sang putra.

"Ngga papa mah, Gibran tau, luka Gibran ngga ada apa apanya di banding luka yang mama peroleh dari ayah"

Risa tersenyum dan mengelus rambut Gibran

"Gib, bagaimana jika mama ajak kamu pindah rumah?"

Deg!

Gibran memandang sang bunda dengan mata yang memanas,

"Gibran ngga mau mah, jikapun ada yang harus pergi dari sini, itu papah, bukan kita"

Risa memejamkan erat matanya, ini akan sulit,

"Mama akan kasih kamu waktu sayang"

"Dan ninggalin kenangan kita begitu ajah"

"Kita pergi hanya berdua, Eca sama ayah"

Ucapan sang ibu membuat Gibran bangkit dari duduknya dan memundurkan langkahnya,

Gibran menggelengkan kepalanya membuat setetes liquid bening meluncur dari kelopak matanya.

"Kalau begitu, mending mama sama papa pergi aja, biarkan Gibran sama Eca hidup berdua, jangan pedulikan kita lagi, toh, dari dulu juga kalian ngga pernah ada buat kita" lirihnya kecewa,

Gibran pergi menaiki tangga meninggalkan Risa dengan sejuta penyesalan yang menggerogoti hatinya.

___________________________________________

Gibran menuruni tangga dengan jaket yang menempel di tubuhnya.

Risa yang masih duduk di kursi ruang tengah pun menoleh.

"Gibran, kamu mau kemana nak" cegah Risa namun di tepis oleh Gibran,

"Gibran mau bercumbu sama jalanan" ujarnya dan pergi meninggalkan Risa yang panik.

Gibran menyalakan motornya dan pergi dari halaman rumah.

Gibran mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata rata,

Hanya satu tujuan Gibran,

Rumah Adara.

Gibran memarkirkan motornya di depan rumah Adara, berdiri tanpa berniat memasukki rumahnya.

Namun tak berselang lama bunda Adara keluar dan menemukan Gibran yang mematung di depan rumah.

"Gibran? Kenapa diam di situ nak? Ayo masuk" ujar sang bunda.

"Nda, minta ijin  pinjem anak bunda boleh? Gibran butuh pelukan" ujarnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sang bunda tersenyum dan mengangguk, kamu tunggu di sini, bunda akan panggilin Adara.

Sang bunda masuk ke rumah, dan naik menuju kamar Adara

Tok

Tok

Tok

"Sayang, keluar sebentar yuk"

Cklek..

"Kenapa Bun,?" Adara keluar kamar dengan raut wajah bingung.

"Sayang, ada Gibran di bawah, bunda ngga tau apa yang sudah terjadi padanya, tapi, bunda perhatikan sepertinya dia sedang ada masalah, Gibran terlihat kacau," jelas sang bunda membuat adara membelalakkan matanya.

masih di siniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang