chapter 7

521 54 6
                                    

Malam ini tiba, malam dimana Adara akan memutuskan menjalin hubungan serius dengan langit, atau malah pergi ke pelukan Gibran.

Namun sepertinya sang tuan putri memutuskan untuk membawa hubungannya yang lebih serius dengan langit, hatinya memilih langit.

Tidak ada yang tau jika hati Adara hanya masih ragu, takut jika Gibran hanya mempermainkannya saja.

.
.
.

Acara pertunangan di mulai, semua teman sekolah Adara datang, sampai guru gurunya.

"Adara, ku pikir Dunia akan hancur jika gidara tak bersatu" ujar Bu Nike,

"Adara mana mau dengan begundal gibran, yang ada migren setiap hari, iya ngga dar" sambung pak kepsek,

"Sayang sekali, padahal kalian itu pasangan fenomenal" bisik bu Nike di telinga Adara membuat Adara tersenyum simpul,

Setelah para tamu undangan sudah datang semuanya, giliran acara tukar cincin,

Gibran di sana, menyaksikan sang terkasih mengikat satu sama lain dengan pasangan pilihannya,

Di belakang Gibran, Rasya dengan sengaja menyiram pakaian Gibran dengan minuman yang ada di tangannya.

"Kau harus pergi ke belakang gib, bajumu basah" ujar rasya yang saling pandang dengan Irsyad,

Rasya menyeret Gibran keluar acara, mereka tidak bisa hanya melihat Gibran hancur kan?

.
.
.
.

Gibran mengendarai motornya di tengah hujan lebat tak peduli teman temannya yang memperingati untuk menunggu hujan reda, setelah pergi dari acara pertunangan Adara, Gibran dan dua temannya memutuskan untuk pergi ke cafe, dan tiba tiba hujan turun dengan lebat, karena teringat adiknya yang di rumah sendirian, Gibran undur diri untuk pulang, tanpa menghiraukan kedua temannya.

.
.
.

Adara yang melihat Gibran pergi dari acaranya membuat pandangan nya tak fokus hingga cincin yang akan di pasangkan oleh langit terjatuh menggelinding,

Ketika orang orang sibuk mencari cincinya, Adara menggenggam erat satu gelas yang ada di meja, membuatnya pecah terbelah melukai telapak tangannya,

Darah yang senantiasa menetes dari jemarinya membuat Adara tersenyum, berbanding terbalik dengan keluarganya yang menatapnya dengan panik,

.
.

Gibran memasuki rumahnya dengan baju yang basah, membuat Eca berdecak,

"Main ujan ujanan kaya bocah aja kamu kak"  celetuk Eca

"Berisik bocah"

"Oh iya, kan kak Gibran lagi ngegalau karena kak Adara udah tunangan yah? Kasian banget sih jomblo"

Gibran yang mendengar penuturan adiknya tersenyum tipis,

"Kaka pusing ca, jangan bikin tambah pusing ini loooh" ujar Gibran sambil menjambak rambutnya kesal.

"Yaudah sana ganti baju terus bobo" ujar Eca yang tak di tanggapi oleh Gibran,

Gibran melewati Eca berjalan sambil berpegangan sisi tangga dengan satu tangan yang memijat kepalanya.

Eca yang merasa khawatir membantu gibran ketika sang kakak yang terlihat berjalan naik dengan terhuyung  menuju kamarnya, setelah sampai di kamar, Gibran masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Eca masih menunggu kakaknya sampai keluar dari kamar mandi, Karena rasa khawatir yang menyelimuti hatinya,

mereka hanya berdua di rumah, Orang tuanya pergi, mereka sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis.

masih di siniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang