chapter 3

573 40 0
                                    


Di koridor sekolah seperti biasa gibran
Berjalan dengan santai, walaupun bel tanda masuk sudah berbunyi, dia tak pernah takut dengan hukuman, di hukum sudah seperti hiburan tersendiri untuknya.

Namun tak berselang lama, seseorang dari belakang menggandeng lengannya sambil berlari, dan memasuki kelas tepat setengah menit sebelum guru datang,

Gibran cuman nyengir ke arah Adara

"Kau telat juga yah?" Bisik Gibran

"Ssst, jangan berisik, kau mau di hukum lagi?" Bisik Adara.

Ternyata seseorang yang menarik lengan Gibran di koridor tadi Adara, 
Sebenarnya adara tidak telat dia hanya pergi ke ruang kepala sekolah dulu, namun setelah Adara hendak masuk kelas, di koridor menemukan si begundal Gibran  yang malah enak enakan berjalan santai, jadi Adara berinisiatif untuk menggeret Gibran sebelum guru datang.

"Ekhm!! Gibran, tumben tidak telat, padahal saya sudah tidak sabar untuk menghukum mu," sindir Bu Nike sinis

"Tadi ke serempet malaikat Bu, jadi insaf"  ujar Gibran yang mendapat gelak tawa dari semua penghuni kelas dan lemparan penghapus di kepala oleh Irsyad yang duduk tepat di belakangnya.

.
.
.
.

Jam istirahat..

Adara keluar dari ruang guru, otaknya masih memutar Tentang omongan gurunya di ruangan tadi, tanpa sadar kakinya menuntunnya ke arah lapangan outdoor di mana Gibran dan kawan kawannya sedang bermain bola.

Namun atensinya beralih kepada seorang gadis yang baru saja berdiri di sampingnya,

"Dar, boleh ga aku minta tolong kamu kasihin air mineral ini ke gibran?" Ujar Lea dengan wajah memohon

"Kenapa tidak kau saja?"

"Aku maluu, kau kan yang dekat dengannya, satu sekolah juga tau kalau kau adalah pawang Gibran"

"Aku hanya menjalankan tugas, kau pun bisa menjadi pawangnya jika kau mau"

"Benarkah?" Tanya Lea antusias

"Hum, kau hanya perlu membuka dan menyentuh hatinya, sebenarnya yang Gibran butuhkan bukan pawang...

Adara menjeda ucapannya sambil menoleh ke arah Lea membuat Lea tertegun sejenak,

...tapi hati yang menerima nya dengan tulus" sambung Adara sebelum pergi melangkah meninggalkan lapangan.

Lea menatap punggung Adara Sambil tersenyum,

"Benar, kau adalah pawangnya" gumam Lea tanpa memutus pandangannya pada punggung Adara

Di lapangan, Kevin menyikut Pinggang Gibran dan menunjuk ke arah Lea yang berada di pinggir lapangan dengan dagunya, Gibran yang mengerti akan maksud Kevin pun melangkah ke pinggir lapangan untuk menghampiri Lea,

"Le, jangan di sini, ntar kena tendangan bola" ujar Gibran membuat Lea  menunduk tersipu malu,

"A-ku cuma mau kasih ini ke kamu" Lea menyodorkan botol air mineral kepada Gibran yang di terima dengan senyuman olehnya.

"Makasih yah, ini udah aku terima, jadi kamu boleh lihat dari jauh ajah ya" ujar Gibran tersenyum sangat manis membuat Lea tersipu..

"Yaudah aku pergi, jangan lupa di minum ya" setelah berbicara Lea pun bergegas pergi dari sana,

"ini tidak baik buat jantungku" gumam Lea

Setelah Lea pergi Gibran kembali ke tengah lapangan

"Ni syad buat kamu" Gibran memberikan mineral yang di kasih lea kepada Irsyad

masih di siniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang