chapter 17

542 59 14
                                    

...

Hari ini adalah hari dimana pertandingan bola di laksanakan.

Sekolah adara kedatangan tamu perwakilan dari sekolah Gibran yang baru.

Di tribun, terlihat adara yang setia menunggu tim lawan untuk hadir.

Satu persatu peserta memasuki lapangan,  dan Adara melihatnya, melihat Gibran yang berjalan santai seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh tribun, sampai netra nya melihat sang kekasih yang duduk di salah satu tribun.

Gibran tak melepas tatapannya, begitu pun Adara.

Dengan tekad yang kuat, Gibran berlari mengelilingi lapangan sebelum berhenti tepat di depan Adara.

Adara sedikit menunggu apa yang akan Gibran perbuat, hatinya berkata hampiri, namun egonya menahan, karena Adara masih kecewa dengan Gibran yang pergi tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

Teman teman dari sekolah tunas muda yang melihat Gibran kembali bersorak riuh, membuat Gibran semakin bersemangat untuk meminta maaf pada Adara.

Ketika riuh suara teman temannya sedikit reda, Gibran membuka kaos bola nya menyusahkan kaos tanpa lengan dengan bertuliskan, ADARA I'M SORRY, I LOVE YOU.

suara yang tadinya hampir senyap kini riuh kembali membuat Adara semakin malu.

Gibran merentangkan tangannya lebar lebar, memberi kesempatan Adara untuk menghampirinya sebelum pertandingan di mulai.

"Samperin gih" ujar Rasya yang berada tak jauh dari Adara, karena Rasya yang memang tidak pernah ikut bermain bola.

Adara turun dari tribun dan sedikit berlari menghampiri Gibran dan menghambur ke dalam pelukannya.

"Gue kangen bego" bisik adara di sertai isakkan.

"Maaf"

"Jahat"

"Maaf"

"Tega Lo"

"Maaf banget dar"

"Jelasin"

"Oke, tapi lepas dulu"

Adara merenggangkan pelukannya

"Maafin aku sayang, jangan nangis" Gibran mengusap pelan pipi Adara.

"Kita ngobrol nanti ya, aku main dulu"

"Bener?

"Iya~"

"Ngga kabur lagi?"

"enggak sayang"

"Yaudah sana"

"Aku main dulu ya"

"Iya sana"

"Sayang?"

"Apaan sih? Katana mau main dulu"

Gibran tersenyum, pasalnya Adara berkata yaudah sana, tapi genggamannya masih erat di kaos Gibran.

"Lepasin dulu dong sayang"

Adara menunduk, dan benar saja, dari tadi Adara enggan melepas kaos yang di pakai Gibran.

Dengan wajah malu Adara melepas genggamannya, walau dengan berat hati,

"Ngga papa kan?"

Adara mengangguk,

"Boleh peluk sekali lagi ngga?" Cicit Adara, karena jujur saja, dia masih merindukan kekasih Badung nya ini.

Gibran memeluk Adara dengan di bubuhi kecupan ringan di dahi gadisnya.

"Udah?"

Wajah Adara memerah karena salting, kemudian mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

masih di siniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang