Keesokan harinya,
"Loh, Nabil. Ga kuliah lagi?" tanya Andini bingung, karna Nabil tidak memakai baju rapi.
"E-enggak, Nabil mau he-healing." jawab nya.
"Hah? Healing?" Andini bingung, kemudian tertawa.
"K-kenapaaa."
"Gapapa, ayok healing." ajak Andini.
"Hmm, T-tapi Nabil ga tau mau kemana." jawab Nabil gugup.
"Gatau? Trus, berarti kamu healing ga ada tujuan dong?" sahut Andini.
"Hmmm." Nabil tertunduk takut.
"Oh yaudah yaudah, kalau gitu kita ke museum aja gimana? Museum alat musik, Nabil suka nyanyi kan..?" Andini memberikan ide.
"S-sukaa Nabil suka nyanyi, Nabil suka museum." jawab Nabil antusias.
"Cepetan ganti baju, pakai baju yang berjiwa anak musik yaaa." Andini menyarankan.
"Okeeee, ji-jiwaa musikk."
•••
Kini, Andini dan Nabil telah berada di museum alat alat musik, banyak sekali alat musik didalam nya. Dimulai dari alat musik paling kuno hingga paling modern saat ini.
Nabil dan Andini asik berkeliling melihat lihat alat musik tersebut, hanya saja, Andini lebih fokus merekam tingkah Nabil dibandingkan melihat lihat alat musik.
Nabil yang tampak nya seperti kegirangan karena dirinya merasa senang saat berada disana, ia jadi bisa mengetahui berbagai alat musik. Nabil dipandang buruk oleh para pengunjung disana, karna memiliki tingkah kegirangan seperti layaknya seorang idiot.
Namun, Andini dan Nabil tentunya tidak memperdulikan mereka, ia berdua hanya fokus dengan alat musik dan rekaman saja.
"Gimana tadi? Seru ga ngeliat ngeliat isi museum nya?" Tanya Andini, yang kini mereka sedang duduk di kursi yang letaknya didepan museum.
"Seru banget, Andini. Nabil senang banget tadi didalam, N-nabil jadi pengen healing terus aja." Jawab Nabil antusias.
"Healing boleh, Nabil. Tapi Nabil juga harus fokus kuliah nya, ya." Balas Andini, sambil mengusap lembut rambut Nabil.
"Hmm." Nabil tersipu malu dan tertunduk.
"Nabil belum makan kan, ya? Ayok makan." Ajak Andini.
"Nabil m-mau ke toilet dulu, boleh ga Andini." Tanya Nabil gugup.
"Ya ampun, Nabil. Ya boleh lah, sana." Usir Andini heran dengan tingkah Nabil.
•••
Nabil dan Andini kini sudah berada di depan rumah Nabil, tentunya Andini yang mengantarkan Nabil pulang kerumahnya terlebih dahulu. Karna, ia lebih khawatir dengan Nabil jika ia tak diantar duluan.
Setelah berpamitan dengan Nabil, Andini pun mulai berjalan menuju kos nya yang tak jauh dari lokasi rumah kontrakan Nabil.
"Capek, juga huhhh." Keluh Andini sambil membaringkan tubuhnya di atas sofa kos nya.
Tittt... Tittt... Tittt...
Suara getar dari handphone Andini yang terletak di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
NABIL (2020)
RandomKamu abadi dalam ribuan kata yang ku tulis. Kamu abadi dalam paragraf ini. Kamu abadi dalam tulisan ku.