6. Beautiful you are

39 23 0
                                    

Setelah seratus hari kematian ibuk Sami, Balita itu diambil alih oleh para pekerja forensik disebuah rumah sakit pusat kota. Mereka bertujuan untuk menjalani terapi trauma pada balita tersebut agar tak mempengaruhi mental nya nanti.

kini, Nabil kembali melanjutkan kuliah nya seperti biasa. Nabil memiliki satu bulan lagi untuk wisuda dengan meraih gelar S.Hum (Sarjana Humaniora).

Andini, tentunya masih berada disekitar lingkungan kehidupan Nabil. Ia tak mungkin meninggalkan Nabil dalam keadaan masih berduka, Andini tetap terus mengikuti keseharian Nabil, tanpa diketahui Nabil sama sekali.

Nabil terus menjalani kuliah nya dimulai dari bangun pagi dengan wajah lesu seperti tak ada kebahagiaan dalam diri nya, dilanjutkan dengan bersiap siap untuk pergi ke kampus, menaiki angkutan umum, duduk dikelas mendengarkan dosen, pulang ke rumah lalu mengerjakan skripsi, mandi lalu tidur.

ia menjalani kehidupannya terus seperti itu, bahkan ia sama sekali tidak sadar bahwa sudah hari ke dua puluh lima untuk Andini menganalisis kehidupan nya. Tetapi, ia benar benar tak melihat Andini dari sejak terakhir kali penguburan jasad ibuk Sami.

Nabil berpikir, mungkin kini Andini lebih profesional dalam menjalani pekerjaan saat menganalisis dirinya.

Tampak membosankan jika terus mengerjakan skripsi dirumah, Nabil membawa laptop nya untuk pergi keluar rumah. Ia mendatangi sebuah coffee shop di sekitar pusat kota, Nabil mulai mengerjakan skripsi nya dengan segelas kopi hangat di depannya.

Merasa tak fokus dengan skripsi nya, Nabil tak sengaja membuat Andini melintasi pikiran beberapa kali, sehingga membuat nya semakin merasa tertekan.

Kenangan nya yang tak indah bersama Andini itu terus memutari pikirannya. Tawanya, paksaan nya, matanya, rambut nya, camera nya, terus membuat Nabil kepikiran.

Apa yang sebenarnya terjadi pada nya, ia terus mencoba melupakan Andini. Karna sudah hari ke dua puluh enam untuk Andini menganalisis dirinya.

Nabil hanya perlu bersiap siap bahwa dirinya akan kesepian tanpa Andini, tanpa suara tawa Andini, tanpa suara pulpen Andini saat menulis tentang dirinya, tanpa suara camera Andini saat on merekam dirinya.

Nabil benar benar merasa campur aduk pada dirinya. Ia mencoba menenangkan diri nya dengan kembali mencoba turun ke jalanan. Ia mengambil gitar nya yang selalu ia letakkan dirumah buk Sami, ia kembali ke jalanan untuk mencoba menghibur dirinya sendiri dengan cara menghibur orang lain pula.

Semalaman bernyanyi, ia tak sanggup lagi. Andini terus mengelilingi pikirannya, ia merasa bahwa dirinya sudah gagal untuk terus menjalani kehidupan dengan tenang.


•••

"Nabil, bangun hey." panggil seorang wanita.

"Hmm."

"Bangunn ayoo, Nabil harus ke kampus.. dan Andini harus menganalisis Nabil, ayo."

"Andini..?"

"Iya, ayok," Andini mengulurkan tangan nya pada Nabil.

Nabil meraih tangan itu..

"Andiniiiii," teriak Nabil yang saat itu langsung terbangun dari tidurnya.

"A-Andini..." panggil Nabil dengan suara pelan yang diikuti dengan air matanya yang keluar.

Nabil menundukkan kepala nya, ia terus mengeluarkan air mata dengan dada yang terus tersenga senga menangis.

Keesokan nya,

Ini adalah hari ke dua puluh tujuh, Nabil bersiap siap untuk pergi ke kampus, namun, karna mimpi tadi malam, ia teringat akan Andini.

Nabil keluar dari rumahnya, sebelum ia berjalan untuk menaiki angkutan umum dijalan, ia lebih dulu ingin melihat Andini ke kos nya. Nabil berdiri dari sebalik dinding yang ada di gang kos Andini. Nabil tak melihat bahwa kos itu seperti masih terisi, yang Nabil lihat hanyalah pintu dengan gembok di depannya.

Nabil menghembuskan nafas nya, ia benar benar merasa bahwa Andini sudah meninggal kan dirinya dan tak melanjutkan analisis itu. Nabil pun beranjak dari sana dan menaiki angkutan umum didepan jalan.

Kini, Nabil di kantin kampus nya. Duduk sendiri didepan kotak bekal yang ia buat untuk dirinya. Lagi, yang terlintas dipikiran Nabil adalah saat Andini duduk di meja depan sana yang sedang mengarahkan camera pada dirinya.

Bahkan, ia juga ingat bahwa Andini mendatangi meja nya dan memakan setengah bekal yang ia tawarkan waktu itu. Namun, kini hanya ada sekelompok orang orang yang sedang duduk didepan meja itu.

Nabil menundukkan kepalanya lesu seperti tak ada semangat, ia benar benar merasa campur aduk pada hatinya. Ia benar benar kesepian.

ADA PESAN BUAT MEREKA?

NABIL

ANDINI

NABIL (2020)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang