Hari ke tujuh, bagi Andini.
Andini bangun dari tidurnya, ia ingin memperbaiki kesalahannya pada Nabil tentang kesalahpahaman kemaren.
Andini kemudian bersiap siap, ia berlari secepat mungkin ke rumah Nabil, berharap bahwa Nabil sudah pulang.
Namun, Andini tak melihat ada orang didalam rumah itu, karna nampaknya Andini merasa telat, ia pun mencoba pergi ke kampus Nabil.
Andini mencoba mencari Nabil dikelas nya, tetapi karena dosen sudah masuk, sehingga nya ia tak dapat mencari kedalam. Andini mencoba mencari Nabil melalui jendela, ia melihat sekitar para mahasiswa, tetapi tak ada Nabil di sana.
Andini mencoba berpikir keras dimana Nabil, apa jangan jangan Nabil benar benar belum pulang dari tadi malam, pikirnya.
Andini pun bergegas mencari Nabil ke tempat Nabil bernyanyi dijalan tadi malam. Sesampainya di sana, Andini tak melihat Nabil. Tetapi, ia mencoba untuk bertanya pada pedagang kaki lima di sana.
"Pak, maaf pak sebelum nya. Saya numpang tanya, disini biasanya ada ga ya pak pengamen laki laki gitu pak?" tanya Andini.
"Duh neng, pengamen laki laki mah banyak, malah pengamen perempuan yang jarang." jawab bapak itu dengan raut wajah keriput.
"Ciri cirinya tuh kayak anu pak, maaf sebelumnya... Kayak... Idiot.. M-maksud saya kayak keterbelakangan mental p-pak." balas Andini gugup dengan pernyataan nya.
"Ooaaalahhhh hahahah." bapak itu tiba tiba tertawa.
"Hah?" wajah Andini tampak bingung saat bapak itu tertawa.
"Saya tauu.. maksud kamu Nabil kan.. hahaha." sahut bapak itu membuat Andini jengkel.
"I-iya Nabil."
"Kalau kamu mau ketemu Nabil, tuh. Kamu pergi kesana, semua orang di sana tau dia." ucap bapak itu menunjuk sebuah perumahan kecil dibawah jembatan.
Perumahan perumahan itu tampak seperti perumahan tak layak. Namun, perumahan itu terlihat seperti bekas tempat pembuangan sampah sebelumnya. Hanya saja, kini sudah tampak bersih dan enak dipandang.
Andini yang bingung, mengapa Nabil di sana, dan bagaiman bisa orang orang di sana mengenal Nabil dengan baik. Andini pun berjalan menghampiri perumahan itu.
Andini melihat seorang ibu yang sedang menggendong balita nya yang sedang menangis, Andini menghampiri ibu tersebut.
"Buk, anak nya kenapa?" tanya Andini menghampiri ibu itu.
"Anak saya kekurangan nutrisi neng, saya ga tau mau gimana lagi. Saya udah ga kuat terus terusan ngeliat anak saya kaya gini terus." jelas ibu itu dengan tangisan nya.
"Saya coba tenangkan ya, Buk." balas Andini yang mencoba menggendong balita itu.
"Saya punya uang sedikit untuk membelikan susu anak saya, tapi saya masih ada hutang dengan orang orang besar yang bisa mengancam nyawa saya dengan anak saya jika saya tak membayar nya." lanjut ibu itu bercerita dengan tangisan nya.
"Buk, emangnya utang ibuk berapa?" tanya Andini.
"Dua juta neng, belum lagi bunganya yang sudah menumpuk satu juta."
Balita itu seketika tenang saat Andini menggendong nya, Andini pun memberikan balita itu kembali pada sang ibu tersebut. Agar dapat ditidurkan didalam rumahnya.
"Buk, saya turut prihatin sekali dengan apa yang menimpa ibu saat ini, tapi saya juga harus cari teman saya disini." ucapnya sambil memberikan balita itu pada sang ibu.
"Teman kamu? siapa neng, siapa tau ibu tau." Tanya ibu itu.
"Nabil Bu, kata bap-" ucapnya terpotong.
"Nabil? Kamu teman Nabil?" tanya ibu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NABIL (2020)
RandomKamu abadi dalam ribuan kata yang ku tulis. Kamu abadi dalam paragraf ini. Kamu abadi dalam tulisan ku.