Saat Andini sedang memeluk ibuk Sami, tiba tiba saja seorang pria berdua didepan mereka.
"Andini.." panggil pria itu.
Andini menoleh ke arah pria tersebut. "N-Nabil?"
"An-"
"Hmm," Andini yang tiba tiba saja berdiri dan langsung memeluk erat Nabil.
Nabil yang tak menyangka bahwa apa yang sedang dilakukan Andini tersebut, benar benar membingungkan dirinya. Apa yang terjadi pada Andini dengan buk Sami, tanyanya dalam hati.
•••
Kini, Andini dan Nabil berada di puncak bukit dengan pemandangan city light. Mereka berdua duduk dengan melihat keindahan kota itu pada malam hari.
"Aku salah, Bil." ucap Andini tanpa melihat pada Nabil.
"Hmm?" Nabil melirik pada Andini.
"Nabil, bisa sekuat itu." tambahnya tanpa melihat pada Nabil, ia terus berbicara dengan pandangan yang terus melihat kedepan pada keindahan kota itu.
"Hmm," angguk Nabil dengan tersenyum aneh.
"Aku pernah terluka, aku coba belajar, lalu aku perbaiki, dan aku berubah, lebih buruk." ucapnya pelan pada Nabil.
"Selalu ada lelah yang ga bisa dijelasin, Din. Nikmati hidup kita tanpa takut dengan pandangan orang lain, karena yang menganggap kita buruk itu belum tentu lebih baik dari kita." jawab Nabil menjelaskan pada Andini.
"Andini, kalau dibilang gapapa tuh bohong banget, Bil." ucapnya dengan mata berkaca kaca dan tangan mengepal.
"Andini, dalam keadaan seperti ini, kamu butuh seseorang yang bisa jadi motivasi buat kamu. Yang bisa terus membuat kamu bahagia menjalani kehidupan dan terus bertahan." jelas Nabil yang meraih tangan Andini dan menggenggam nya dengan kedua tangan Nabil.
Andini berpikir, bahwa yang Nabil maksud adalah seorang kekasih. Andini juga merasa bahwa Nabil sedang membicarakan dirinya sendiri, yaitu untuk menjadi kekasih Andini.
"M-maksud kamu, pacar?" tanya Andini kemudian menatap Andini dengan tatapan pupil yang melebar.
"Iya, Din. Nabil rasa Andini butuh itu, tapi tenang aja, Din. Nabil akan usahakan untuk mencarikan Andini seorang kekasih yang benar benar tulus banget untuk membuat Andini bahagia." balas Nabil dengan semangat, ia berharap bahwa itu akan membantu Andini.
Andini yang tadinya tersenyum karna mengira bahwa Nabil menawarkan dirinya, tiba tiba saja ia melepaskan senyuman nya, karna Nabil malah menawarkan orang lain, bukan dirinya.
Andini memalingkan wajahnya dan melepaskan tangannya dari genggaman tangan Nabil, ia benar benar merasa kecewa. Ternyata, Nabil tidak jatuh cinta pada nya.
"Andini, kenapa?" tanya Nabil saat Andini memalingkan wajahnya.
Seketika mata Andini meredup dan menetaskan air matanya saat Nabil bertanya kenapa pada dirinya.
"A-Andini, Nabil ga bermaksud gitu." ucap Nabil dengan perlahan memegang pundak Andini dan mencoba menenangkan nya.
Andini terus menangis dengan posisi kepala yang tertunduk kebawah.
"Kakkk! Kak Nabil!!" panggil anak laki laki dari belakang Andini dan Nabil.
Nabil menoleh kebelakang, dengan posisi masih memegang pundak Andini.
"Kakk!! Buk Sami!!! ucap anak laki laki itu dengan suara nafas yang terburu buru.
Andini yang mendengar itupun langsung berhenti menangis dan membalikkan wajah nya dan melihat anak itu dengan raut wajah shock.
•••
"BUK?! IBUKKK!" teriak Nabil saat memasuki rumah buk Sami.
Nabil benar benar tak menyangka, rasa takut, trauma, tak percaya, semua bercampur menjadi satu saat ia melihat kaki tergantung diatas atap rumah itu.
Itu adalah kaki buk Sami, Buk Sami ditemukan oleh tetangga nya saat hendak mengembalikan piring buk Sami, dan yang dilihat oleh tetangga nya pertama kali adalah sosok balita yang menangis dibawah gantungan diri ibu nya sendiri.
Buk Sami gantung diri di atas rumah nya sendiri tepatnya diruang tamu, suaminya pun ditemukan tak bernyawa dikamar nya tepat dibawah kasur. Dengan hasil otopsi bahwa suaminya bunuh diri, karna ada beberapa goresan benda tajam pada pergelangan tangannya.
Keesokan nya,
"Kasihan banget ya, buk. Padahal anak nya masih balita loh." ucap ibu ibu tetangga yang sedang duduk didepan jenazah buk Sami dan suaminya.
"Iya, buk Sami juga ninggalin banyak hutang sama saya."
"Pasti balitanya bakal dibuang ke panti."
"Iya lah buk, lagian siapa yang mau rawat balita kayak gitu."
Nabil yang mendengar itupun merasa sakit hati, dengan Andini yang duduk disebelah nya, mencoba membuat Nabil untuk tetap tenang.
"Saya sih kalau mau bunuh diri mah ngajak anak buk, yakali saya ninggalin anak saya di dunia, malah ngerepotin warga disini nantinya, ntar saya malah ga tenang di surga, hahaha." bisik ibu ibu itu lagi.
"C-cukup ya! Balita itu adalah anugrah dari Allah, rezeki dari Allah! Kalau kalian memang tidak mau merawat balita itu, yasudah tidak usah di perbincangkan yang buruknya! Kita lagi berduka buk!!" bentak Nabil dengan tangan yang mengepal.
Andini pun ikut berdiri saat Nabil berdiri membentak ibu ibu tadi, Andini terus mengusap pundak Nabil agar tetap tenang.
"Udah, Bil. Duduk, ga baik suara tinggi didepan jenazah." saran Andini sambil menenangkan Nabil.
"Saya yang akan merawat anak ini." Bisik Nabil yang didengar oleh seluruh orang yang ada di ruangan rumah ibuk Sami itu.
Andini yang shock, seketika langsung melirik pada Nabil, ia melihat ketulusan yang ada pada Nabil lewat matanya, Andini terus melihat pada Nabil dengan berpikir bahwa Nabil memang tulus. Ia benar benar akan melakukan nya, ia benar benar akan merawat anak itu hingga besar.
Seperti layaknya ia dulu yang dirawat oleh pria buta.•••
ADA PESAN BUAT MEREKA?
ANDINI
NABIL
IBU IBU TETANGGA
KAMU SEDANG MEMBACA
NABIL (2020)
RandomKamu abadi dalam ribuan kata yang ku tulis. Kamu abadi dalam paragraf ini. Kamu abadi dalam tulisan ku.