Seorang pria tampan dewasa yang tak menyukai keramaian bertemu dengan seorang pemuda yang memiliki tingkah seperti anak kecil, ia selalu mengganggu krist hingga membuat krist risih padanya.
Kini krist sedikit menganggap kehadiran singto di sekitarnya. Tak jarang jika singto sering menghampiri krist dan krist tak pernah mempermasalahkan itu.
Semenjak hari itu, hari dimana singto membawakan makan siang untuk krist, mereka memang sedikit dekat dan sekarang jika singto tak ada pekerjaan dia pasti ke kantor krist untuk membawakan krist makan siang.
Ini kali pertama krist membiarkan seseorang masuk ke dalam hidupnya dan ternyata itu tak seburuk yang dia pikirkan, dulu krist memang lebih sering menutup diri sehingga membuat tak ada yang berani mendekatinya tapi semenjak kehadiran singto, dunia krist terasa sedikit berwarna.
Sekarang sudah jam 11 siang, krist mematikan layar laptopnya dan mengemasi pekerjaannya. Krist terus menatap ke arah pintu seakan tengah menunggu kedatangan seseorang karna tak biasanya dia belum datang di jam segini.
Krist meremas kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing, darah menetes dari hidungnya mengotori berkas miliknya. Sudah lama krist tak merasakan pusing seperti ini, krist membuka laci meja kerjanya mencari obatnya tapi ternyata obatnya sudah habis.
Krist beranjak dari duduknya berjalan menuju toilet untuk membersihkan darah yang terus keluar dari hidungnya. Pintu ruangan krist terbuka, singto datang dengan membawa kotak makanan untuk krist.
Ia berjalan menuju meja kerja krist, tatapannya tanpa sengaja terarah ke berkas milik krist yang terkena darah dari hidung krist tadi. Pintu toilet terbuka membuat singto menoleh ke arah krist yang baru saja keluar dari toilet.
"Terima kasih, sebaiknya kamu pergi sekarang" ucap krist sembari mengambil tisu mengelap wajahnya yang basah.
Tadi, krist memang menunggu kedatangan singto tapi sekarang dia tak ingin singto berada di dekatnya apa lagi sampai tahu dengan keadaannya sekarang.
"Darah apa ini, phi?" Tanya singto sembari melihat setetes darah di berkas milik krist.
"Pergi, sing!" Ucap krist dengan nada yang sedikit tinggi.
"Tak perlu membentak ku seperti itu, phi!" Ucap singto sambil cemberut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku sedang tak ingin di ganggu hari ini" ucap krist.
"Wajah phi terlihat pucat, apa phi sakit?" Tanya singto.
"Kepala ku hanya sedikit pusing" ucap krist sembari duduk di kursinya.
"Ayo ke rumah sakit" ucap singto.
"Tidak, sebaiknya kamu pergi sekarang" ucap krist.
"Mungkin karna phi kelaparan itu sebabnya phi pusing" ucap singto sembari membuka kotak bekal yang di bawanya.
Singto mencoba untuk menyuapi krist namun krist hanya diam dengan wajah datarnya. Harusnya krist tahu itu, ia tak akan bisa semudah itu mengusir singto agar tak mengganggu dirinya.
"Buka mulut phi" ucap singto.
Krist membuka mulutnya menerima suapan dari singto sehingga membuat singto sangat senang dengan respon krist. Singto duduk di meja kerja krist, ia menyuapi krist makanan yang di bawanya hingga habis.
Krist menerima suapan singto sembari memegang kepalanya sejak tadi, rasanya semakin pusing sekarang. Terasa darah mengalir di hidung krist membuatnya langsung mengambil tisu menutup hidungnya agar singto tak melihat itu. Krist langsung berjalan ke toilet meninggalkan singto dengan tatapan bingungnya.
Sudah hampir satu jam krist berada di toilet, ia belum keluar sejak tadi, singto berjalan menuju toilet dan mengetuk pintu toilet.
"Phi krist" ucap singto.
"Phi...?"
"Phi krist!?" Teriak singto, sehingga membuat krist langsung membuka pintu toilet.
Wajah krist terlihat semakin pucat sekarang, orang bodoh sekalipun pasti akan menyadari itu, krist seperti kehabisan darah.
"Tinggalkan mobil mu, pulang bersama ku. Ku pikir aku tak kuat jika harus menyetir sendiri" ucap krist.
Tiba di tempat parkir krist langsung masuk ke dalam mobilnya begitu juga dengan singto. Singto menjalankan mobil krist keluar dari area parkir sedangkan krist memejamkan matanya di samping singto.
"Apa menurut mu phi off sudah sangat sehat?" Tanya krist sehingga membuat singto reflek menoleh ke arah krist.
"Ya, memangnya kenapa?"
"Apa menurut mu phi off bisa menjaga mama sendiri nanti?" Tanya krist.
"Bukankah masih ada phi tay dan phi new, mereka semua bisa saling menjaga satu sama lain. Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?" Ucap singto.
"Phi tay dan phi new tak bisa di harapkan, mereka bahkan tinggal di kota yang jauh dari kami. Aku hanya kasian pada phi off dan mama jika aku pergi nanti" lirih krist.
Setetes air mata membasahi pipi krist saat dia mengucapkan itu.
"Phi ingin kemana? Apa aku boleh ikut?" Ucap singto sambil tersenyum.
"Ke tempat yang begitu jauh" jawab krist seadannya.
"...."
"Sing..."
"Ya, phi?"
"Berjanjilah jika kamu akan menjaga phi off dan mama ku dengan baik jika aku pergi" ucap krist.
"Tidak, phi ingin liburan sendiri tanpa mengajak ku?" Ucap singto.
"Apa kamu sehat, sing?" Tanya krist.
"Aku sehat, phi. Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Apa kamu mau menjalin hubungan dengan pria penyakitan?"
"Apa phi mengajak ku menjalin hubungan?"
"Aku meminta mu untuk menjadi kekasih phi off lalu menikah dengannya. Apa aku terlihat memiliki penyakit, sing!?" Ucap krist.
"Aku tak menyukai phi off" ucap singto dengan nada kecewa.
Beberapa menit kemudian mereka tiba di depan rumah krist. Singto mematikan mesin mobilnya dan menatap ke arah krist yang masih memejamkan matanya sejak tadi.
"Phi krist, kita sudah datang di rumah phi" ucap singto.
Krist membuka matanya, rasanya kepalanya semakin sakit saat dia membuka matanya.
"Aku tahu phi sedang tidak baik-baik saja sekarang. Beristirahatlah, phi. Jangan lupa ke rumah sakit jika phi merasa phi tak bisa menahan rasa sakit itu" ucap singto.
Singto keluar dari mobil krist kemudian berjalan pulang ke rumahnya sedangkan krist masuk ke dalam rumahnya berjalan menuju kamarnya.
Tbc.
Kalian masih ingat cerita ini ngga sih? Gue nulis nih cerita dari tahun 2022 sampai sekarang belum kelar juga :'v