Jaehyun mengemudikan mobilnya dengan perasaan campur aduk. Ia melirik kearah spion dibelakangnya sesekali. Kedua bocah yang baru saja ia kenal tampak sedikit lelah, biarpun yang sakit hanya satu namun keliatannya sang Kakak juga terlihat lesu dan letih.Dari mana mereka?
"Hm—- nama kamu Mark?" Tanya Jaehyun hati-hati.
Bocah dibelakang itu mengangguk. "Iya Om dan ini adikku Jeno." Ujarnya mengenalkan sang adik tanpa Jaehyun minta.
Jaehyun mengangguk. "Lalu kalian darimana?" Tanya Jaehyun ingin tahu. Melihat kondisi dua bocah itu membuat tingkat ke kepoan Jaehyun meningkat.
"Mark dan Jeno kabur dari Panti." Cicit Mark pelan.
Jaehyun membelak kaget, bagaimana jika ia dituduh mencuri anak. Walah, kenapa nggak kepikiran dari tadi sih. Jujur saja Jaehyun takut, berurusan dengan kepolisian. Ia baru saja sempro kemarin masa sudah dipenjara saja karena dituduh nyulik anak kecil, mana dua lagi.
"Ka-bur? Emang kalian mau kemana?" Tanya Jaehyun semakin penasaran.
Mark dengan sigap merogoh saku celananya, lalu membuka kertas yang sudah terlipat dan sedikit lembab oitu. Ia mendongak kedepan dan memberikan kertas tersebut pada Jaehyun.
"Mau kerumah Bik Inah, itu alamatnya Om." Ujar Mark semangat, siapa tau Jaehyun bisa mengantarkan mereka kerumah Bik Inah sekarang.
Jaehyun mengernyit bingung dengan alamat yang diberikan bocah ini, yang benar saja? Jaehyun melirik sekilas ke belakang.
"Mark ini deket dengan rumah sepupuku tapi komplek rumah ini tidak ada, daerah sana masih banyak lahan kosong ketimbang alamat yang kamu kasih." Kata Jaehyun mencoba mengingat rumah Johnny.
Seingat Jaehyun ini daerah rumah Johnny dan memang ada komplek yang baru dibangun disana, dan tidak ada komplek yang ditulis disini. Tapi kode pos dan alamatnya benar.
"Tapi Bik Inah bilangnya dia tinggal disana bersama anaknya Om." Kata Mark sedikit lemas.
Apakah Bik Inah berbohong dangannya atau Om didepannya ini yang berbohong? Karena tidak mau mengantarkan Mark dan Jeno kesana.
"Okey sebentar." Kata Jaehyun akhirnya.
Ia mengambil ponselnya lalu men-deal-kan nomor seseorang untuk memastikan sesuatu.
"Dimana Jo?"
"Dirumah, kenapa bro?"
Jaehyun melirik spionnya, "Di daerah rumah lu ada komplek baru bangun gak Jo?" Tanya Jaehyun.
"Buset, udah nanyain rumah aja baru kelar sempro. Gak ada Jae, kan lu tau daerah rumah gue ini baru banget ada perumahan ya perumahan gue, ini aja gue baru pindah mana belom ada tetangga. "
Jaehyun terdiam, lalu melirik kembali Mark yang sepertinya sudah kelelahan di kursi belakang sambil memeluk adiknya.
"Jangan bilang lu tertarik beli rumah dimari? Kagak usah deh, gue enek tetanggaan mulu sama lu. Gak di kost gak dirumah juga tetanggaan cukup dah. Cari daerah lain aja sono."
"Kagak, Yaudah gue tutup dulu. Thanks Jo!"
Tutt..
Jaehyun terdiam, lalu mencoba memperhatikan kembali tulisan kertas di pegangannya. Ia mengernyit bingung.
"Lah? 2-0-3-3? Lah sekarang masih 2024." Jaehyun mendadak merinding. Ia menepikan mobilnya pinggir jalan. Lalu membalikkan badannya menatap Mark yang kini masih setengah sadar.
"Mark? Ini 2033, kamu gak lagi bohongin aku kan?" Kata Jaehyun menginterogasi Mark yang menatap Jaehyun bingung.
"Kan sekarang emang 2033 Om, Mark kenapa harus bohongin Om segala." Jawabnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Family
FanfictionMark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua mengambil langkah untuk meninggalkan panti agar tidak dipisahkan satu-sama lain. "Adek cepat pilih ya...