"Mih, Adek mau nge-Mall."Tangan Taeyong yang tadinya sibuk memotong sayuran mendadak terhenti lalu menoleh menatap anaknya.
Si gembrot ia dudukin di atas meja pantry dekat samping Taeyong masak. Pasalnya, Bontot alias Jeno gembrot tidak ingin ditinggal di kamar karena katanya bosan sendiri dan Abangnya masih tidur.
"Tunggu Abang sembuh dulu, Dek." Jawab Taeyong yang hanya melirik bontot dengan sudut matanya.
"Hihi, thank you Mamih tapi bolehkan Adek beli mainan?" Pinta Jeno penuh harap.
Taeyong mengangguk, "Boleh, Dek. Biar kamu gak keseringan main Ipad Papih terus." Sindir Taeyong, Jeno yang sebenarnya lagi main Pou di Ipad Papihnya langsung melirik tidak suka kearah Taeyong.
"Mamih, Adek kan ngurus Pou Adek, Mih." Jawabnya sambil merengut tidak suka.
"Tapi gak tiap menit main Ipad terus, Dek. Nanti mata kamu rusak ah, Dek."
"Kalau Pou Adek kurus gimana, Mih? Adek berdosa dong kalau gak ngasih makan." Balas bontot tidak mau kalah.
Taeyong mendesah berat lalu menatap Jeno dengan pandangan serius. "Itu cuma game, dek. Jadi kalau dia mati Adek gak berdosa. Hari ini terakhir main IPadnya, besok udah gak boleh!" Tegas Taeyong yang membuat Jeno langsung menggeleng tidak terima.
"Mamihhhh, gak mau. Adek janji mainnya gak sering-sering, Mih." Bujuk Adek dengan mata memohon dengan lucu.
Taeyong yang ditatap seperti itu mencoba dengan sekuat hati untuk tidak luluh. Si bontot udah tiap jam main Ipad terus, gak bisa liat Ipad Papihnya nganggur sebentar aja udah disambar sama si Adek.
Sempat Taeyong sembunyikan dan bocahnya sibuk mondar-mandir mencari Ipad tersebut. Ujung-ujungnya Jaehyun tidak tega dan akhirnya meminjamkan IPadnya kembali.
"Adek denger Mamih, anak kecil gak boleh sering-sering main Ipad, Dek. Nanti mata Adek rusak, terus Adek jadi fokus main Ipad ketimbang main sama Mamih Papih dan Abang." Kata Taeyong menjelaskan.
Jeno yang awal sudah merengut, kembali menatap Mamihnya dengan cengengesan. "Oiyaa, Adek lupa. Adek mau main sama Mamih Papih sama Abang aja."Jawab Jeno dengan polos.
Taeyong akhirnya tersenyum hangat, "Pinter banget anak Mamih, berarti sini dek IPadnya." Taeyong mencoba menarik Ipad tersebut dari tangan Jeno.
Si bontot tampaknya masih belum ikhlas terbukti tangannya menahan kuat kedua sisi Ipad dan matanya beralih menatap Taeyong tak terima.
"Tadi kan janjinya besok, kenapa sekarang sih Mih." Protes Jeno masih merengut.
Taeyong mendengus, "Lebih cepat lebih baik, Dek. Mending nonton tv aja dikamar." Jawab Taeyong masih mencoba untuk kekeuh dengan keputusannya.
"Gak mau!" Tolak Adek sambil melipat kedua tangannya sambil memeluk Ipad kuat ke perut gendutnya itu. Mana matanya udah natap sipit Mamihnya, Taeyong kalau tidak ingat sedang mencoba konsisten dalam mendidik Jeno agar tidak manja hampir saja luluh. Mulutnya itu loh udah maju-maju.
"Oh Yaudah, gak jadi nge-Mall ya berarti." Kata Taeyong pura-pura acuh. Ia sibuk memotong sayuran kembali namun matanya masih saja melirik Adek yang sedang merajuk padanya.
"Mamih, Adek janji hari ini aja ya? Boleh ya Mamih?" Tangan gembrot Jeno mulai menoel-noel lengan Mamihnya. Mencoba membujuk dengan rayuan maut yang Adek punya.
Taeyong yang melihat rayuan Jeno tak kuasa untuk tidak mengelus puncak kepala anaknya, "Okey boleh, tapi hari ini aja ya? Besok udah gak boleh, deal ya dek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Family
FanfictionMark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua mengambil langkah untuk meninggalkan panti agar tidak dipisahkan satu-sama lain. "Adek cepat pilih ya...