"Tidur di kamar sebelah Ayok dek sama Papih.""Gak mau!"
"Dek, kasian itu Abangnya mau tidur kesempitan. Badan gembrot gitu gak muat tidur rame-rame dikasur Papih. Biar Abangnya disini sama Taeyong." Bujuk Jaehyun mencoba sabar.
"Gak mau, Adek sama Abang tidurnya! Papih yang disana sendiri." Tolak Jeno dengan memeluk lengan Taeyong menjadi guling.
"Dek, susah banget sih dikasih tau." Duh kesabaran Jaehyun benar-benar di uji sama Jeno.
"Gak mau, Pih. Mamih adek disini aja ya?"
Mark yang sedari tadi ingin menanyakan sesuatu ia urungkan kembali, dia bingung melihat interaksi antara Jaehyun dan Adiknya. Dan apa pula itu Papih Mamih. Bukankah Mark sudah memberitahu Adiknya untuk tidak sembarang memanggil orang.
"Jeno." Desis Mark pada akhirnya.
"Tuh, Abangnya marah. Udah ayok sini, Dek. Kita nonton Kartun dulu boleh deh sekali." Bujuk Jaehyun. Ia melihat Mark yang menatap Adiknya nyalang.
"Abang, Adek mau disini sama Abang." Pintanya memohon.
Mark masih menatap tajam Adiknya, "Adek gak sopan sama Om Jaehyun, udah Abang bilang untuk gak manggil orang dengan sembarangan." Desis Mark tajam.
Adiknya melemah lesu mendengar ucapan Abangnya. Berbeda dengan Jaehyun dan Taeyong yang saling tatap-tatapan satu sama lain. Ternyata kemarahan Mark bukan karena Adiknya tidak ingin pindah, melainkan panggilan yang Adiknya berikan pada Taeyong dan Jaehyun.
"Dek, kita gak punya orangtua. Jadi panggilan itu tidak akan pernah kita dengar dan ucapkan. Adek ngerti kan maksud Abang?"
Taeyong ingin bersuara, namun Jaehyun memberi isyarat untuk pria itu diam dulu.
"Abang, kenapa mikir begitu? Adek udah dapat izin dari Om Jaehyun dan Kak Taeyong untuk manggil Papih Mamih. Dan mereka setuju." Kata Jeno membela.
"Dek, tetap saja gak boleh!" Kekeuh Mark.
"Abang jahat!" Teriak Jeno membanting sendok yang ada ditangannya kepiring.
"Dek, gak boleh gitu. Gak ada yang jahat, minta maaf sama Abangnya." Kata Taeyong sedikit memarahi Jeno.
Jeno menahan tangisnya, ia menatap Jaehyun untuk meminta pertolongan, "Minta maaf dek, gak boleh ngomong kasar gitu sama Abang sendiri." Kata Jaehyun membuat Jeno menangis histeris.
Kenapa tidak ada yang membelanya? Kenapa tidak boleh memanggil Papih Mamih? Jeno hanya ingin memeliki orangtua itu saja. Tapi Abangnya tidak mengerti.
"Minta maaf ya sayang sama Abang, minta maaf dulu yaa?" Bujuk Taeyong.
Jeno terisak menatap Abangnya sendu, "hikss— maaf srott— Abang." Sambil tangan gembrotnya meminta salam kepada Mark.
"Iyaa, Abang bukan jahat. Tapi Adek, kita baru ketemu dengan Om Jaehyun dan Kak Taeyong mereka pasti kaget Adek panggil begitu."
Lagi-lagi Jaehyun tertegun dengan kedewasaan Mark, Jaehyun rasanya kagum bercampur sedih melihat Mark yang dewasa sebelum waktunya. Begitu juga dengan Taeyong yang hanya diam menyaksikan kedua kakak beradik itu dengan mata yang berkaca.
"Adek gak ngulangin lagi. Maaf ya Om Jaehyun dan Kak Taeyong, Adek gak sopan." Ujarnya dengan polos.
Taeyong langsung menggeleng, "Udah gak enak denger Adek manggil Aku Kakak, gapapa Mamih aja. Aku suka kok di panggil Mamih." Kata Taeyong membuat Jeno langsung sumrigah.
Mark hanya terdiam, ia menatap dalam Taeyong. Entah kenapa dadanya kembali sesak dan lidahnya kelu untuk memanggil Taeyong seperti Jeno.
"Tau nih, Papih belum tua dipanggil Om sama kamu ya Dek. Kayak Om Om beneran jadi ngeri." Kata Jaehyun membuat Jeno tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Family
FanfictionMark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua mengambil langkah untuk meninggalkan panti agar tidak dipisahkan satu-sama lain. "Adek cepat pilih ya...