Jaehyun lagi berbenah meletakkan kardus-kardus kedalam Apartemennya sendiri. Taeyong lagi ngelonin anak-anak dikamar karena dari tadi kedua anaknya ngerengek terus dan gak mau jauh-jauh dari Mamihnya itu.Mau tidak mau perpindahan kali ini Jaehyun mengurus semuanya sendiri, untungnya sahabat-sahabat Jaehyun maupun Taeyong ikut membantu.
"Gue sama yang lain pergi dulu ya, Jae. Kasian anak-anak lo udah pada kecapean semua itu." Kata Johnny pamit.
Jaehyun mengangguk, "Makasih ya, Bang. Ntar gue traktir deh."
"Aman lah itu."
Setelah kepergian semuanya, Jaehyun duduk di sofa ruang tamu mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Biarpun banyak yang bantu namun karena Taeyong tidak ikut berkontribusi jadinya Jaehyun kewalahan sendiri.
Apalagi saat ngelihat anak-anaknya gak mau ditinggal oleh Taeyong buat Jaehyun makin gak semangat. Biasanya si Adek nge-gangguin dia dengan segala tingkah jahilnya, tapi kali ini gak ada sama sekali.
Lalu Abang? Bocah itu dari tadi malam hanya menempel di ketek Taeyong tanpa mau lepas. Dan makan juga susah banget, Abang sama sekali belum ada makan nasi. Karena itu juga buat Jaehyun makin kepikiran.
"Stts, Jae!" Panggil Taeyong yang baru aja keluar dari kamar dengan panik.
"Kenapa, Mih?" Jawab Jaehyun kebingungan.
"Abang badannya anget lagi, Jae!" Muka panik Taeyong membuat Jaehyun langsung berlari kearah kamar.
"Abang?" Kata Jaehyun pelan.
Mark lagi meringkuk dikasur dengan muka yang pucat, bibirnya udah menggigil padahal pendingin ruangan sudah dimatikan oleh Taeyong.
"Papih, hiks— kepala Abang pusing, hiks— Pih." Mark menangis kala tangan Jaehyun terulur memegang dahinya.
Mendengar tangisan Abang, hati Jaehyun serasa sesak. Anak sulungnya ini sudah beberapa kali sakit dan itu buat Jaehyun merasa tidak tega, apalagi tubuh kurus Abang punya semakin membuat hati Jaehyun ter-iris.
"Ke dokter aja ya, Bang. Biar tau sakitnya apa, nak." Kata Jaehyun mencoba menyembunyikan kepanikannya.
Taeyong masuk dengan membawa kompres untuk Abang. Jelas Taeyong sama halnya dengan Jaehyun, hanya saja Taeyong mencoba sebisanya untuk tetap tenang.
"Gak mau, Pih. Abang gak mau disuntik." Tolak Mark membuat Jaehyun mendesah berat.
"Abang, kalau kita tidak ke dokter, Papih sama Mamih gak tau Abang sakitnya apa, Nak." Kata Jaehyun mencoba menjelaskan dengan pelan.
"Hiks— gak mau, Pih. Abang gak mau." Tolak Mark semakin menangis.
Taeyong akhirnya menatap Jaehyun untuk mencoba berhenti membujuk Mark. Jaehyun kembali membuang nafasnya dengan berat.
"Tapi badan Abang panas banget, Yong." Kata Jaehyun pada Taeyong.
Taeyong mencoba memberi tatapan menenangkan, "Gue kompres dulu, kalau gak turun panasnya sampai besok kita bawa kerumah sakit." Kata Taeyong.
Jaehyun akhirnya mengalah, ia mundur untuk membiarkan Taeyong mengompres Mark menggunakan kain.
Hatinya ngilu ketika melihat Mark yang kesakitan, udah dua kali Abang sakit. Jaehyun rasanya ingin mengutuki diri sendiri karena Abang kembali sakit. Ia merasa gagal menjaga Abang kembali.
"Kompres dulu ya, Sayang."
Karena tidak kuat, Jaehyun keluar dari kamar dan mengusap pelan air matanya. Demi tuhan dia tidak kuat sama sekali melihat Mark, anaknya itu hanya terlihat kuat di luar. Namun nyatanya, Abang lebih lemah dari yang Jaehyun tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Family
FanfictionMark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua mengambil langkah untuk meninggalkan panti agar tidak dipisahkan satu-sama lain. "Adek cepat pilih ya...