Hujan yang melanda di sore hari ini bisa gak untuk stop barang 10 menit saja. Sunoo benar-benar sudah mati kebosanan di perpus kampus. Pasalnya, Sunoo kelaparan dan mau pergi ke kantin fakultasnya.
Selesai kelas tadi, niat awalnya Sunoo ingin langsung ke kantin. Namun, di tengah perjalanan ia mendapatkan notifikasi untuk mengembalik buku milik perpustakaan. Daripada harus menunda dan malah berujung membayar denda, jadinya Sunoo membiarkan langkahnya menuju ke arah perpustakaan.
"Ih anjrit, kok gak stop-stop sih, gue mau makan ayam geprek ya Tuhaannnnnn," ucap Sunoo kesal.
"Iya ya, hujannya awet," terdengar suara yang asing sedang menjawab kekesalan Sunoo.
Sumpah demi apapun, Sunoo beneran kaget. Sunoo kesal sekali, dari kemaren Sunoo pasti selalu dikagetkan dengan suara dari antah berantah. Kayak kemarin si Lee Menyebalkan Heeseung yang tiba-tiba nyamperin Sunoo dan sekarang, entah suara milik siapa saat ini.
"Eh, maaf, aku ngagetin kamu, ya?" ucap sang pemilik suara yang sempat mengagetkan Sunoo.
Terdengar dari suaranya yang lembut, sudah pasti dia itu bukan Heeseung. Dan betul saja, setelah Sunoo menengok ke sumber suara, ternyata ia adalah Sunghoon. Kakak tingkat Sunoo dari fakultas lain yang membantunya kabur dari toilet angker.
"Eh, kak," sapa Sunoo sok ramah. Jujur saja, Sunoo ini sedang malas untuk bersapaan dengan orang, dirinya hanya mau ke kantin.
"Lagi ngapain di perpus?" kakak tingkatnya bertanya, Sunoo bingung ingin menjawab atau berpura-pura kebelet pipis untuk kabur.
"Nungguin gue," tidak, itu bukan suara Sunoo, melainkan itu suara Heeseung.
Entah sudah berapa kali ini, sengaja atau tak disengaja, Sunoo jadi lebih sering bertemu dengan Heeseung. Atau bisa dibilang, Heeseung menjadi lebih sering ikut campur tangan dalam hidup Sunoo akhir-akhir ini.
"Kalau lu, Hoon, kok belum balik?" lanjut Heeseung yang menanyakan pertanyaan Sunghoon kembali.
"Hujan, bro," jawabnya, Sunoo bisa melihat ada kecanggungan diantara mereka berdua, padahal kan mereka satu angkatan, dan mungkin saja mereka pernah sekelas bersama, kan.
"Kalau gitu gue cabut duluan ya," pamit Heeseung yang tangan kanannya sibuk tos dengan Sunghoon, lalu tangan kirinya memegang tangan Sunoo untuk menarik dan membawanya pergi dari sana.
Tanpa sempat mengeluarkan sepatah atau dua patah, Sunoo sudah ditarik duluan dan dibawa Heeseung untuk menjauh dari teras perpus, atau malah menjauh dari Sunghoon.
"Eh, apa-apaan sih, main narik-narik aja, dipikir gue tali tambang apa!" ucap Sunoo kesal, lagian apa-apaan juga sikap Heeseung ini.
"Lo mau nungguin hujan aja atau gimana?" tanya Heeseung tajam. Entah mengapa hawa di sekitar Sunoo menjadi lebih dingin dan membuatnya menjadi merinding. "Gue bawa payung, lu mau ke mana? ayo gue anter," suara Heeseung kini kembali lembut lagi, seperti nada orang yang sedang berbicara dengan anak kucing.
"Kenapa gak lu kasih aja payungnya ke gue?" tanya Sunoo, yang membuat Heeseung membuang napasnya kasar. "Lu mau meres gue ya, lo mau sok-sokan jadi ojek payung, kan, terus lu bakal mintain duit ke gue."
Jujur aja Sunoo sendiri juga bingung dirinya berkata apa. Bisa gak kalimat yang baru ia ucapkan kepada Heeseung untuk di-undo saja. Ada gak tombol ctrl + z di dunia ini. Sumpah, rasanya Sunoo mau teriak saja karena ia membuat Heeseung tertawa terbahak-bahak.
Heeseung mengangkat alisnya, merespons Sunoo dengan santai, "Emang ada ojek payung secakep gue? lagian kalau ada lu gak bakalan bisa bayar tarifnya kali." Katanya sombong dan membuat Sunoo berdecak sebal.
"Ke kantin, kan? Gue juga lagi kepengen makan ayam geprek soalnya," lanjut Heeseung.
"Emang payung lu muat? lu kan gede kayak gajah," kata Sunoo sambil melemparkan pandangan meneliti ke arah tubuh Heeseung yang baru ia cibir barusan.
"Gajah aja bisa ke-cover kok, apalagi babi kecil kayak lo." Heeseung pasti selalu mempunyai cara untuk membalas Sunoo atau membuat Sunoo kesal. Motto Heeseung saat bersama Sunoo itu mudah ditebak, yaitu 'When you go low, i go lower."
Kini Sunoo yang memutar bola matanya malas yang membuat Heeseung tertawa penuh kemenangan, "Ya udah, gue jangan sampe basah atau gue aduin mama!" ancam Sunoo, jelas Heeseung tidak takut.
"Gak bakalan basah kalau lu gak jauh-jauh dari gue," balas Heeseung.
"Males gue dempet-dempetan sama gajah!"
"Dipikir gue mau apa sepayung sama babi!"
Di bawah payung yang Heeseung pegang ini, Mereka berdua berjalan bersama di tengah derasnya hujan. Payung yang harusnya menjadi pelindung mereka di saat hujan melanda itu, malah menjadi saksi mereka dalam pertengkaran yang tidak selesai-selesai.
Kata ejekan terus keluar dari bawah payung itu, bahkan suara hujan dibuat kalah oleh suara mereka. Ada Sunoo yang tidak mau kalah saat diejek Heeseung, dan Heeseung yang selalu saja membuat Sunoo kesal. Namun, walau mereka terus beradu argumen, Heeseung tetap memayungi Sunoo dengan payungnya, memastikan bahwa tak ada tetesan air hujan yang mengenai Sunoo. Bahkan sesampainya mereka di kantin, pertengkaran itu masih terus terjadi, entah hal apa yang mereka perdebatkan.
"Ih anjir, banyak yang tutup," mungkin dengan tutupnya warung-warung di kantin, bisa menghentikan perdebatan mereka ini.
"Lu sih, kelamaan ngobrol sama Sunghoon sih," Sunoo menyalahkan Heeseung, padahal jelas sekali mereka berdua hanya saling sapa saja, tapi sudah menjadi hobi tersendiri bagi Sunoo untuk menyalahkan Heeseung di segala perkara yang terjadi.
Heeseung berjalan meninggalkan Sunoo, mengunjungi warung geprek yang akan mereka pesan pada awalnya. Dan ternyata hasilnya nihil, warungnya sudah tutup sebab sudah sore dan pemilik warungnya juga sudah pada pulang.
Sunoo hanya menatap Heeseung dari belakang, melihat Heeseung yang menanyakan ke satu persatu warung, masih kah mereka berjualan atau tidak. Hingga pandangan Sunoo jatuh ke bahu Heeseung, lalu ke bahunya sendiri.
Dilihatnya bahu miliknya, kering. Sedangkan baju Heeseung di sekitar bahunya basah. Sebenarnya ini adalah hal yang wajar, pikir Sunoo. Tunggu, apa mungkin ini hal yang tidak wajar. Mungkin untuk beberapa orang perbedaan bahu basah dan kering memang biasa saja, namun bagi Sunoo mengapa hal ini rasanya berbeda.
"Pipi lo kenapa merah? Kedinginan?" tanya Heeseung yang memecahkan keramaian di otak Sunoo.
"Hah?!" Sunoo salah tingkah sendiri.
Duh ilah Sunoo, lu kenapa jadi kayak orang pea sih?! pekiknya dalam hati. Kalau Heeseung tau apa yang sedang Sunoo pikirkan, pasti Heeseung akan menertawakan Sunoo sambil mengejeknya.
"Pusing?" tanya Heeseung lagi, "Banyak warung yang tutup, mau cari makan di luar kampus aja gak? Kalau mau ayo payungan lagi sampe ke parkiran."
Hah, ada gila-gilanya Sunoo payungan bareng sama Heeseung lagi. Bisa-bisa isi kepalanya makin rame, serame pasar malem. Sunoo lagi gak bisa bareng Heeseung dulu, pikirannnya udah korslet.
"Hah, no thank you, gue mau pulang aja, BYE!" kata Sunoo dengan pikiran korsletnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suka dan Luka [HEESUN / HEENOO]
Casuale"Kalian bisa gak kalau ketemu ngobrolnya biasa aja, gak perlu tarik urat begini?" Lagi-lagi keluhan dari Jay. Gimana caranya Heesung dan Sunoo gak ribut, orang setiap ketemu aja Heesung suka sekali memancing amarah Sunoo. Bagi Sunoo memang menyeba...