6. Pergi.

177 9 1
                                    

Lydia dipecat karena ia sering izin dan sekarang membuat keributan di cafe, entahlah lydia harus kerja kemana lagi untuk menghidupi dirinya. Mana mungkin ia meminta uang pada mamahnya untuk bayar kuliah dan makan sehari-hari.

Luka di kakinya masih terasa sakit selama ia sakit arsen benar-benar tidak memperhatikannya sama sekali, bahkan arsen dengan santai jalan-jalan berdua dengan debi.

Lydia menyalakan televisi menonton film Matanya menatap kosong depan. "Kalau aku enggak kerja aku enggak bisa kuliah, makan, bayar kontrakan terus aku tinggal dimana coba?" Tanya lydia pada dirinya sendiri.

Lydia berjalan menuju kaca menatap hujan yang sangat deras. "Ayah, seandainya ayah ada di sini pasti lydia senang banget. Lydia butuh pelukan ayah" lirih lydia.

Tok.tok.tok.

Lydia menghapus air matanya berjalan membukakan pintu menatap arsen. "Mau apa kesini?" Tanya lydia dingin.

"Emangnya emggak boleh? Pelit amat lo" tanya balik arsen menerobos masuk.

"Kalau kesini cuma untuk maki-maki aku mending pulang lagi aja, aku lagi malas dengar makian kamu" ucap lydia.

Arsen melepas Hoddle nya melempar ke arah lydia yang langsung lydia tangki. "Gue kesini abis nganterin debi ke rumah tantenya kebetulan lewat sini, jadi gue mampir" jawab arsen.

"Ohhh" itulah jawaban lydia.

Arsen melirik kaki lydia. "Kaki lo udah sembuh?" Tanya arsen.

Lydia mengambilkan minum untuk arsen. "Emangnya penting untuk kamu?" Tanya lydia dingin.

Arsen menggeleng. "Enggak juga sih, basa-basi aja" jawab arsen sambil meneguk minuman yang dibuat lydia. "Jus buatan lo enggak enak enggak kaya buatan debi, manisnya pas di lidah gue. Tiap malam Minggu gue main ke rumah dia ada aja makanan yang gue suka, dia pintar masak" puji arsen.

Lydia hanya tersenyum hambar mendengar pujian yang dilontarkan arsen, kekasihnya sendiri. "Yaudah kamu sekalian aja tinggal sama debi supaya bisa makan-makanan debi tial hari"

"Pengennya gitu tapi gue malas soalnya jauh rumah debi" sahut arsen.

"Suruh tinggal di apartemen kamu" ucap lydia sambil membaca buku.

"Tiap hari debi ke apartment gue, kita bercanda berdua" sahut arsen.

Deg

Lydia merasakan sesak di dadanya mendengar pengakuan arsen. "Bagus dong sekalian tanam benih sama debi" ucap lydia menahan air mata.

"Sering kita lakuin" jawab arsen sambil menyisir rambutnya menggunakan jari-jari tangannya.

Deg

Tidak mau merasakan sakit dihatinya lydia memilih untuk tidur saja. "kamu harus kuat" lirih lydia.

Arsen menatap lydia yang tidur. "Kenapa tidur? Lo enggak mau tau banyak tentang gue sama debi?" Tanya arsen naik ke atas kasur.

Lydia kembali membuka matanya menatap arsen dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku tidak mau tau hubungan kamu sama debi, sen. Aku tidak mau tau apa yang kalian lakuin dibelakang aku. Aku tidak mau tau tentang hubungan kalian berdua, yang aku ingin tau cara aku untuk tidak sakit hati" ucap lydia.

Arsen diam membisu menatap lekat wajah lydia.

"Aku melihat keromantisan kamu setiap hari tapi rasa sakit itu tidak pernah hilang, aku pengen banget waktu aku lihat kalian berdua romantisan di depan aku, aku tidak merasakan sakit hati tapi aku merasakan kebahagiaan di hati aku" lirih lydia.

"Ngomong apa sih lo" sinis arsen merasakan hatinya sedikit merasa bersalah.

Lydia duduk di depan arsen merapikan rambut arsen yang berantakan menggunakan tangannya. "Setelah ini aku tidak akan melihat kamu dan debi romantisan lagi di kampus" ucap lydia.

LOVE HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang