Part 14

10.1K 102 13
                                    

Kini Riska sudah mempersiapkan dengan baik pakaian dalamnya. Agar tak lagi ada kejadian tali beha yang lepas. Menurutnya kemungkinan ukuran payudaranya memang semakin besar. Ukuran yang besar ini bukan lain karena dipengaruhi payudaranya kini terisi oleh cairan penghilang dahaga dan penambah gizi bagi bayi bayi yang sangat membutuhkan. Jika diminum oleh manusia dewasa manfaatnya hanya sebatas penghilang rasa haus saja. 

Sehari di sekolah kali ini tidak ada kejadian yang terlalu mengganggunya. Tak ada lagi acara rembes susu. Karena hari ini sudah dia perah setelah shalat subuh. Banyak sekali hasil perahan dia hari ini. Terkadang hasil perahannya diberikan kepada Bu Siti. Yap, kini bu Siti sudah mengetahui jika Riska mampu mengeluarkan ASI dan menyusui keponakannya. Namun dirinya tak mau membebani Riska dengan menyusui anaknya.

Sepulang sekolah Riska melihat kedua anak sepersusuannya dalam keadaan bangun. Anto sedang digendong oleh ibunya Bu Siti, dan Vannie sedang bermain dengan mainannya ditemani Bu Siti. Riska pun menyapa mereka semua

"Halo.... Lagi pada ngapain ya?" ucap Riska menyapa kedua anak sepersusuannya

"Nungguin tante ini. Dari tadi nyariin tantenya" ungkap Bu Siti

"Sebentar ya tante ganti baju dulu" Riska pergi meninggalkan mereka dan ditangisi oleh Vannie karena kepergian tantenya itu.

"Huaaaaa......" tangis Vannie

"Sabar gak lama loh" ucap Riska dan berbalik arah menuju Vannie yang menangis

"Aduh ini manja betul...." Riska menggendong Vannie dan membawanya ke kamar

"Aku ke kamar dulu ya Bi" Riska mengeluyur ke arah kamarnya

"Kenapa Vannie gak mau ditinggal sama tante?"

"Nenn...nenn..." ucap Vannie yang tak sabar ingin menyusu pada dirinya

"Iya tante ganti baju dulu ya" Riska meletakkan keponakannya itu di kasur empuknya

Riska membuka baju seragamnya dan menyisakan rok sekolahnya. Saat terlihat gundukan besar yang menempel pada tubuh Riska. Terlihat Vannie tertawa bahagia khas seorang balita.
"Gak sabar ya mau nenen?" ucapku sambil memamerkan payudaraku yang masih tertutup bra ke arah Vannie

"Haa... Hyaaa...." tangan mungil Vannie seakan akan mencoba untuk meraih kedua gundukan lemak berisi ASI

"Sabar yaa...." Riska mengambil celana pendek untuk menggantikan rok seragamnya.

Terlihat di cermin bentuk tubuh Riska yang ideal, perut rata, pantat yang bulat, begitu juga dengan payudaranya yang besar. Begitu dia lepas bra nya, nampaklah payudara besarnya yang kini agak mengendor. Bagaimana tidak, payudaranya kini sering dirangsang oleh mulut mulut yang menghisap cairan bergizi di dalamnya. Riska pun membalikkan badannya dan berjalan ke arah Vannie yang sedari tadi hanya melihat punggung Riska.

"Ada yang gak sabar mau nenen ya?" ucap Riska sembari memijat mijat payudaranya untuk merangsang ASI keluar dari putingnya

Riska menempatkan dirinya dan memposisikan Vannie agar lebih mudah untuk menyusu pada payudara kanannya. Seperti biasa telunjuk dan jempolnya mengarahkan putingnya ke arah mulut Vannie. Riska kini sudah mahir dalam hal menyusui. Bagaimana tidak kini sudah lebih dari 4 bulan dari awal mencoba menyusui kedua adik Dewi. Apalagi dua sebulan terakhir dia sudah belajar secara langsung oleh ibunya.

Vannie begitu santai menghisap puting susu milik Riska. Sembari menyusui keponakannya itu. Dirinya teringat janjinya pada Dewi untuk menemaninya lagi di rumahnya. Tentu saja hal ini sangat dinantikan oleh kedua adik Dewi, Eka dan Eki. Tanpa ada ASI saja kedua adiknya begitu rakus menghisap putingnya dan memainkan payudaranya.

Sebuah RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang