"Kak malam ini, aku tidur di rumah Dewi. Biar besok langsung berangkat ke tempat kumpulnya bareng sama Dewi" ucap Riska mengabari kakaknya kalau dia tidur di rumah Dewi malam ini.
"Oke..."Riska dan Dewi pun melanjutkan mengerjakan tugas kelompok mereka. Ditemani Eka dan Eki yang terlihat asyik bermain handphone milik Dewi.
"Eki... Eka.... jangan berisik! sana di luar aja kalian main hapenya" bentak Dewi
"Iyaaaaa...." teriak Eka
"Ayok Ki, pindah ke ruang tamu. yuk!" ajak Eka
"Iya. tapi nanti giliran aku main!" ucap Eki yang tak mau bergantian main
"Ih... Aku dulu, tadi kamu kan udah mati" balas Eka
"Ayo gantian mainnya. harus sportif ya" Riska ikut nimbrung
"Tuh dengerin mbak Riska Ki!" ucap Eka mengiyakan
Akhirnya mereka berdua pun keluar dari kamar Dewi."Dari siang gue di sini, mereka belum minta netek ke lu?" tanya Riska penasaran pada kedua adiknya yang belum menagih nyusu pada payudara Dewi
"Mungkin sebelum kita pulang, mamah udah netekin mereka"
"Mereka netek kalau lagi pengen aja" lanjut Dewi
"Kenapa? lu mau netekin mereka?" tanya Dewi yang melihat Riska yang sudah mulai ketagihan menyusui
"Tetek gue kan belum ada susunya, mana mau mereka" ucap Riska menjelaskan bahwa payudaranya belum mengeluarkan air susu
"Kayaknya gak pengaruh juga ke mereka" jawab Dewi
"Kalau mau, gue panggil mereka nih" lanjut Dewi
"Gak usah! Nanti aja. Ini tugas juga belum kelar!" tolak Riska karena pekerjaannya belum selesai
"Besok kita bakal sibuk ini" lanjut RiskaMenjelang maghrib, tugas mereka pun selesai. Riska pun langsung pamitmandi di kamar Dewi. Selesai Riska mandi terdengar suara dari luar kamar mandi untuk mengajaknya makan bersama.
"Mbak Riska... Tadi di suruh mbak Dewi, kalau dah selesai mandi langsung ke bawah" ucap suara anak kecil terdengar dari luar kamarnya
"Iyaa..." jawab Riska sekenanya karena tak tahu, itu suara Eka atau EkiSaat mandi, Riska kepikiran dengan ucapan Dewi yang menyuruhnya untuk menyusui Eka dan Eki. Mungkin bukan ide yang buruk untuk Riska yang sangat merasakan sensasi hisapan lagi pada kedua putingnya. Karena hampir dua minggu terakhir ini, Riska tak bisa merasakan hisapan-hisapan pada kedua putingnya. Rasa gatal menjalar pada kedua putingnya. Selama dua minggu ini, Riska ikut bergantian menjaga Ayahnya yang jatuh sakit. Tak mungkin juga dia menggunakan alat pompa asi untuk meredakan rasa gatal pada putingnya sambil menjaga ayahnya. Kini waktunya bagi Riska untuk melepaskan semua rasa gatal yang dia tahan selama dua minggu ini.
Selesai mandi, Riska turun untuk ikut makan bersama keluarga Dewi. Di sana Eka dan Eki sedang di suapi oleh mamahnya. Dewi yang sudah selesai makan, menggantikan ibunya untuk menyuapi Eka dan Eki. Begitupun dengan Riska, dia membantu mamanya Dewi mencuci piring bekas makan sebelumnya. Setelah Dewi selesai menyuapi Eka dan Eki, mereka bergegas menuju kamar Dewi untuk tidur. Tentunya dengan ritual khas untuk menidurkan Eka dan Eki. Saat Riska kembali ke kamar, ternyata Eka dan Eki masih belum selesai menyusu pada Dewi. Posisi Dewi terlihat sangat rileks, pasti juga jam terbangnya sudah tinggi. Tahu posisi yang enak untuk menyusui adik-adiknya secara bersamaan. Sambil duduk selonjor di atas kasurnya, dan meletakkan kepala adik-adiknya di paha. Eka yang mulai mengantuk mulai melepas mulutnya pada puting Dewi. Kini tinggal Eki yang masih menyusu dengan rakusnya pada puting Dewi. Karena Eka sudah merasa terpuaskan, kini tinggal Eki yang masih betah menyusu pada Dewi. Dewi pun tidur dengan posisi membelakangi badan Eka, dan Eki sekarang disuguhi kedua payudara milik Dewi. Karena Eki yang masih terlihat masih bugar, tangannya tak mau kalah. Kini Eki memainkan puting milik Dewi yang basah bekas hisapan Eka. Riska pun memposisikan dirinya tidur disamping Eka.
"Kenapa Ka? Dingin ya? Mau aku setel lagi AC nya biar ga dingin?" tanya Riska yang melihat Eka merungkup kedinginan menghadap ke punggung Dewi.
"Iya..." ucap Eka sambil meringkuk dingin yang kini menghadap Riska.
"Bentar ya mbak setel dulu AC nya biar ga dingin" ucap Riska dan bangun dari kasur untuk menyetel suhu AC menjadi 28.
"Yaudah sini mbak peluk, biar anget" ucap Riska sambil memberi kode Eka untuk mendekat
Perlahan Eka mendekat pada Riska. Eka tak seperti Eki yang senang sekali menyusu. Riska pun terkejut karena Eka tak seagresif Eki. Karena Riska sudah gatal putingnya untuk dihisap, tapi dia kikuk untuk menyuruh Eka menghisap putingnya. Hampir 5 menit, tak ada reaksi dari Eka. Riska terpikirkan untuk menyentuhkan putingnya pada mulut Eka meski lewat luar kaos. Perlahan Riska memposisikan badannya serta kepala Eka agar puting susunya bisa menempel pada mulut Eka. Mulutnya mulai bergerak seperti hendak menyusu.
"Ka... kamu pengen nenen ya?" bisik Riska mengagetkan Eka yang malu-malu ingin menyusu
"Gak kok mbak" ucap pelan Eka, yang ketahuan ingin menyusu pada puting Riska
"Kalau pengen, mbak bukain kaosnya. Jangan bilang Eki ya, nanti direbut dia" Riska menawarkan payudaranya untuk dihisap dan menakut-nakutin Eka agar tak bilang pada Eki.
"Boleh mbak?"
"Iya boleh kok" ucap Riska
"Nih..." lanjutnya sambil mengangkat sebelah kaosnya.
"Kok cuma diliatin?"
Ini pertama kalinya Eka menyusu pada payudara selain mamahnya dan kakaknya. Perlahan mulut Eka menyusu pada payudara Riska. Puting yang sebelum nya lemas, mulai mengeras akibat hisapan-hisapan kuat Eka.
"Mbak, kok airnya gak ada?" ucap Eka yang terlihat kecewa sambil melepas hisapan pada puting Riska
"Maaf ya, nenennya mbak ga ada airnya" ucap Riska
"Mau udahan kah nenennya?" tanya Riska hendak menutup kaosnya kembali
"...." Eka menggeleng kepalanya
"Nih, nenen lagi... Mungkin nanti bisa keluar airnya" ucap Riska menyemangati Eka, untuk tetep menyusu padanya
"..." Eka menganggukan kepalanya
Riska pun menyuapkan putingnya pada Eka. Rasa hangat kembali menyelimuti puting kanannya. Semula yang rasa gatal kini telah terobati oleh mulut Eka. Hisapan Eka memang tak sekuat Eki saat menyusu, namun lebih terasa nikmat jika dibandingkan dengan Vanie. Terkadang gigi Eka ikut mengigit gigit kecil puting Riska.
"Jangan digigit ya, isep aja" ucap Riska memperingatkan Eka untuk tak menggigit putingnya. Tangan Riska pun tak tinggal diam, tangannya mengelus elus kepala Eka.
"Sedot aja yang kuat, mungkin nanti ada airnya" canda Riska , dan langsung saja Eka menyedotnya dengan kuat, hingga aerolanya tertarik masuk kedalam mulut Eka
"Pengin banget ada airnya ya Ka? Sabar ya" ucap Riska sambil menahan rasa ngilu dan geli
"Dah nenennya dipuasin" lanjutnya
"...." Eka mengangguk pertanda mengerti untuk menyusu sepuasnya pada payudara Riska
Mulut Eka pun kembali menyusu pada payudara Riska. Hisapan mulut Eka semakin menguat. Rasa ngilu namun nikmat pada puting Riska tak terhindarkan.
"Awh... Kok kuat banget nyedotnya? Enak ya?" tanya Riska yang penasaran dengan kuatnya hisapan Eka
"He'eh... Enak mbak" ucap Eka tanpa melepas hisapan pada puting.
Sebenarnya Riska ingin sekali merasakan kedua putingnya di hisap oleh Eka dan Eki secara bersamaan. Tapi Dewi sudah mengakuisisi mulut Eki. Jadi, malam ini hanya Eka lah yang menyusu pada payudaranya. Melihat tingkah Eki yang suka memainkan puting Dewi. Riskapun mengajari tangan Eka untuk memainkan puting kirinya.
"Ka, sini tanganmu" Riska menarik perlahan tangan Eka
"Ini ki rasanya kalau dipegang pakai tangan" ujar Riska sambil mengajari tangan Eka memainkan putingnya
"Mirip squishy ya mbak" celetuk Eka
"Emang kamu kalau nenen ke mbak Dewi gak mainin ini?"
"Pernah, tapi gak sering, Eka gak suka" Eka pun melepaskan puting milik Riska
"Coba deh kamu mainin lagi, mungkin aja nanti susunya keluar" Riska yang tak hilang akal membujuk Eka untuk tetap memainkan putingnya.
Kini dengan adanya Eka rasa gatal yang ada pada payudaranya kini terasa terobati. Karena Riska merasa ngantuk, dirinya pun tertidur dengan payudaranya yang terus dihisap oleh Eka. Saat tengah malam Riska terbangun untuk buang hajat, melihat mulut Eka masih menempel pada putingnya. Perlahan dia lepaskan putingnya dari mulut Eka. Putingnya terasa ngilu, karena hampir empat jam putingnya dihisap terus menerus. Selesai dari kamar mandi, Riska memindahkan Eka agar berada di samping kiri badannya. Kini badan Riska dan Dewi saling memunggungi. Karena puting kiri Riska belum mendapatkan jatah hisapan. Riskapun menyuapkan payudaranya pada Eka. Tak ada reaksi dari mulut Eka, Riska menggesek-gesekkan puting kirinya dengan bantuan tangan pada mulut Eka. Karena tak ada reaksi dari Eka, Diapun membiarkan payudaranya terbuka bebas. Mungkin saja saat Eka terbangun, dia langsung menyusu pada puting kirinya. Sesaat Riska ingin memejamkam matanya. Terasa sesuatu hangat hinggap di puting kirinya. Mulut Eka kembali menyusu pada payudara Riska. Dia pun membiarkannya karena kantuknya sudah tak tertahankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rahasia
Teen FictionJika ada kesamaan nama tokoh, dan tempat itu karena hanya kebetulan Jika ada kesamaan dengan cerita author yang lain. mungkin fantasi liar kita sama. TERIMAKASIH